17

152 8 0
                                    

Langit cukup terang , matahari bersinar terik. Maklum , sebentar lagi musim panas akan tiba. Taksi yang ku tumpangi berhenti tepat di lobby utama apartemen 1208. Aku turun dari taksi dan bergegas menuju pintu 1208. Yaa.. lagi pula aku tidak punya tujuan lain.

Pintu 1208 terbuka. Suasana hangat menyambut ku dari luar. Namun seperti biasa , kembali sirna setelah melihat sosok nya. Kali ini ia sibuk di dapur. Ku rasa.. menyiapkan makan siang nya.

"Kamu udah pulang.." ucap nya sambil memotong kecil-kecil buah strawberi yang kelihatannya masih baru karena masih cukup banyak.

"Udah makan ?" Tanya nya lagi.

"Makan siang , udah." Jawab ku singkat.

"Aku buat snack aja sihh.. dan kebetulan aku buat lebih." Ia masih sibuk memotong dan tidak melihat wajah ku. Sedikit pun tidak.

"Perlu aku bantu ?" Tanya ku meletakkan paper bag yang ku bawa berisi pakaian ku semalam di atas meja pantry dan menghampirinya.

"Gapapa. Aku sendiri aja. Kamu kan baru pulang. Kamu istirahat aja. Oke ?" Ia tidak juga melihat ku.

"Tapi jo.."

"Udah gapapa. Aku bisa sendiri." Ia menahan tangan ku yang akan memegang tangannya. Nada bicaranya agak kesal. Kelihatannya ia tidak senang akan sesuatu.
Akhirnya aku mengurungkan niat ku untuk membantunya dan masuk ke dalam kamar mandi untuk berbenah.

***

Aku menghampiri nya yang duduk di balkon sambil menyantap waffle berisi strawberi. Itu pasti yang ia buat beberapa waktu lalu.

"Baju kamu tadi bagus. Pasti dari dia.." gumam nya tetap fokus pada apa yang sedang di lihatnya sejak tadi.

"Eugh.. iya. Aku mau balikin baju itu nanti malam." Ucap ku ikut duduk menghadapnya.

"Emang nya nanti malam kalian ketemu lagi ?" Tanya nya. Kali ini ia menoleh ke arah ku. Aku hanya mengangguk datar.

"Terus ngapain kamu kesini ? Bukannya akan lebih enak kalo kamu tetap disana ? Jadi kan gak bolak-balik." Ia benar. Tapi aku tidak bisa menceritakan apa yang terjadi disana. Aku bisa gila.

"Jadi kamu gak suka aku disini ?" Tanya ku pura-pura marah. Bukannya menjawab , ia malah diam dan sesekali tertawa kecil karena gagal menahan tawanya.

"Kok ketawa sih ?" Aku memukul pahanya dengan sedikit tertawa.

"Kalo aku bilang suka , nanti kamu marah. Kayak yang aku lakuin di dapur semalam. Dan kalo aku jawab nggak , kamu juga marah. Ya buat apa aku jawab ?" Katanya mencubit pipiku. Aku akhirnya diam. Tidak tahu harus berkata apa.

"Hmm.. nanti malem aku makan sendiri lagi." Desahnya sambil menyodorkan sepiring berisi tiga potong waffle padaku.

"Iyaa.. mungkin besok kita bisa makan bareng." Aku tahu maksud nya. Tapi akan lebih baik kalau aku pura-pura polos.

"Tapi kayaknya besok kamu juga gak bisa.." dia ngomong apa sih..

"Sok tahu aja.." aku mendorong kepalanya.

"Iyaa.. nihh.. tadi kakak kamu , Chris. Dia telfon ke handphone kamu. Katanya dia ajak kamu pergi besok. Dan ajak cowo kamu. Entah siapa cowo kamu."

"Hah ?! Handphone aku emang sama kamu ?" Aku baru menyadarinya. Ini benar-benar gila. Untung tidak ada apa-apa dalam handphone ku itu. Hilang pun , ku rasa aku tidak peduli.

"Being Yours"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang