18

153 8 0
                                    

Malam kembali datang. Ini sama sekali bukanlah yang ku harapkan. Tidak sama sekali. Membayangkan makan malam yang di akhiri dengan hubungan di atas ranjang, sama sekali bukanlah tipe ku. Itu memang terlihat romantis bagi sebagian orang. Tapi tidak untuk ku.

Setelah beberapa hari bertemu dan menghabiskan waktu dengannya , bisa ku lihat gaya hubungannya yang di penuhi dengan hawa nafsu dan aku tidak menyukainya. Sulit untuk belajar mencintainya tapi aku pun tidak tahu bagaimana cara mengakhiri nya.

"Ting.. tong.." bell berbunyi. Itu sedikit mengejutkan ku yang sedari tadi duduk di atas sofa ruang tengah dengan dress dan make up tipis sesuai gaya ku pastinya.

"Hey ! Dia sudah datang.." ucap Jonathan membelai lembut pundak ku dari belakang lalu kembali ke dapur , melanjutkan makan malam yang sedang di siapkannya.

"Eugh.. iya.." respon ku seadanya. Aku memasukkan kedua kaki ku ke dalam sepatu tinggi yang sudah ku siapkan lalu mengambil tas ku dan berjalan menuju pintu , dimana Nicholas sudah berdiri menunggu ku.

"Jo.. aku pergi.." kata ku sebelum sampai ke depan pintu. Tidak lagi mendengar jawaban dari Jonathan , aku di sambut dengan lumatan bibirnya yang membuat ku hilang seketika dari dunia nyata.

"Kamu udah siap ?"

"Iya.." jawab ku tersenyum lemas. Ia mengambil tangan ku lalu bergegas meninggalkan apartemen 1208 menuju tempat yang sudah di tentukannya dan seperti biasanya , itu rahasia.

***

Mobil nya berhenti di depan garasi sebuah rumah mewah bernuansa putih dengan air mancur dan taman yang tertata luar biasa rapih.

"Ini.. rumah.."

"Ini rumah ku." Katanya menyelesaikan kalimat ku lalu keluar dari mobil setelah mematikan mesin mobil nya. Ia membukakan pintu untuk ku lalu kami masuk ke dalam rumah itu.

Pertama kali aku melangkahkan kaki ku di atas lantai marmer berwarna kuning gading , langkah ku di sambut dengan suara gemericik dan ruangan bernuansa putih , gaya Eropa. Harus aku katakan , aku kagum dengan selera nya menata ruangan ini.

"Ayo ! Ikut aku.." katanya masih memegang tangan ku. Kami berjalan ke dalam sebuah pintu yang sebenarnya sebuah ruangan di balik pembatas antara ruangan tamu dengan ruang tengah. Kali ini tidak lagi dengan gaya Eropa tapi dengan gaya minimalis namun masih berwarna putih. Kelihatannya ia suka warna putih.

Di tengah kenyamanan dari ruangan tengah itu , terdapat sebuah jendela seukur tembok dengan pemandangan kolam berenang dengan sebuah balkon di tengahnya.

Dari kejauhan , terlihat nyala-nyala kecil di dalam balkon itu. Membuat ku penasaran dan ingin menghampirinya. Namun aku menahannya.

Ia membawa ku berjalan mendekati sebuah meja kecil yang ada di antara TV dan sofa. Ia mengambil sebuah kain berwarna merah.

"Tutup matanya yaa.." katanya sambil membuka lipatan kain merah itu lalu menutup mata ku dengan kain itu.

"Mau ngapain ?" Tanya ku bingung. Namun ia tidak menjawab nya.

"Pegang tangan aku.." aku sedikit meraba lalu ia meraih tangan ku. Ia sedikit menarik ku dan mulai berjalan. Entah kemana aku di bawa.

Langkah demi langkah , aku mendengar suara sebuah pintu di geser. Ia perlahan melepas tangan ku lalu memegang sepatu ku.

"Kamu ngapain ?" Tanya ku mencoba meraih tangannya. Ia tidak menjawabnya. Ia mengambil tangan ku lalu meletakkan tangan ku di atas sesuatu yang ku rasa pundaknya. Ia membuka satu per satu sepatu ku lalu kembali memegang kedua tanganku dan mulai berjalan lagi.

Aku tidak mendengar apa-apa lagi. Yang aku rasakan ialah , aku menginjak sesuatu yang dingin. Mungkin ini batu atau.. entahlah. Tapi aku berusaha untuk tidak berkomentar. Aku merasakan ketenangan yang bercampur dengan keraguan. Di satu sisi , aku merasakan suasana yang tenang. Tapi di satu sisi aku juga merasa ragu akan diri nya. Diri nya yang seperti itu.

Setelah berjalan beberapa langkah , akhirnya kami berhenti. Entah berada dimana aku sekarang. Perlahan melepas kembali tangan ku dan ku rasakan ikatan kain yang menutupi tangan ku mulai mengendur dan terbuka.

"Wow !" Aku terkagum akan susunan meja makan dengan dua buah lilin di samping-samping  meja makan. Di tambah sebuah rangkaian bunga yang indah di tengah nya. Ini benar-benar mengagumkan. Aku tidak pernah di kejutkan dengan hal seperti ini sebelum nya.

"Kamu suka ?" Tanya nya memelukku dari belakang.

"Iyaa.." jawab ku tidak dapat berkata apa-apa lagi. Aku terlalu kagum akan semuanya. Ia mencium pipi ku dari belakang lalu berjalan, menarikkan bangku untuk ku.

Dengan senyum , aku pun duduk di kursi itu. Lalu ia duduk di hadapan ku. Kami saling bertatapan dan tersenyum. Ia menepukkan tangannya dua kali. Lalu seorang pelayan datang dengan dua piring steak di dalamnya lalu meletakkannya di hadapan kami.

"Yok makan ! Aku gak sabar makan bareng kamu.." katanya mengambil pisau dan garpu yang ada di samping piring makan. Aku mengikutinya lalu mulai menyantap makan malam itu bersamaan.

***

Bayangan bulan terbentuk sempurna di atas permukaan kolam berenang , sangat mendukung suasana di antara kami. Makan malam telah habis. Kami hanya diam dan menatap satu sama lain.

Tanpa alasan apapun , tiba-tiba ia berdiri dari duduk nya lalu mengambil tangan ku , mengajak ku duduk di tepi jalan menuju balkon dan merendam kaki di dalam kolam berenang.

Ia menggulung celana panjang nya lalu merendam kaki nya lalu menarik ku untuk mengikutinya.

Kami duduk bersebelahan dan hanya duduk menatap air yang tenang itu. Aku menyandarkan kepalaku di pundaknya. Sementara tangannya mengenggam erat tangan ku.

"Babe.. aku.. minta maaf soal liburan musim panas nanti.." kali ini ia merusak suasana. Aku langsung menoleh ke arah nya dan mengendurkan genggaman tangannya.

"Maksud kamu ?" Tanya ku datar.

"Aku gak bisa liburan sama kamu kayaknya.." ucap nya terbata-bata. Aku hanya diam. Entah aku harus menganggap nya berita baik atau berita buruk.

"Ada kerjaan lagi ya ?" Tanya ku mengusap-usap tangannya. Ia mengangguk lembut.

"Yaa.. yasudah. Apa boleh buat.." jawab ku yang lagi-lagi tidak tahu harus berkata apa.

"Kamu gak ngambek kan ?" Tanya nya merangkul ku. Aku menggeleng lalu menyandarkan tubuhku ke tubuh nya sambil menendang-nendangkan kaki ku di dalam air. Membuat permukaan air yang tenang berubah sedikit bergelembung.

"Babe.." rengek nya seperti anak kecil.

"Nggak babe.. aku cuma.. bingung aja." Jawab ku memeluk kaki nya dengan kedua kaki ku.

"Bingung kenapa ?" Tanya nya menyandarkan kepalaku di tubuhnya. Aku hanya menggeleng.

"Babe.. aku janji sama kamu.. kita akan liburan bareng.  Okay ?" Ia mengusap rambut ku. Aku hanya mengangguk lalu keadaan kembali hening.

"Babe , gimana kalo kamu tinggal disini untuk malem ini ?"

***


"Being Yours"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang