Pemandangan kota San Francisco di malam hari terlihat sama sekali tidak indah ketika di lihat di momen seperti ini.
Aku menatap matanya dalam-dalam. Tidak tahu harus berkata apa. Rasanya seluruh tubuhku membisu tak bisa bergerak. Apa yang harus aku katakan ? Aku memang sedikit menyukai nya. Tapi rasanya lebih sangat tidak mungkin mengabaikan apa yang baru saja terjadi antara aku dan Jonathan (chef) beberapa saat lalu.
"Gapapa. Aku gak butuh jawaban itu sekarang. Masih ada waktu kok ." Nicholas tersenyum. Aku tahu arti di balik senyum itu yang sedikit membuat ku merasa tidak enak dengannya. Aku membalas tersenyum. Aku tidak tahu harus berkata apa. Aku memandang ke langit dan mulai berpikir.
"Apa kata orang-orang nanti kalau aku pacaran dengannya ? Apa orangtua nya akan setuju ? Pasti nanti aku akan jadi bahan omongan orang. Aku.."
"Kamu udah makan ?" Tanya Nicholas yang menghentikan semua pikiran ku yang telah terbang kemana-mana.
"Aku.." Suara ku parau. Aku benar-benar bingung harus berkata apa.
"Kalau kamu mau hubungan kita lebih serius.. apa kamu gak akan ninggalin aku lagi ?" Tanya ku polos. Karena aku tidak tahu harus berkata apa. Tapi aku juga merasa tidak mungkin meninggalkannya karena.. aku takut akan menyesal nantinya.
"Pasti." Jawab nya yakin di lengkapi dengan anggukannya dan matanya yang juga menatap dalam diri ku.
"Okay.." jawab ku tersenyum ragu.
"Maksud kamu ?"
"Kamu mau ?" Matanya terbelalak tidak percaya.
"Iya.." jawab ku sedikit ragu.
"Well.. this is awkward." Nicholas tertawa kecil. Aku ikut tertawa agar tidak semakin canggung.
"Ok. Kamu udah makan ? Aku belom makan nih. Kamu mau temenin aku makan atau mau istirahat ?" Ia langsung merubah topik. Dia cukup hebat dalam mengajak orang bicara. Tidak heran kalau ayah nya sering memintanya untuk menggantikannya kalau ada tugas di luar negeri.
"Aku pengen banget temenin kamu makan. Tapi.. aku masih harus kerja besok. Jadi.."
"Oh.. Ya ! Aku ngerti. Yok , aku anter kamu ke depan pintu. !" Aku mengangguk lalu berjalan menuju lift dan turun ke lantai 12.
***
"Sepertinya.. kita harus berpisah disini." Ucap nya menatap ku dengan tatapan nya yang begitu mendalam tepat di kedua bola mataku.
"Eum.. gimana kalu makan malam ?" Tanya ku spontan. Karena rasanya agak aneh kalau kami hanya berhenti disini dan akan tidak ada waktu tepat lain nya untuk bertemu.
"Boleh. Aku akan atur jadwal. Nanti aku kasih tahu kamu ya." Jawab nya semangat sambil mengusap punggung tangan ku yang sedari tadi di pegang nya.
"Okay. Aku rasa kita berhenti sampai disini." Sekarang gantian aku yang mengucapkannya. Nicholas memandang ku. Ia meraih lembut wajah ku lalu melumat bibirku. Aku membalas nya. Tatapan kami berpautan dan tertawa kecil. Tertawa akan hal yang sebenarnya tidak perlu di tertawakan itu agak bodoh sebenarnya.
"Aku akan hubungi kamu nanti." Ucap nya kembali melumat bibirku untuk kedua kali nya. Jangan sampai ia mengambil semua nya malam ini. Untung aku masih tinggal bersma chef sehingga tidak akan mungkin ia melakukannya.
"Harus nya tidak berhenti sampai disini." Nicholas semakin lama mendorong ku ke pintu.
"Tidak sekarang. Lagian di dalam masih ada Jonathan." Aku menghentikannya.
"Tunggu.. aku masih bertanya-tanya kenapa kamu harus tinggal sama dia dan bukan tinggal sendirian ?" Nicholas benar-benar berhenti kali ini.
"Karena apartemen yang harus nya ku tinggali lagi di renovasi. Jadi.. karena ga ada tempat lagi , aku tinggal sama dia." Jawab ku berharap ia akan memberikan apartemen lain. Lagi pula ia kan boss ku juga *eehh.
"Beda kamar kan ?" Haduhh tolong lah jangan cemburuan. Aku hanya menggeleng dengan sedikit senyuman supaya tidak terlalu aneh.
"Hah ? Sekamar ?" Matanya hampir keluar. Hmm.. bagaimana kalau tadi aku menjawab nya dengan mulutku sendiri.
"Iya sekamar. Tapi beda ranjang. Kamu tenang aja." Aku mengusap pipi nya dengan senyuman.
"Hmm.. aku gak tahu harus ngomong apa." Ia membelai rambutku.
"Ya udah deh.. kamu masuk aja. Nanti aku contact kamu yaa.. aku janji ga akan aku tinggalin tanpa kabar lagi." Ia mencubit pipi ku yang sedikit memerah.
"Okay. Bye.." ucap ku tersenyum. Belum sempat aku membuka pintu , pintu 1208 sudah terbuka. Wajah Jonathan yang bingung langsung terlihat tepat ketika pintu itu terbuka. Mataku dan Nicholas langsung melihat ke arah nya.
"Eugh.. maaf." Wajah Jonathan berubah aneh dan bergegas menutup pintu.
Dia pasti berpikir macam-macam soal ini...
***
Ps :
terima kasih buat kalian yang udah baca "Being Yours". Jangan lupa untuk vote and comment yaa.. :) thank you.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Being Yours"
RomanceSeorang perempuan yang sangat hancur harus menyamar menjadi orang lain untuk melanjutkan hidupnya, akhirnya bertemu dengan seorang pria yang berhasil membawa kembali cahaya ke dalam kehidupannya yang gelap. Namun.. itu semua hanya sementara. Seorang...