Part ini emang pendek, yes i know. Dan dari bab ini, semua POV balik ke sudut pandang ketiga serba tau ya hahah.
_____
"Aku minta kita putus," Fathir mengatakan kata-kata itu dengan nada dingin. Dia tidak akan tahan melihat perubahan raut wajah Nesha sehingga ia memalingkan wajahnya. Tapi dia punya alasan mengapa harus melakukan hal ini.
Kedua mata Nesha mendelik lebar mendengar permintaan Fathir. Dia menatap setiap jengkal wajah Fathir tapi tidak ada perubahan di sana. Tetap terlihat dingin. Selain itu Fathir juga tidak mau menatap wajahnya, hanya melihat ke arah jendela di belakang Nesha.
"Kita.. putus?" Nesha menutup mulutnya dengan tangannya sambil menggeleng perlahan. Kemudian menangis lebih kencang dari sebelumnya.
Fathir sendiri hanya bisa terdiam menatap dashboard mobilnya. Hatinya merasa sakit mendengar suara tangis Nesha tapi dia harus tahan. Sejujurnya dia masih sayang tapi ini demi kebaikan mereka.
"Ke.. napa?" tanya Nesha parau. Dia menoleh ke arah Fathir yang sama sekali tak mau memandangnya. Dia sempat melihat bahu Fathir naik, membuang napas, baru kemudian menjawab.
"Maaf Nes.. tapi ini demi kebaikan kamu juga.." ucap Fathir pelan.
"Apa? Demi kebaikan aku? Maksud kamu karena aku mantan pecandu dan kamu enggak terima?! Karena aku ternyata enggak sepolos yang kamu kira?!" tanya Nesha bertubi-tubi dengan suara tinggi. Badannya sedikit menjauh dari Fathir lalu air matanya jatuh kembali.
Di tempatnya, Fathir ingin sekali menyangkal. Ia tau ini sangat tidak adil bagi Nesha tapi jika kondisi begini terus tidak akan selesai. Fathir menoleh ke arah Nesha dengan wajah dinginnya.
"Jika iya, apa kamu rela kita pisah?!" tanyanya tak kalah kerasnya. Nesha terlonjak di tempatnya melihat Fathir begitu dingin padanya. Padahal Fathir tidak pernah seketus ini dengannya.
Fathir membuang mukanya dari Nesha dan menyalakan mesin mobilnya. "Aku tau ini kejam tapi aku punya alasan, Nes.."
"Alasan?" ulang Nesha dengan gaya mencibir. Fathir menoleh kembali ke arah Nesha dengan alis terangkat.
"Kamu sudah melamar aku waktu itu! Emang sih enggak langsung tapi.."
"Lupain aja. Anggap aku lagi khilaf waktu itu," potong Fathir cepat.
Nesha tercengang. Dia masih tak percaya jika sosok ini benar Fathir-nya. Jadi semua itu hanya janji manis? Hanya bualan Fathir semata? Dan aku sudah termakan janji-janji manis itu, bisik Nesha dalam hati. Sambil mendengus pelan, Nesha membuang wajahnya. Matanya melihat pemandangan di luar mobil yang bergerak teratur. Kemudian air matanya turun kembali mengingat betapa kejamnya kata-kata Fathir tadi.
"Oke. Kita lupain aja semuanya," ucap Nesha dengan suara bergetar. Sedikit miris mengingat betapa percayanya ia dengan lelaki di sampingnya ini.. dulu. Dan sekarang ia memakan semua sisa pahitnya. Sendirian.
Tanpa Nesha sadari, Fathir menolehkan kepalanya kepada Nesha. Dia terkejut mengetahui Nesha mau juga mengiyakan keputusannya. Fathir juga terlihat sedih, sama sepertinya. Tapi dia tidak boleh menunjukkannya. Sebelum waktu itu tiba.
***
Langit sudah gelap. Pemandangan di sekitar jalan ini terlihat sepi tapi ramai oleh kerlap-kerlip lampu pinggir jalan. Di ujung jalan, terlihat Abi menghentikan laju motor tepat di depan teras kost-kost an. Kemudian mengambil plastik berisi nasi padang dan mengambil kunci. Abi tersenyum membayangkan betapa senangnya Nesha mendapat lauk pauk kesayangannya. Dengan langkah sedikit cepat, dia berjalan menuju pintu berwarna cokelat tua itu. Kepalanya bergerak memerhatikan sekeliling ketika dirasakannya ada yang aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Settle for Less
Aktuelle Literatur(SEDANG DIREVISI) Jatuh cinta sama pengamen? Kenapa tidak? Toh belum tau kan aslinya gimana? Fathir tidak menyangka pertemuannya dengan pengamen ini membuatnya terperangah. Semua terasa datar di hidupnya tapi berbeda setelah kehadiran Nesha, pengame...