"Pon!"
Aku memanggil Abi yang sedang duduk di sudut taman kampus. Dia sedang asyik pacaran sama Kristin, salah satu gitarnya, ditemani Noval. Abi yang tidak mau menggubris panggilanku tadi, membuatku dongkol.
Pon itu panggilan iseng dariku untuk Abi. Singkatan dari kata 'poni'. Dulu dia itu salah satu alayer hebat di Semarang dengan poni anti badainya. Makanya karena sangat bersejarah, aku sangat gemar memanggilnya 'Poni'.
Abi tetap sibuk dengan Kristin sementara Noval asyik membalas pujian maut dari fansnya. Ada yang minta foto, minta dinyanyiin, bahkan ada yang langsung minta jadi pacarnya. Huek.. Aku menutup mulutku karena mual. Cewek-cewek yang yang mengerumuni Noval itu membuatku jijik. Mereka mau aja sama Noval yang sok ganteng begitu.
"Jahat bener lo, Pon! Enggak mau nengok pas gue manggil!" Aku menepuk bahu Abi dengan kencang. Sampai-sampai Abi meringis kesakitan dan menoleh ke arahku. Tak lama kemudian Abi tersenyum tipis lalu kembali sibuk dengan Kristin-nya. Penggemar-penggemar Abi yang dari tadi menatap Abi penuh kekaguman, langsung berdecak kesal. Namun aku tidak peduli.
Aku duduk di samping Abi sementara Noval di depan kami berdua. Tiba-tiba tanganku mengambil Kristin dari tangan Abi sehingga Abi terlonjak kaget. Sambil menyengir lebar, aku menyetem Kristin dan mulai memainkan intro lagu yang membuatku kepikiran sejak di kelas tadi.
Hunter Hayes – Invisible.
Aku memang hobi banget nyanyi sambil main gitar. Makanya aku memilih pekerjaan sampingan sebagai pengamen. Entah kenapa kalau udah main gitar itu bawaannya bahagia. Bisa lupa sejenak sama masalah duniawi. Kadang-kadang saking asyiknya aku sering lupa kalau aku sedang mengamen, bukan menyanyi sendirian.
"Kagak ada sopan-sopannya lo sama Kristin," gumam Abi kesal. Aku masih menyengir lebar sambil sesekali memanggut, keasyikan main gitar.
"HAH? Kristin siapa? Siapa Kristin?" Cewek-cewek mak lampir itu ribut sendiri. Mereka bertanya kepada Abi histeris sampai-sampai Abi kewalahan membalas pertanyaan mereka.
"Hahaha! Aib sendiri dibongkar depan umum!" tawaku geli. Karena Abi sangat jaga image kalau di depan fansnya, dia hanya mendengus sebal. Lalu mulai menjawab pertanyaan dari fansnya satu persatu:
"Hah?! Bukan kok! Bukan pacar gue!"
"Sumpah, gue masih single!"
"Dia siapa? Kristin itu nama kucing gue!"
"Errr... Dia bukan cowok ya. Plis."
Wkwkwkw aku tertawa dalam hati sambil terus memainkan Kristin. Dengan sabar Abi menjawab pertanyaan fansnya. Dia memang lebih suka menggubris fansnya daripada dikira homo. Apalagi pasangan homo-nya adalah Noval. Mending pacaran sama monyet katanya.
"Eh, ada Nyonyah Prabu,"
Noval sedikit membungkukkan kepalanya kepadaku. Aku hanya mendengus jijik karena teringat perilakunya barusan. Apalagi pas bagian dia mulai genit sama cewek. Pasti dia menyapaku karena sudah bosan dengan fansnya. Dia sering menjadikanku kambing hitam dengan terus mengajak ngobrol kemudian mengabaikan fansnya. Sampai akhirnya fans mereka lelah sendiri dan pergi begitu saja.
"Hah? Prabu Antasari maksud lo?" Aku mendelikkan mata selebar-lebarnya agar Noval takut. Tapi sepertinya gagal, buktinya dia malah terkekeh geli melihatku begini.
Hem, asal kalian tau aja. Nama Doni itu Prabu Anta Widoni. Iya, asal kalian tau aja.
"Gue udah denger kabar tentang lo sama Doni di kantin, Nes."
Mataku langsung melirik tepat ke arah Noval. Huft. Untungnya fans dia udah ngeloyor pergi. Di belakangnya hanya ada pohon yang menjulang tinggi. Baguslah. Tinggal Abi yang berjuang sendirian menghadapi fansnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Settle for Less
Ficción General(SEDANG DIREVISI) Jatuh cinta sama pengamen? Kenapa tidak? Toh belum tau kan aslinya gimana? Fathir tidak menyangka pertemuannya dengan pengamen ini membuatnya terperangah. Semua terasa datar di hidupnya tapi berbeda setelah kehadiran Nesha, pengame...