Nesha tidak tau apa yang dia ucapkan sudah benar. Atau tidak.
Bukannya dia jahat tapi perasaannya sendiri tidak yakin. Dia tidak ingin menyakiti Abi namun di sisi lain dia juga tidak mau membohongi perasaannya sendiri. Dia masih menganggap Abi sebagai 'sahabatnya' dan perasaan itu belum juga hilang. Sehingga ketika dia menjawab pertanyaan Abi tempo hari..
"Gue enggak bisa terima lamaran lo, Bi."
Abi mengangkat wajahnya ke arah Nesha. Walaupun dia diam tapi wajahnya terlihat kecewa. Dan Nesha menyadari hal itu. Dia melirik ke arah Abi tidak enak.
"Gimana.. gimana kalau kita mulai semua dari awal?" tawarnya pelan. Abi terdiam.
"Gue masih belom bisa merubah mindset tentang lo saat ini. Jadi lo bantu gue buat merubah ini semua.."
Abi termenung mendengar pengakuan Nesha. Sementara Nesha, dia sudah ketar-ketir kalau Abi akan menolak tawarannya. Di satu sisi, dia tidak ingin menyakiti hati Abi lagi tapi di sisi lain perasaannya pada Abi tetaplah sama. Hanya sebagai sahabat. Tidak lebih.
Saking sibuknya Nesha dengan pikirannya, dia tidak menyadari Abi sudah tersenyum menatapnya. "Oke. Kalau kita pacaran dulu gimana?" Tiba-tiba tangan Abi menggenggam erat tangan Nesha yang berada di atas meja.
"Eh?!" Nesha tersentak kaget.
"Kata lo kita harus mulai dari awal kan? Gimana kalau kita pacaran dulu? Kayak orang lain? Nanti ketika perasaan lo udah mantap, bilang ke gue.."
Akhirnya mereka pacaran. Tapi cuma status.. sepertinya.
Jangankan untuk berkata 'sayang', 'aku-kamu' sama Abi aja menurut Nesha sangat aneh. Jadi Nesha tetap berkata 'gue-lo' sama Abi dan untungnya Abi tidak marah. Karena ternyata Abi juga merasakan hal yang sama. Dia juga jijik kalau harus 'aku-kamu' sama Nesha. Yak, mereka pasangan aneh.
Tapi.. Nesha tidak tega.
Nesha menatap wajah Abi yang berseri-seri. Sambil menyetir mobil, Abi bercerita tentang pengalaman dia selama di Jogja; apa ilmu yang ia dapat, tentang kondisi mess di percetakan yang buruk, dan lain sebagainya. Terkadang dia bernostalgia dengan membandingkan kehidupan lamanya di Depok dulu saat kuliah.
"Katanya Noval kerja di Batam ya?" tanya Abi, menghentikan ceritanya. Nesha mengerjap sejenak.
"Iya. Lo enggak tau?" tanya Nesha heran.
Abi menggumam pelan. "Gue belom ngobrol lagi sama dia."
Nesha mengernyit. Dia tidak mengerti apa yang salah pada Abi. Dulu ketika mereka masih kuliah, Abi tidak pernah melupakan sahabatnya, apalagi Noval. Apa mereka enggak pernah tegur sapa gitu? Nesha terdiam, tidak tau harus membalas apa kata-kata Abi barusan.
Perjalanan kali ini terdengar hening. Baik Abi maupun Nesha sama-sama diam. Sejak tadi Nesha hanya berbicara dalam kepalanya. Dia ingin sekali membalas kata-kata Abi tapi rasanya enggan. Ada keraguan jika nanti dia salah bicara.
"Nes.." panggil Abi pelan. Nesha melirik ke arah Abi tanpa menjawab. Sementara Abi juga tidak memandang Nesha karena sibuk memerhatikan jalan.
"Gue tau lo pasti belum terbiasa sama ini semua. Pasti lo ngerasa aneh banget tapi bukan berarti gue berubah, Nes. Gue tetap Abi yang dulu. Jadi lo jangan kayak orang asing kalau sama gue," tegur Abi lalu menoleh ke arah Nesha sekilas.
"Lo masih bisa kok anggap gue sebagai sahabat lo." Abi tersenyum. Kedua bola mata Nesha mendelik mendengarnya.
Apa sebegitu cintanya Abi sampai-sampai rela hanya dianggap sahabat? Nesha tidak tega tapi dia tidak tau lagi harus apa. Dia sudah berusaha agar menyukai Abi, mencari apa yang ia sukai dari Abi namun hasilnya tetap sama. Tidak ada getaran apapun pada hatinya. Tidak ada jantung yang berdetak cepat. Tidak ada rasa gugup mendatanginya meskipun dia sedikit risih jika harus menatap Abi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Settle for Less
Algemene fictie(SEDANG DIREVISI) Jatuh cinta sama pengamen? Kenapa tidak? Toh belum tau kan aslinya gimana? Fathir tidak menyangka pertemuannya dengan pengamen ini membuatnya terperangah. Semua terasa datar di hidupnya tapi berbeda setelah kehadiran Nesha, pengame...