"Apa kamu mau aku ke luar negeri?"
Mulutku tidak sanggup membalas pertanyaannya. Mataku yang hanya mengerjap berkali-kali pun jadi buktinya.
Fathir sendiri juga diam menunggu jawabanku. Kenapa dia tidak memaksaku agar aku menjawab pertanyaannya? Kenapa dia tidak memaksaku agar tidak membolehkannya pergi? Kenapa dia hanya terdiam sekarang?!
Aku memalingkan wajahku darinya.
"Nes!" panggilan Fathir sukses membawa wajahku kembali menatapnya. Dengan kedua tangannya memegang sudut bahuku, matanya terlihat memandang tiap sudut wajahku.
"Cepat jawab.." ujarnya pelan, "aku butuh jawaban kamu.."
Aku menghela napas mendengar ucapannya. Kenapa Papa Fathir jahat sekali? Kenapa dia ingin aku dan Fathir berpisah? Kenapa aku dibilang pengganggu kehidupan Fathir? Banyak pertanyaan yang berputar di kepalaku, membuatku pusing.
"Nes.."
"A.. aku enggak tau," jawabku ragu.
Memang jawabanku tadi tidak memuaskan tapi semua keputusannya berada di tangan Fathir. Aku tidak ingin dia meninggalkan kewajibannya karena keinginanku. Aku tidak ingin keluarganya hancur karena ada diriku.
Fathir terdiam. Dia melepaskan kedua tangannya dan membuang mukanya dariku. Aku tau Fathir kecewa. Aku ingin berbicara sesuatu tapi aku takut merusak suasana. Apalagi ucapanku terkadang tak jelas.
"Aku tau siapa kamu sebenarnya, Nes." ucapnya tanpa memandang sedikitpun ke arahku.
Deg! Tanpa sadar aku membulatkan kedua mataku. Diam-diam aku melirik ke arah Fathir yang masih enggan menatapku. Dia mengangkat wajahnya menatap lurus ke depan.
"Kamu itu bukan orang tidak berkecukupan kan? Bapak kamu kerja di perusahaan minyak, bahkan sudah memiliki jabatan penting di sana. Kamu jadi anak satu-satunya di keluarga, yang sangat disayang sehingga apa saja permintaan kamu akan dikabulkan. Hidup kamu terlihat sangat sempurna... Sampai suatu hari.."
Fathir diam sejenak sementara aku menelan ludah. Gugup.
"Kamu pergi dari keluarga kamu sampai berhari-hari. Bahkan berbulan-bulan. Bersama teman kamu, Abi Abi itu. Mengamen di jalan, mencari makan, tinggal di tempat kumuh, dan kamu juga sempat.." Fathir menolehkan kepalanya ke arahku.
"Pakai narkoba kan?" ucapnya tenang. Aku tidak bisa menggerakkan badan sedikit pun mendengar betapa tenangnya ia bercerita. Dalam hati, aku bertanya-tanya darimana Fathir tau semua ini.
"Aku kurang tau gimana kamu bisa kembali ke rumah tapi yang jelas kamu direhab sampai berbulan-bulan. Kamu tidak lagi sekolah di SMA Negeri karena kamu terlalu lama membolos sehingga kamu homeschooling. Kamu membohongi kedua orangtuamu agar bisa satu tempat kuliah dengan Abi yang... Aku tidak mengerti maksudnya.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Settle for Less
Narrativa generale(SEDANG DIREVISI) Jatuh cinta sama pengamen? Kenapa tidak? Toh belum tau kan aslinya gimana? Fathir tidak menyangka pertemuannya dengan pengamen ini membuatnya terperangah. Semua terasa datar di hidupnya tapi berbeda setelah kehadiran Nesha, pengame...