Diriku sadar betapa ancurnya part kemaren-_- Udah diperbaharui sih. Tapi gak usah dibaca lah. Sama aja intinya.
_______________
"One.. Two.. Three.. Four.."
Hampir semua anak di dalam ruangan serentak mengikuti ucapan guru di depannya. Ada yang serius, ada juga yang sibuk sendiri. Beberapa dari yang serius itu bahkan ada yang sangat semangat berteriak bahkan wajahnya sampai memerah. Sesekali anak itu mengambil napas karena kecapekan.
Wanita yang berdiri di depan papan tulis itu tetap melanjutkan kegiatannya. Dia menunjuk setiap angka dengan jari-jari tangannya dan menyebutkan namanya dalam Bahasa Inggris. Setiap murid juga mengikuti apa yang dilakukan guru itu. Dan setelah sampai di angka 10, wanita itu bertepuk tangan meriah yang diikuti suara berisik anak-anak.
"Bu Ganes!" Anak laki-laki yang duduk di paling belakang mengangkat tangannya.
Wanita ini tersenyum menanggapi panggilan tersebut. "Iya, Raden?"
"Bahasa Ingglis nya satu apa, Bu?" tanya anak itu dengan wajah polosnya. Ya Gusti, Nesha menghela napas lelah. Padahal sudah dijelaskan sebelumnya tapi sepertinya anak ini belum hafal dengan urutan angka. Sehingga dia bertanya hal yang sama sampai tiga kali.
"One." jawab Nesha tetap tersenyum.
"Kalau tiga?" tanya salah seorang anak di ujung ruangan. Nesha benar-benar lelah tapi di sini lah ia diuji batas kesabarannya. Akhirnya dia meminta agar semua anak mengikutinya, menyebut setiap angka dengan Bahasa Indonesia maupun Bahasa Inggris.
***
Lelaki yang berdiri di depan pagar TK itu mulai tak sabar. Dia masih mengenakan setelan formal karena dia baru saja selesai bekerja. Kemeja warna biru laut yang lengannya digulung sampai siku, celana panjang cokelat tua, dan sepatu pantofel cokelat. Merasa mulai bosan, dia mengambil kunci mobil dari saku celananya dan dilemparnya berkali-kali ke udara.
Sementara itu Nesha melambaikan tangannya ke arah anak terakhir yang dijemput orangtuanya. Meskipun dia sangat lelah tapi dia tetap berusaha tersenyum. Apalagi pekerjaannya ini berhubungan dengan anak-anak yang tak tau apa-apa.
Dia menutup pintu kelas lalu berjalan menuju kantor guru. Setelah bercakap-cakap dengan guru lainnya, dia keluar membawa tas jinjing warna cokelat hazelnut yang tidak terlalu besar. Kemudian merapihkan rambutnya yang tertiup angin.
Saat wanita ini berjalan menuju pagar TK, langkahnya terhenti. Dia tidak tau mengapa langkahnya terhenti begitu ia melihat orang yang sangat ia rindukan selama ini. Yang secara tiba-tiba pergi tanpa memberinya kabar apapun.
Merasa dirinya diperhatikan, lelaki ini menoleh ke belakang lalu terdiam. Dia terkejut melihat penampilan Nesha yang sangat berubah, tidak seperti dulu. Kalau dulu rambutnya panjang sampai ke punggung, sekarang sudah dipotong hingga di atas bahu dan poni rambutnya membentang lurus di atas alis. Kalau dulu seragamnya hanya jeans dan kaus polos, sekarang mengenakan batik warna merah muda dan rok hitam selutut. Kalau dulu dia anti mengganti sepatu sneakers-nya, sekarang dia pakai sepatu pantofel hitam dengan hak lima senti. Dan yang paling mengejutkan lagi, kalau dulu Nesha paling malas berdandan, sekarang dia pakai make up natural yang membuatnya semakin anggun dan cantik.
Lelaki ini diam terpukau menatap Nesha. Rasa rindu sekaligus terpukau menjadi satu. Dia membiarkan matanya berlama-lama memandang wanita itu sampai puas. Dalam hati dia bersyukur telah mengikuti kata hatinya untuk menjemput wanita ini.
Nesha menghembuskan napasnya pelan dan menatap lelaki itu dari bawah ke atas. "Ngapain di sini?" tanyanya sinis.
Lelaki itu sedikit kaget mendengar kata-kata ketus Nesha namun dia hanya tersenyum. Dia memilih untuk berjalan menghampiri Nesha yang masih terdiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Settle for Less
General Fiction(SEDANG DIREVISI) Jatuh cinta sama pengamen? Kenapa tidak? Toh belum tau kan aslinya gimana? Fathir tidak menyangka pertemuannya dengan pengamen ini membuatnya terperangah. Semua terasa datar di hidupnya tapi berbeda setelah kehadiran Nesha, pengame...