"jadi bagaimana dengan kita?"
pertanyaan itu, menjadi tanda dari suatu akhir kisah indah."kita? apa dengan ini semua belum jelas?" pertanyaan itu lebih seperti pernyataan bagiku.
"jadi semua udah selesai?" kenapa aku menanyakan hal itu? bodoh. sangat bodoh.
"ya" satu kata klasik.
"apa ini semua balasan dari perasaan yang ada?" terisak. hanya itu yang bisa kulakukan.
"maaf, gua gabisa ngerti perasaan orang lain. dan maaf, gua belum bisa ngerti perasaan orang yang gua sayang sekalipun" kalimat itu. kata maaf untuk hal yang seharusnya tidak bisa dimaafkan.
"kenapa lo gamau nyoba buat bisa?"
air mataku terus keluar, aku tidak bisa menghentikannya."karena gua belum siap. maaf gua brengsek. lo berhak dapet orang yang jauh lebih sayang sama lo. gua berharap lo bakal dapet cowok yang lebih baik daripada gua." semakin lama, kata-katanya semakin sakit untuk dimengerti.
"oke. gua bakal ikutin permainan lo. makasih udah bikin hidup gua berarti walaupun cuma sebentar." berusaha tegar, tapi ketegaran itu lenyap.
"ya" satu kata itu lagi. mengikuti langkah yang menjauh pergi untuk kesekian kalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Distance Of Love
Teen FictionPatah hati membuat semuanya suram. Apa yang dilihat menjadi tampak abu-abu. Apa yang dirasa membuat semua terlalu samar. Dan apa yang diterima melukai banyak jiwa. Cinta tak selamanya indah, walau memikat hati tetapi juga mengikat jiwa untuk sadar...