Wiko. Orang itu lagi. Sekarang ia berada di rumah Riska. Oh tidak, ini lebih parah. Di meja makan keluarga Riska.
"Kamu habis dari mana? kok jam 8 baru pulang?" tanya papa Riska
Riska pun melihat jam yang ia kenakan. Benar jam 8. Riska pun menepuk jidatnya. Ia lupa memberitahu mama atau papanya kalau Riska pergi ke festival coklat. Riska pasti dimarahi abis-abisan oleh orang tuanya.
"Kenapa juga kamu ditelfon ga jawab? ngapain kamu punya hp kalau ga bisa dihubungi?" lanjut papa Riska.
"Maaf pa, Riska lupa bilang. Tadi Riska pergi sama temennya Aldo ke festival coklat" Riska pun melihat hpnya dan disana terdapat 20 missed call.
4 missed call from papa
6 missed call from mama
10 missed call from wiko
"Maaf ya, hpnya Riska silent jadi Riska sama sekali gatau kalau ada yang nelfon" Riska memandangkan matanya ke arah orang-orang yang menelfonnya.
"Siapa namanya?" kali ini mamanya yang angkat bicara
"Arsa Nugraha" Riska pun melirik Wiko. Ingin mengetahui tatapan atau ekspresi atau apalah itu ketika Riska menyebutkan nama Arsa.
Tapi tatapannya terlalu tenang. Tidak ada ekspresi. Dan tidak terbaca.
"Ohh iyaaa mama tau tuh anaknya. Itu loh jeng..." mama Riska mencolek wanita yang duduk di sebrangnya. "Anaknya jeng Ani, yang ganteng itu. Baik lagi"
"Oh iyaa ya jeng, kayaknya dia itu impian semua wanita ya" jawab wanita itu.
'Yah mulai deh obrolan ibu-ibu arisannya' guman Riska
"Oh iyaa Riska, kenalin ini Tante Mery dan Om Deni. Mereka teman mama sama papa. Oh iya pasti kamu sudah kenal Wiko kan? iya kamu pasti kenal. Kan sekelas. Wiko itu anaknya Tante Mery sama Om Deni"
Riska pun menghampiri Om Deni dan Tante Mery a.k.a orangtuanya Wiko lalu salim dengan mereka. Riska hanya tersenyum kecil kepada Wiko. Dan dibalas oleh senyuman kecil juga oleh Wiko.
"Yaudah sekarang kamu naik keatas. Mandi dan lain-lain. Habis itu turun ke bawah lagi ya" perintah papanya.
Riska pun langsung pamit dan segera naik ke kamarnya.
Riska tidak dimarahi. Riska selamat.
Setelah Riska mandi dan ganti baju dengan sangat cepat, Riska pun berniat keluar kamar dan turun kebawah. Menghampiri tamu-tamunya mama. a.k.a keluarganya Wiko. Sebenarnya Riska malas. Tapi karena ini ada kaitannya dengan orangtua Riska, jadi mau ga mau harus dilaksanakan.
Ketika Riska membuka pintu kamar, dilihatnya Wiko sedang duduk bersender dengan tatapan mata ke arah tangga.
Karena kaget, Riska menutup kembali pintunya. Dan menghela nafas sejenak untuk menenangkan diri. Lalu Riska membuka pintunya kembali.
"Apa?" tanya Riska kepada Wiko.
"Lo hari ini kemana aja sama Arsa? selain ke festival coklat" tanyanya datar
"Kepo" jawab Riska
"Ris. Jawab aja. Susah banget sih" tatapannya masih ke arah tangga yang menuju kamar Riska. Dari tadi tatapannya belum berubah. Masih sama.
"Gausah sok peduli lo" Riska menutup pintu kamarnya lagi. Kali iniWiko berdiri, tetapi masih bersender pada dinding dekat pintu kamar Riska.
"Gua peduli" jawab Wiko.
"Bohong" Riska merasakan air matanya sudah menetes.
"Kapan lo mau percaya lagi sama gua?"
Tidak ada jawaban dari Riska.
KAMU SEDANG MEMBACA
Distance Of Love
Fiksi RemajaPatah hati membuat semuanya suram. Apa yang dilihat menjadi tampak abu-abu. Apa yang dirasa membuat semua terlalu samar. Dan apa yang diterima melukai banyak jiwa. Cinta tak selamanya indah, walau memikat hati tetapi juga mengikat jiwa untuk sadar...