AUTHOR POV
"Hai Mo" sapa Riska yang sekarang memegang tangan Bimo. Riska menyapa Bimo yang sekarang terbaring lemah di ruang rawat inap. Bimo sudah bisa dipindahkan dari ICU ke ruang rawat inap karena kondisinya sudah stabil walaupun belum juga siuman. Bimo yang sekarang terlihat kurus pucat masih seperti Bimo yang dulu dimata Riska.
"kapan lo bangun? gua mau nyeritain semua tentang gua sama Wiko nih"
Wiko yang sedari tadi berdiri disebelah Riska hanya terus memperhatikan monitor pemantau detak jantung Bimo. Takut terjadi sesuatu, khawatir Wiko.
"Bimo, bangun dong" Riska menggerak-gerakan tangan Bimo. Tentu saja ingin Bimo terbangun dari komanya.
"Bimo gak bakal jawab lo, Ris" Wiko mempertegas hal itu pada Riska.
"Iya gua tau"
"Galak amat"
"Bodo"
"Tuh Mo, gebetan lo galak banget" Wiko bermaksud meledek Bimo, tetapi karena Bimo tidak merespon, ledekan itu terarah pada Riska.
"Itukan gebetan lo juga" jawab Riska dengan suara dimiripkan seperti Bimo. Riska bermaksud menjadi Bimo untuk saat ini, membalas ledekan Wiko terhadapnya.
"Iya sih gebetan gua, tapi gua gak mau ngakuin kalau dia gebetan gua"
Riska kali ini sudah memicingkan matanya. Tanda kesal karena omongan Wiko.
"Trus maunya ngakuin sebagai apa?" tanya Riska dengan nada dan suara bicara seperti Bimo. Sangat mirip.
"Pacar Mo, boleh kan?"
DEG.
Riska terdiam kaget karena perkataan Wiko. Bagaimana tidak? Wiko sangat blak-blakan. Tidak mungkin kali ini Riska pura-pura tidak peka akan kata 'pacar' yang telah dilontarkan Wiko.
Riska membulatkan matanya, meminta penjelasan atas apa yang telah Wiko katakan. Lebih jelasnya, Riska ingin Wiko mempertegas kata-kata itu.
"Apa sih? suka banget melototin gua kayak gitu" Wiko menampilkan muka kesalnya.
"Masih gak peka?" tanya Wiko kembali pada Riska.
"Peka akan apa ya?" Riska tersenyum malu dibarengi dengan senyum meledek karena ditanya seperti itu oleh Wiko.
"Peka kalau Wiko pengen lo jadi pacarnya Ris" Kali ini Wiko yang menjawab dengan nada dan suara seperti Bimo. Wiko menirukan suara Bimo ini lebih mirip daripada Riska yang menirukannya.
Wiko sedikit terkejut karena menurut monitor yang mengawasi detak jantung Bimo, detakannya menjadi cepat dari biasanya. dan kenapa alat ini tidak bersuara? 'mungkin detakannya masih normal kali ya' batin Wiko.
Tetapi sepertinya Riska tidak menyadari, sehingga hal itu masih dianggap santai oleh Wiko. 'Apa Bimo terbangun?' batin Wiko.
"Speak aja dulu" ledek Riska pada Wiko. Sebenarnya Riska ingin Wiko mempertegasnya dengan bilang 'lo mau gak jadi pacar gua Ris?' tetapi sepertinya kode Riska kali ini tidak mempan pada Wiko. Wiko malah memasang muka kesalnya akibat kepura-puraan Riska yang tidak peka dengan kalimat yang baru saja Wiko ucapkan. 'Bagus' batin Riska. dalam pikiran Riska, ia tidak mau Wiko mengatakannya sekarang. Karena kisah hidup mereka belum selesai sampai disini. Jika Bimo mengetahui mereka jadian, apa yang akan terjadi? bisa-bisa lebih parah daripada ini.
"Terserah deh" Wiko mendengus kesal. Lalu ia mengarahkan tatapannya pada Bimo yang sedang terlentang di hospital bed.
"Bimo, gebetan lo nyebelin" itu yang Wiko katakan untuk menyindir Riska saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Distance Of Love
Fiksi RemajaPatah hati membuat semuanya suram. Apa yang dilihat menjadi tampak abu-abu. Apa yang dirasa membuat semua terlalu samar. Dan apa yang diterima melukai banyak jiwa. Cinta tak selamanya indah, walau memikat hati tetapi juga mengikat jiwa untuk sadar...