[19] Sandiwara

185 21 0
                                        

AUTHOR POV

Akhirnya hari ini Riska masuk sekolah, menyetir sendiri tentunya karena ia ingin berangkat pagi dari rumah. mama dan papa Riska hanya menggelengkan kepala ketika melihat Riska terbirit-birit lari ke dalam mobil, padahal waktu masih menunjukan jam setengah 6 pagi.

Riska menelfon Wiko dalam perjalanannya. membangunkannya tentu. buffalo itu harus dibangunkan. kalau tidak? ia bisa bolos lagi.

"buffaloooo bangunn" teriaknya dari benda persegi empat berwarna putih itu.

"udah dong" jawab yang berada di sebrang

"tumben. sekolah kan?"

"iya, gua jemput ya Ris?"

"gak usah, gua udah otw"

"hah? kesambet apa lo? yaudah gua otw nih"

"oke hati-hati. byee"

Selama perjalanan, Riska kerap kali memikirkan bagaimana ia dan Wiko. dari awal pendekatan, penembakan, penjauhan, sampai kemarin pengakuan dari Wiko sendiri kalau ia sayang sama Riska. tetapi, terkadang Riska bingung dengan semua itu jika dihubungkan. ada sesuatu yang ganjil jika dipertemukan. oh iya, dan juga papanya yang akan pergi ke Jerman bersama mamanya. dan Riska dititipkan di rumah Wiko? well, itu ada baik dan buruknya.
-
-

Sekolah masih sangat sepi, ketika Riska memasuki gerbang. tapi Riska bisa melihat satu mobil yang telah terparkir manis di tempat biasa ia parkir. mobil sport B 124 WIKO berwarna putih itu mesinnya masih menyala. yang menandakan pemiliknya masih di dalam mobil. pantas saja Wiko datang lebih dulu daripada Riska, rumah Riska memang lebih jauh dari sekolah dibanding rumah Wiko yang jaraknya lumayan dekat.

Riska langsung buru-buru memarkirkan mobilnya disebelah mobil Wiko. tidak sabar bertemu dengan dirinya hari ini.

"Ris, masuk dulu deh" panggil Wiko dari jendela mobilnya.

"kenapa?"

"gua mau ngomong"

"oke tunggu" Riska mematikan mobilnya dan memasuki mobil Wiko.

"jadi, ada apa?" tanya Riska

"gua seneng lo sama gua akhirnya tau perasaan masing-masing. tapi inget? gua masih punya masalah disini. masalah itu menyangkut lo dan temen-temen kita. gua harap, kita di sekolah bisa jaga jarak. bisa kan?"

Riska mengerenyitkan kedua alis matanya. kaget? pasti. 'sebenarnya apa masalah mereka?' Riska merasa bahwa sepertinya hanya dia yang tidak tahu apa-apa.

"masalah apa sih ko?" tanya Riska

"bisa kan?" tanya Wiko kembali

"masalahnya apa sih ko? lo segitunya banget"

"gua nanya, bisa gak?"

hening. tatapan Wiko sekarang sudah mengeras.

"enggak" Riska menarik kaitan pintu mobil. ingin keluar. tapi lagi-lagi Wiko menahannya.

"Ris, cuma itu yang gua minta. dan hanya berlaku disekolah. gua tau lo ngerasa disini cuma lo yang gak tau apa-apa, tapi gua juga gak boleh ngasih tau yang sebenarnya terjadi. plis ngertiin gua ris. oke?"

"oke" jawab Riska dengan senyuman kecilnya, lalu ia segera turun dari mobil Wiko. menuju kelas tentunya dengan sedikit kesal pada Wiko.

Riska merasa marah. tentu. jelas-jelas Wiko yang bilang kalau hanya Riska yang tak tau apa-apa. bagus. Riska semakin tidak perduli dengan apapun yang ada di sekolah.
-
-

"Riskaaa, phiiwiiitt" panggil Arsa dari ujung kantin.

disisi lain kantin, Wiko sudah membulatkan matanya ke arah Arsa. tapi Arsa pura-pura tidak tahu itu.

Distance Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang