Aku berjalan menyusuri lorong rumah sakit seperti orang depresi. tubuh yang sengaja kuseret dengan kakiku karena sekarang aku benar-benar kekurangan tenaga. Waktu sudah menunjukan pukul 7 malam, dan aku tidak memperdulikannya.
Aku membuka pintu ruangan rawat inap itu dengan harapan dia ada disana. sedang sadar untuk mendengar ceritaku.
Tetapi ternyata kenyataan dan harapan bisa sangat bertolak belakang.
Bimo sedang tidur nyenyak disana.
"Eh Riska, tumben kesini malam-malam" Kulihat mama Bimo sedang terduduk sambil membaca majalah disamping tempat tidur Bimo. ia mendongkak ketika menyadari kehadiranku.
"Iya tante, sempatnya jam segini. gapapa kan tan?"
"Gapapa kok, Ris"
"Bimonya tidur ya tante?"
"Iyaa, baru aja tidur. dari tadi Bimo nungguin kamu sampe gak tidur siang"
kenapa semua orang mempersulit gejolak batinku sekarang ini?
"Ya ampun, maaf ya, Mo."
"Tante tinggal ya, Ris? kebetulan tante belum makan nih. jadi mumpung ada kamu, tante titip Bimo dulu ya"
"Oke siap tan"
Lalu mama Bimo bergegas untuk mengambil tasnya dan melesat keluar dari ruangan.
Aku tinggal berdua dengan Bimo.
"Hai, Mo"
"Gua mau curhat boleh?"
tidak ada respon. dan itu tak apa.
"Tadi Nia nyuruh gua ketemuan di The Launge, tau gak? itu loh restoran baru yang deket sekolah. baru buka kemarin, Mo"
"Trus Nia bilang kalau Wiko mantannya, trus mereka udah pernah ngelakuin 'itu'"
Aku sekarang memposisikan setengah tubuhku menjadi posisi tiduran di samping tempat tidur Bimo. tangan dan kepalaku kini hampir menyentuh badan Bimo. sedangkan badan dan kakiku masih di posisi duduk dan agak membugkuk.
"Mo, gua sama Wiko udah jadian"
Aku merasakan air mataku menetes lagi. aku berfirasat bahwa mataku sudah pasti sembab dan merah.
"Trus gua harus gimana, Mo?"
Aku benar-benar meluapkan air mataku yang mungkin kini sudah membasahi pinggir tempat tidur Bimo.
"Bimoo, jawab dong" Aku benar-benar frustasi saat ini. mendengar Wiko yang ternyata sebejad itu membuat seluruh batin dan fisik ku menolak untuk bersemangat.
"Ris, lo tau kan gua sayang lo?"
Aku mendongkak kaget ketika mendengar kata-kata itu. apakah Bimo sadar?
tetapi sepertinya tidak, karena ia mengucapkannya sambil tertidur dengan mata terpejam dan sama sekali tidak bergerak dari posisinya semula. apa dia ngigau?
"Mo?" Aku memanggilnya untuk sekedar memastikan. tetapi tetap hening yang ada. Berarti dia belum bangun.
"Maafin gua, Mo" Kali ini aku benar-benar menggenggam tangan Bimo. tangan yang berada infus di atasnya.
"Wiko nyuruh lo gak jawab waktu itu karena emang dia cuma mau mainin lo"
Suara itu membuat aku mendongkak kaget untuk kedua kalinya. Aku benar-benar sangat terkejut dan kehabisan air mata karena mendengar itu sehingga saat ini sama sekali tidak ada air mata yang keluar dari kelopak mataku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Distance Of Love
Teen FictionPatah hati membuat semuanya suram. Apa yang dilihat menjadi tampak abu-abu. Apa yang dirasa membuat semua terlalu samar. Dan apa yang diterima melukai banyak jiwa. Cinta tak selamanya indah, walau memikat hati tetapi juga mengikat jiwa untuk sadar...