"nih obatnya" gua kasih obat yang tadi gua beli di supermarket deket rumah ke mama.
gua liat di tempat tidur, riska masih terbaring tak sadarkan diri. tentu saja mama sudah menggantikan bajunya yang basah kuyup itu menjadi baju mama. baju itu kebesaran di badan riska. berhubung riska kecil mungil dan mama agak gendut. 'agak' loh ya.
lucu juga kalau dipake riska.
"lama banget lo nyet. kalo riska mati gimana?" wiko masih di samping tempat tidur. masih menggenggam tangan riska tentunya.
"buset dah, gua udah ngebut pake mobil. kalo tadi gua yang mati gimana goblok?"
"bodo amat gua sih"
"BAHASANYA DIJAGA BISA?" mama kembali membentak kita. anak-anaknya.
"iya ma" sahut gua dan wiko berbarengan.
gua lihat, mama mulai mengobati riska. dengan sekali tatapan, gua juga ngeliat kompres air panas di jidat riska dan tempat tidur yang ditiduri riska kini sudah diselimuti banyak selimut.
"lebay amat." mati. gua keceplosan
"apa?" tanya mama
"tadi arsa bilang 'lebay banget' gitu ma" anjir. wiko memang seorang cepu a.k.a pengadu.
"apanya yang lebay sa?"
"eh engga ma"
"kalau mau bilang lebay selimutnya banyak banget, gua yang ngambil tadi. biar riska gak kedinginan. kenapa? gak suka?" oh ternyata wiko yang ngambil selimut sebanyak itu. seperti biasa, cenayangnya muncul. dia selalu kayak bisa baca pikiran orang lain.
"oh, baguslah" yah kemajuan ya, wiko jadi perhatian sama riska. emang seharusnya wiko-riska ditakdirkan bersama.
tapi sayang wikonya brengsek.
"mama tinggal ya, itu riskanya dijagain"
"iya ma" selesai mama ngobatin riska, gua sama wiko masih di kamar. gua gak berani ninggalin riska dengan kondisi kayak gitu berdua sama wiko yang notabennya secara gak langsung udah bikin riska sakit luar dalem. alias fisik serta batin.
"ngapain lo disini?" tanya wiko sewot.
"lah gak suka aja lo"
"pergi aja deh"
"mau diapain lagi riskanya kalo gua pergi?"
"ya gua jagain"
"gua gak percaya"
"yaudah"
dan memang hanya tuhan dan wiko yang tau apa pikiran bocah yang satu itu.
WIKO POV
sialan. kenapa arsa masih disini sih? gua pengen banget minta maaf abis-abisan sama riska. gua pengen jelasin semuanya sama riska. gua pengen ngobrol banyak sama riska.
walaupun gua tau sih riska gak bakal denger dan gak bakal nyaut. seengganya gua secara gak langsung udah bilang ke dia.
gua butuh privacy dari arsa.
"memar lo udah sembuh?" tanya arsa
"sejak kapan lo peduli?" ngapain coba dia nanya? orang jelas-jelas masih bengkak gini memarnya.
"buset. gua serius ini."
"gua juga serius"
"belom sembuh ya? yaudah gua minta maaf"
"minta maaf buat apa?"
"kan gua yang bikin memar itu"
"oh" iya emang arsa yang mukul gua sampe pingsan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Distance Of Love
Novela JuvenilPatah hati membuat semuanya suram. Apa yang dilihat menjadi tampak abu-abu. Apa yang dirasa membuat semua terlalu samar. Dan apa yang diterima melukai banyak jiwa. Cinta tak selamanya indah, walau memikat hati tetapi juga mengikat jiwa untuk sadar...