AUTHOR POV
Avrin memasuki ruangan rawat inap Bimo, dengan langkahnya yang perlahan, alih-alih takut mengganggu Bimo yang sedang istirahat.
"Hai Av" Sapa seseorang yang sedang terbaring dengan senyumnya diatas tempat tidur rumah sakit itu.
"Hai, gua kira lo tidur" Balas Avrin dengan memantapkan langkah kakinya untuk menghampiri Bimo.
"Lo udah pulang?"
"Udah, gimana? udah mendingan?" Avrin mendaratkan tubuhnya di tempat duduk sebelah ranjang Bimo.
"Udah sih, besok gua boleh pulang"
"Wah? bagus deh. semuanya kangen sama lo"
"Masa? gua gak yakin"
"Hm, senggaknya gua disini kangen banget sama lo"
"Berarti lo aja dong?"
"Engga sih, ada lagi yang lain. Riska? dia kangen banget lah sama lo"
"Ohh gitu ya"
"Lo gak percaya ya sama gua?"
"Percaya lah. Eh gua mau nanya deh"
"Nanya apa?"
"Riska-Wiko, mereka ada hubungan ya?"
"Ha? oh mereka..hmm" Avrin menggaruk tengkuk belakangnya. semua orang tahu kalau Avrin seperti itu jelas sedang menutupi sesuatu.
"Mereka kenapa?" Bimo yang mengetahui Avrin sedang menutupi sesuatupun penasaran akan hal yang akan Avrin lontarkan dari mulutnya.
"Mereka..gapapa"
"Jujur aja kali Vrin"
"Eh, mending lo tanya aja sendiri"
"Kayaknya mereka gak mau jujur sama gua"
"Mungkin emang belum saatnya lo tau, gua saranin ya lo jangan terpaku sama Riska aja. banyak orang yang berharap sama lo seperti lo berharap sama Riska"
"Siapa?"
"Ya........siapa ya? ya seseorang yang......mungkin orang yang.....ya gitu sih.....dia hmmm....jadi ya dia..."
"Lo?"
"Iya. eh maksudnya enggak. bukan gitu maksudnya ya, tapi bisa jadi sih. tapi..."
"Lo mau gak jadi pacar gua?"
"Ha?" Tubuh Avrin menegang. pikirannya terpaku pada 6 kata yang baru saja disebutkan oleh Bimo. Beberapa kata yang sangat diharapkan oleh Avrin sejak setahun terakhir. kalimat yang akan sangat mengubah hidupnya.
"Mau gak?" Bimo memecah lamunan Avrin dalam kesenangan hatinya.
"Mau. mau banget" Avrin sama sekali tidak berfikir panjang untuk menjawab perkataan impian dari seorang Bimo.
Walaupun seharusnya Avrin memang harus sangat berfikir panjang.
--○--
WIKO POV
"Videonya cuma itu mas? ada lagi gak yang ada merekanya?" Tanya gua ke satpam restoran itu.
"Enggak dek, cuma itu aja"
"Boleh saya copy gak?"
"Boleh, ambil aja"
Gua mengambil flashdisk gua di tas dan mulai mengcopy video itu.
video yang berisikan saat Nia bersama dengan Riska di The Launge.
tepatnya, saat Nia memberitahu Riska tentang fitnah yang berhubungan dengan gua. diri gua yang memang sangat polos dan tidak bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Distance Of Love
Teen FictionPatah hati membuat semuanya suram. Apa yang dilihat menjadi tampak abu-abu. Apa yang dirasa membuat semua terlalu samar. Dan apa yang diterima melukai banyak jiwa. Cinta tak selamanya indah, walau memikat hati tetapi juga mengikat jiwa untuk sadar...