Prolog

892 50 9
                                    

Menurut Mira lima tahun, tidak ada yang bisa menandingi betapa menakjubkan hidupnya waktu itu.

Mama selalu mengibaratkan Mira seperti Saras dari Saras 008, sebuah serial televisi tahun 2000-an yang bercerita tentang seorang pahlawan cewek berlateks belang hitam putih.

Iya. Saras 008 yang itu. Si pembela kebenaran.

Kalau diandaikan seperti barang, Saras 008 adalah barang KW dari Wonder Woman. Walaupun barang KW, Mira kecil tetap bangga disebut-sebut mirip Saras 008, yang berarti dirinya disama-samakan dengan pahlawan. Apalagi saat Mama menyematkan medali dari kertas origami pada dada kanannya. Mira kecil tersenyum hingga pipinya sakit. Dilirik sekilas, medali itu berkilat menyinari pandangan. Mira kecil selalu ingat ucapan Mama kala itu; Mira dilahirkan dengan mengemban sebuah misi penting pada kedua pundaknya. Kalau Saras 008 punya misi untuk menyelamatkan dunia, Mira juga punya. Dia harus memulai misi dengan menghindari orang-orang.

Mira menurut. Tanpa menyadari bahwa itulah kebohongan pertama Mama.

***

Mira sembilan belas tahun masih menganggap kehidupannya menakjubkan. Menakjubkan dengan ha ha ha.

Yakni iringan tawa geli penuh sarkasme.

Semua berawal karena Mira tumbuh. Dia mulai mengetahui bagaimana dunia bekerja sehingga membuatnya sadar dengan fakta: banyak sekali kebohongan-kebohongan orang dewasa yang ia percayai sewaktu kecil. Contoh kecilnya seperti pahlawan berkekuatan super itu tidak pernah ada. Mereka fiktif. Padahal Mira percaya dirinya adalah anak berkekuatan khusus karena awan serta benda-benda langit lainnya selalu mengikuti gadis itu kemanapun ia pergi.

"Kamu itu khusus, Sayang. Percaya deh. Setidaknya kamu spesial buat Mama dan Papa. Mama dan Papa ngenamain kamu Mira karena apa?"

Mira bergumam penasaran. Saat itu, Mira sedang curhat tentang awan-awan yang ternyata tidak mengikutinya kepada Mama. "Nggak tahu, Ma," desau Mira lima tahun.

"Karena kamu keajaiban Mama dan Papa. Nama kamu Mira karena kamu Miracle."

"Mirekel? Itu kan bukan Mira, tapi Mire."

Tawa Mama pun berderai. Capitan gemas Mama menarik pipi tembam Mira. Mira kecil terheran, merasa sama sekali tidak ada yang lucu.

Contoh besar dari kebohongan orang dewasa adalah bagaimana Mama menutupi identitas Mira dengan menyebutnya sebagai pahlawan. Setelah masa pengelabuan itu, Mira akhirnya mengerti bahwa ternyata hidupnya memang cukup lucu. Layak untuk ditertawakan dengan tawa berderai-derai. Kadang-kadang, saat Mira berada di puncak rasa frustrasi akan dirinya sendiri, Mira akan berkata kepada Mamanya, "Ma, sepertinya, Mama sudah melakukan kesalahan dengan melahirkan aku, deh."

Setelah mengucapkan itu, Mama akan menangis berderai-derai pula dan mencicitkan kata maaf. Dan kalau sudah seperti itu, Mira dan Mama akan saling berpelukan dan menangis sampai tengah malam. Merengkuh satu sama lain hingga fajar.

Mira selalu bangun lebih dulu dan menghabiskan lima detik pertamanya dengan memandangi medali-medali bikinan Mamanya dulu-kebohongan-kebohongan Mama. Ada medali origami dari kertas emas, perak, dan warna-warna metalik lain, terpajang rapi di meja belajar membentuk rumbai. Sembari meresapi kilatan metalik medali tersebut, Mira membiarkan pikirannya melayang-layang sementara raganya sedang menangkap ruhnya yang masih tercecer.

Setiap pagi, Mira ingin membiasakan diri dengan keadaan berada di ambang batas kesadaran. Agar sewaktu-waktu Mira tak akan terkejut jika Tuhan memanggilnya.


----

Hai! Sebenarnya, karya ini udah tuntas dan rasanya sayang apabila karya ini dibiarkan membusuk di komputer so yeah, aku putuskan untuk mem-publish di sini. Omong-omong mengenai A Way Out--mari kita menyingkatnya sebagai AWO mulai dari sini, AWO nggak fokus banget ke romance yang tengah digandrungi oleh masyarakat wattpad. Agak dark, namun tetap berunsur komedi...? Teehehe.

Percayalah. Dunia sebenarnya digenggam oleh para remaja.

Any comment would be so lovely ;)

A Way OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang