BAB XIX

138 13 5
                                    


Selama Porseni berlangsung, Alan benar-benar pergi. Memenuhi janji bahwa pertemuan kejadian pecah beling kemarin adalah pertemuan terakhir mereka.

Mira bisa melihat cowok itu di layar televisi nasional yang menampilkan siaran langsung pertandingan babak penyisihan Proliga live dari Malang. Konyolnya, saat-saat tertentu dalam siaran langsung tersebut, Alan memandang ke arah kamera dan menunjukkan tealphaty seolah-olah tanda tersebut adalah suatu kebanggaan.

Dasar.

Lupakan tentang Alandra Septian. Alan tidak sehat untuk kesehatan jantung Mira.

Tidak hanya ingin merecoki Mira dalam pesan WhatsApp, Alan juga memaksa Mira membuat akun Snapchat. Katanya demi meliput segala keseruan yang terjadi saat porseni berlangsung. Mulanya Mira menolak, merasa akun Twitter radio sekolah sudah cukup untuk meliput kegiatan porseni, namun Alandra Septian sulit untuk ditolak.

Caption Snapchat Mira kira-kira begini:


07:10 AM

Upacara pembukaan Porseni.

Dalia melupakan topinya.


10:03 AM

Lomba karaoke.

Bu Seroja menyabotase mikrofon.

(Dengan video sepuluh detik Bu Seroja sedang bernyanyi dengan khidmat, tentu saja menyanyikan lagu Iis Dahlia dan beberapa tembang kenangan)


14:02 PM

Futsal XI MIA 1

Lexie menggambari perutnya dengan spidol permanen.

Biar sixpack, katanya.


15:45 PM

Delivery cupcakes.

Banyak pasangan yang jadian.


Lima menit kemudian Alan mengirimkan pesan kepada Mira: Kita kapan?


Mira hanya nge-read.


Satu pekan Porseni, Mira sibuk membantu pendistribusian cupcakes ke kelas-kelas sepuluh. Melelahkan, namun kebahagiaan penerima cupcakes mengalir juga kepadanya. Senyuman sang penerima. Perasaan mencintai dan dicintai. Juga kepuasan yang terpancar saat menyicip cupcakes tersebut.

Satu pekan itu juga, Mira banyak tertawa. Satu hal yang Mira sadari, dia gagal menjalankan misinya untuk menghindari orang-orang. Dan entah mengapa, dia tidak menyesal.

"Keuntungannya lumayan, nih. Tapi masih belum cukup. Kita jualan lagi yuk," tutur Dalia dalam rapat anak danus.

"Kamu teh jangan nerima pesanan di luar sekolah. Capek euy nganternya. Jauh!" komentar Lexie bersungut-sungut. Lexie ikutan rapat juga, katanya, menggantikan posisi Alan yang sedang sibuk bertanding.

"Sorry, cinaku sayang," goda Dalia sambil mengedipkan mata. Lexie bergidik kegelian. "Aku sempat kepikiran begini. Liburan kelas kita kan dua pekan lagi, dua pekan ini bisa kita manfaatin dengan jualan lagi. Lumayanlah kan? Jualannya nggak usah ribet, deh. Simpel aja kayak... roses. Aku mendapatkan ide ini setelah ngelihat banyak yang ngasih cupcakes kepada pacar-pacar mereka. Manfaatkan rasa kasmaran itu sebagai keuntungan." Dalia menyeringai.

A Way OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang