BAB XXIII

152 10 8
                                    


Alandra Septian

Al, lo marah karena gue nembak lo? Atau lo marah karena Yonas?

Yonas kagak maksud ngatain lo ansos kok

Ansos pan bukan kesalahan

Alandra Septian

Gue sudah melakukan survey yang diisi oleh 5000 followers gue. 70% diantaranya bilang ansos itu bukan kesalahan

Ansos melahirkan orang-orang hebat lo, Mir

Gue aja jadi pengen jadi cowok ansos!!

Alandra Septian

Cuma diread doang nih? Okelah kalau gitu, Al.

Alandra Septian

Eh pinjem pr bio dong

Ups sorry, Al, gue salah kirim

Alandra Septian

Maafin gue, Al...

Alandra Septian

Nikmati nelpon dan SMS UNLIMITED ke sesama pengguna. Internetan sepuasnya 7 hari dengan paket Freedom Mini. Ketik *123*88#

Sekedar info. Siapa tau lo tertarik, Al. Hehe.

Tak ada satupun pesan WhatsApp Alan yang dijawab Mira.

Dua minggu telah berlalu sejak Alan mengirimkan WhatsApp terakhirnya.. Jelas bahwa Mira sedang berada dalam misi menghindari Alan mati-matian. Tanpa Alan, tidak ada yang menaruh perhatian, merecoki di perpustakaan, dan menanyakan hal-hal remeh kepadanya. Dia kembali menjadi cewek tak kasat mata. Entah sejak kapan, Mira mendapati sebuah lubang besar dalam hatinya. Lubang hampa.

"Nonton putaran kedua Proliga kemarin, nggak?"

Mira tidak tahu siapa pemilik suara tersebut dan tidak berniat mencari tahu. Dia pura-pura memainkan ponsel yang ia sembunyikan di bawah meja, membuka permainan Hay Day, dan dengan gesit memanen pohon-pohon cocoa.

"Lihat dong! Alan menang lagi euy. Keren bangetlah tim mereka sampai masuk final four! Alan jadi bintang banget. Lihat aja Twitter dia. Followersnya ngelunjak!"

Mira tersenyum tipis. Alan menang. Jadi itulah sebabnya Alan nggak pernah ngirim WhatsApp lagi.

"Stalk dong! Stalk!" ujar suara lain, bersemangat.

Suara kali ini lebih beribawa. "Sabar atuh. Kudengar-dengar, Alan kemungkinan besar akan menyabet kategori Best Player tahun ini karena attitude dan skill-nya yang semakin hari semakin bagus."

"Best player. Pikiranku mikir kemana-mana."

"Unch, inginku berkata kasar."

Mereka kembali krasak-krusuk. Cekikikan terdengar bersahut-sahutan. "Kapan sih Alan balik ke sekolah? Mau aku pamer, deh, di Instagram aku."

"Ikut pertandingan gitu mah pasti harus latihan intensif. Nggak mungkin Alan bisa ke sekolah dulu. Ada yang mau ikut final four-nya, nggak? Kudengar, jadwal final four pertama ada di Bandung."

Mira mendekati meja guru, tempat LKS bertumpuk. Dia melewati kerumunan cewek itu. "Itu cewek yang ditaksir Alan, kan?"

"Iya. Cewek yang nganggep kita semua sebagai orang fake."

"Sok suci banget. Paling juga dia yang paling fake di antara kita semua."

Mira membelalak ke arah mereka. Mereka adalah geng celak mata. Lihatlah, salah satu di antara mereka menyapukan warna merah muda dan biru di kelopak mata, mengikuti Harley Quinn, kayaknya. Cukup mengherankan mengapa guru BP tidak menyeret mereka ke ruang konsultasi.

A Way OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang