BAB XIII

220 21 13
                                    

Bon Apetite. Yum Yum.


***


Bagaimana caranya menghindari Rifan ketika wajah cowok itu selalu muncul di mana-mana?

Rifan mendaftar sebagai calon ketua osis. Pemimpin dengan kelakuan seperti itu? Yang benar saja!

Dan karena Rifan menjadi seorang calon, wajah Rifan terpampang hampir di setiap sudut sekolah. Fotonya dicetak sebesar kertas HVS dan ditempel di titik yang sering dilalui orang. Dalam foto itu, Rifan berseragam rapi. Senyumannya merekah manis, menyebabkan sepasang matanya membentuk bulan sabit. Kompilasi tersebut berhasil menjadikan Rifan dijuluki 'Angelic Face' oleh adik-adik kelas.

Ingin sekali Mira muntah mendengar julukan tersebut.

Foto-foto Rifan seolah-olah menjelma menjadi minion-minion Rifan yang ditugaskan untuk membuat Mira semakin terkekang. Kelas bukan lagi tempat yang aman buat bersembunyi. Semenjak keikutsertaannya menjadi panitia danus kelas, orang-orang sudah mulai menyadari keberadaannya. Setiap pagi, Lexie menyapanya dengan riang. Menjadikannya pusat perhatian seluruh anggota kelas.

Dia bahkan diteror oleh seorang lagi.

From: MIA 1 Dalia

Berdasarkan hasil rapat kemarin, kita mau berkemah ke ranca upas. Kamu ga dateng rapat, kan? Nah, ke ranca upas tuh gamakan dana sedikit. So, kita masih perlu nyari dana lagi. Mau ya mir jadi PJ jualan habis UTS nanti? kata alan km bisa bikin kue yang soo delicious!

From: MIA 1 Dalia

Mau yaaa?

Mira mendesah berat setelah membaca pesan tersebut.

Disakukannya ponselnya ke dalam kantung rok. Dia membuka pintu UKS dan mengintip ke dalam. Ruangan tersebut kosong. Tidak banyak anak yang datang ke sana karena tempat tersebut dijaga ketat oleh Bu Hartini. Dan Mira, dengan wajah selalu pucatnya, senantiasa dapat mengelabui sang guru dengan mudah.

Punggung Mira bersandar di dinding. Telapak tangannya menyentuh kening. Setidaknya di sana dia tidak menemukan wajah Rifan terpampang. Alih-alih poster Rifan, yang ada hanya PSA mengenai kesehatan. Kalau iya, dia tidak akan segan meninju dinding. Tepat pada wajah tampan Rifan.

Mira mengeluarkan tiga botol kecil dari kotak pensilnya, mengambil tiga kapsul dari tiga botol berbeda, dan memasukkannya ke dalam mulut. Air mineral kemasan gelas diseruputnya untuk melancarkan kapsul tersebut melintasi kerongkongannya.

Kapsul berisi kehidupannya.

Sebenarnya, dia sudah lelah menelan butir-butir kehidupan itu. Dia juga sudah lelah menjadi monster.

"Ada orang kagak?"

Kedatangan Alan yang tiba-tiba mengakibatkan Mira jadi terbatuk-batuk keras. Cewek itu segera mendorong-dorong botol kecil kembali ke dalam kotak pensil.

"Mira doang, ya? Gue masuk, boleh?" tanya Alan. Walaupun Mira belum sempat mengutarakan persetujuan, cowok itu sudah masuk ke ruangan dan duduk di kursi plastik yang disediakan untuk pengunjung.

"Lo sakit?"

"Ya gitu, deh."

Agar tidak ditanyai lebih jauh, Mira bertanya balik, "Kamu sendiri masih sakit?"

"Muka lo khawatir banget, Al. Jangan gitu dong. Gue gemes mau nyubitin pipi lo yang tembem itu," kata Alan sambil tertawa geli. Sontak Mira memegangi kedua pipinya.

A Way OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang