Sehari sebelumnya...
Rencana awal setelah pertandingan putaran kedua Proliga berakhir adalah Alan akan menghabiskan waktu emasnya dengan mandi air hangat dan tidur sepanjang hari. Jujur saja, dia kangen menghabiskan waktu di rumah. Dia kangen Jakarta, walau Jakarta sudah mendepaknya keluar.
Pertandingan terakhir ini sangat menguras tenaga dan emosinya. Tak dapat dipungkiri kali ini lawan mereka yang terberat—Surabaya Salvator. Dari coach, mereka diinformasikan bahwa tim lawan diisi seorang anggota baru asal Jepang sehingga mereka sukar memprediksi taktik lawan. Untunglah coach berkepala dingin. Beliau memberi saran bagaimana cara memanfaatkan kelemahan lawan setelah dua babak kekalahan berturut-turut. Kemenangan diraih dengan skor tipis 3-2. Tiket laga perempat final berhasil mereka dapatkan—Alan bersyukur perempat final nanti diadakan di Bandung. Sebagai ganti tiket kemenangan, tubuh Alan jadi remuk tak keruan.
"Kita ke Gurnawarman dulu, Ndra." Anindita berkata tanpa memandang Alan. Fokusnya jatuh pada layar ponselnya. "Mama udah booking tempat di Holy Crab untuk ngerayain kemenangan elo."
"Holy crap?" goda Alan.
"Holy Crab! Pleaaaze! Kok elo rese, sih?" Anindita memanyunkan bibir.
Alan nyengir. "Ah, elo Teh, kan gua bercanda doang. Sensitif amat lo kayak test pack."Terpaksa rencana awal Alan batal. Cowok itu membelokkan arah mobil mereka menuju Gurnawarman. Lagi pula, ide menghabiskan waktu bersama keluarga mungkin lebih baik. Mengingat besok dia harus berangkat kembali ke Bandung untuk mempersiapkan final four.
"Di final four nanti, gue akan bertanding dengan timnya Bagas." Alan menyebutkan nama Bagas hati-hati. Takut kakaknya akan tiba-tiba mengamuk. Namun reaksi Anindita datar-datar saja. Maka, Alan kembali melanjutkan, "Lo nggak apa?"
"Apanya yang nggak apa?"
"Denger nama Bagas."
"Terus?" tanya Anindita ketus.
"Nggak apa-apa. Somehow, lo udah nemu pengganti, ya? Makanya, kini nyebut nama Bagas nggak ngebuat lo ngamuk lagi?"
"Bukan urusan lo, pokoknya."
Alan mengerucutkan bibir. Tak lama, mobil yang disetirinya telah tiba di daerah Gurnawarman. Holy Crab ternyata merupakan restoran sea food bermenu andalan kepiting, bukannya restoran metal karena namanya kayak umpatan—holy crap, lagian siapa sih founder restoran ini? Bisa-bisanya menyematkan nama seperti itu menjadi restoran. Alis Alan mengernyit ketika memasuki restoran tersebut. Ada sesuatu yang aneh...
"Kita makan langsung dari meja? Kayak kambing?" Alan mengumpat sesaat setelah dia menemukan mama dan papanya berada dan duduk di kursi kosong. Mendengar komentar Alan, mamanya tertawa renyah, sementara sang papa yang duduk di sebelah mama, hanya diam bersedekap dengan dahi berkerut.
"Watch your mouth, Andra." Anindita mengerang. "Ini namanya style makan lousiana, yang menjadikan resto ini unik dan justru jadi kekinian. Lagian mejanya bersih, kok. Dilapisi kertas gini."
"Aneh-aneh aja." Alan tertawa garing. "Syukur-syukur di dunia ini diciptakan piring, malah nyari susah. Heran sama anak-anak kekinian yang terkadang ngalamin kemunduran."
Mama melerai mereka. "Nggak baik bertengkar di meja makan."
Selagi menunggu Mud Crab dan Cajun Fries pesanan mereka, keluarga kecil itu banyak bercerita. Mengenai pertandingan Alan, kuliah Anindita, Tante Liana—adik mama—yang sedang hamil anak kedua. Pesanan mereka datang saat topik pembicaraan membahas tentang warna cat yang bagus untuk rumah.
"Tunggu sebentar, gue ngefoto Mud Crab-nya dulu! Lumayan buat dipamer di Instagram!"
Beda seperti namanya, Mud Crab tidak terlihat menjijikkan sama sekali. Bumbu garlic pepper yang melumuri seluruh bagian kepiting meresap hingga ke daging-dagingnya. Rasa asin dan pedasnya pas di lidah. Pada kaki kepiting terakhir, Alan dan Anindita sempat rebutan, mengingatkannya pada masa-masa kecil ketika mereka sering memperebutkan paha ayam goreng.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Way Out
Teen FictionMisi hidup Almira Putri Sartika adalah menghindari orang-orang. Dengan itu, Mira bisa melindungi orang lain dan dirinya sendiri. Mulanya Mira berhasil dengan berpura-pura menjadi cewek introvert, namun Rifan, ketua kelas XI MIA 1, malah mengacaukan...