BAB XX

59 6 2
                                    


Rasanya seperti bergerak mundur menuju kejadian satu tahun yang lalu. Ledakan amarah bergerombolan dalam dada Alan. Menyoraki agar Alan bertindak gegabah seperti menonjok wajah cowok di sebelahnya sampai wajah cowok itu tidak dikenali.

Alan bersedekap sambil memandang Bu Seroja dengan tatapan kosong. Bu Seroja berusaha keras mengorek informasi dari kedua murid di hadapannya, namun tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Alan. Begitupun si korban, Rifan.

"Lagi-lagi saya lihat kamu di ruang BP, Alandra. Kamu tidak bosan mendulang masalah?" Bu Seroja geleng-geleng melihat Alan. "Saya putuskan untuk menjatuhkan hukuman skors kepada kamu akibat tindakan pemicu perkelahian. Seminggu. Dan ini berarti kamu sudah mengumpulkan 89 poin dari 100 poin maksimal, sebagai alasan kamu akan dikeluarkan dari sekolah ini." Lalu Bu Seroja teringat sesuatu. "Ah, karena kamu tidak mengenakan seragam ke sekolah sekarang, tambah 3 poin lagi. Poin yang kamu kumpulkan berarti sudah 92 poin."

Hebat. Benar-benar persis seperti setahun lalu. Ketika Alan menghabisi kakak kelasnya yang bernama Bagas karena Bagas menganggap Anindita sebagai cewek murahan. Ketika dia harus dikeluarkan dari sekolah karena perkelahian itu. Dan ketika dia dikeluarkan dari klub volinya karena Bagas adalah bintang klub, sementara Alan sendiri hanyalah debu. Dada Alan terasa sesak mengingat kejadian tersebut.

"Dan untuk kamu, Rifan, karena kamu tidak juga angkat suara, saya anggap kamu juga andil dalam perkelahian ini. Kamu saya jatuhi skors selama tiga hari."

Alan menggeram. Di mana letak adilnya!? Ingin sekali Alan membuka mulut tentang kebejatan Rifan, namun niat itu ditahannya ketika sosok sang kakak muncul dalam benaknya.

Anindita adalah kebanggaan orangtua Alan. Dia mencamkan fakta itu dalam hati. Dia tidak ingin nama Anindita jadi rusak. Dan lebih tidak ingin lagi orang lain merusak Anindita.

Ekor mata Alan tertuju pada Rifan yang sudah babak belur di sebelahnya.

Sial!


***

[HOT NEWS] Cinta segitiga?! Bintang Sekolah Al Berkelahi dengan Ketua Rf demi Memperebutkan Am. Lantas, ke Manakah Cinta Am akan Berlabuh?



Segera Mira merobek artikel yang tertempel di majalah dinding. Artikel penuh asumsi menjijikkan itu berakhir terkoyak di tempat sampah sudut lapangan. Mira yakin. Alan tidak mungkin melakukan tindakan tersebut tanpa alasan yang kuat walaupun kadang-kadang Alan memang impulsif. Entah berapa lama Mira memandangi window chat WhatsApp terpampang di layar ponsel, menekuri last seen Alan sekitar lima menit yang lalu. Keadaan kini berbalik. Giliran Alan yang menolak membalas pesannya.

Mira menggigit bibir bawah. Sepenuhnya bertanya-tanya apa yang sedang terjadi.

***

Hari Rabu, Mira meniatkan tidak masuk sekolah. Dia sedang kedatangan tamu bulanan yang mengakibatkan perutnya sakit melilit. Kalau saja dalam buku birunya tidak tertulis bahwa hari itu diadakan pengambilan nilai Fisika, dia tak akan mengumpulkan segenap rasa semangat untuk bersiap-siap ke sekolah pagi ini.

Sesampainya Mira di kelas, dia mendapati Rifan duduk di bangku terdepan. Rifan sudah kembali dari hukuman skorsing. Bekas biru dan lebam mulai memudar dari wajah cowok itu. Sekilas, Mira bisa merasakan tatapan tajam Rifan untuknya. Mira segera berpaling dan berjalan ke bangku pojok belakang. Ada rasa ketidaknyamanan yang terjalin saat berada dalam jarak beberapa dengan Rifan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 05, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Way OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang