"Sekarang, telah menjadi lautan api, Bandung Fighter rebut kembali!"
Sekilas, Alan melirik spanduk besar pendukung timnya—Bandung Fighter. Yel yel dari pendukung menggelontorkan semangat Alan. Apalagi, tidak hanya spanduk dari Bandung Fighter saja yang membentang gagah di tribun, spanduk bertajuk 'Alandra Lovers—Alovers', disertai foto Alan lagi berkeringat seksi, entah kapan dan di mana foto itu dikutip, juga berkibar di sebelah pendukung Bandung Fighter.
Alan melirik papan skor. Babak keempat. 24-13.
Alan tidak pernah merasa semembara ini. Tubuhnya bergerak lincah mengikuti gerak bola, mengawasi tipuan-tipuan dari lawan.
Diusapnya dahi yang dibanjiri keringat dengan telapak tangan. Kepalanya mengedik ke arah Bara yang saat itu tengah bertumpu pada lutut. Bara memberi Alan sebuah kode tersirat sebelum servis dilakukan dan perebutan skor kembali terjadi.
Menerima pesan tersebut, Alan mengangguk.
Alan memecah formasi dengan berlari menuju net bersama Bara. Keduanya membendung serangan lawan dengan melompat tinggi. Nyaris meleset, sehingga membuat bola tersebut terpantul lemah menuju batas net.
Masuk!
Riuh terdengar dari sayap kiri. Tempat di mana spanduk lebar bertuliskan nama tim mereka terangkat dan banyak penggemar pemain berjingkrak. Terutama para Alovers.
Ketika papan skor menunjukkan angka 25-13, Bandung Fighter dinyatakan menang.
Melihat ke arah kamera yang merekamnya dengan jarak dekat, Alan kembali menunjukkan simbol kebanggaannya: tealphaty salute. Berharap bahwa seseorang melihat simbol tersebut. Bahwa seseorang tersebut menyadari dirinya selalu menyertai Alan.
"Sepertinya, harga jual saham lo naik, Lan," komentar Yulina ketika dia menghampiri Alan yang menghambur keluar lapangan. Cewek itu menyodorkan handuk bersih beserta Pocari dingin.
Alan dengan senang hati menerima pemberian Yulina. "Ya, ya, nanti gue bagi dividennya secara merata."
"Balik ke Bandung nanti, mau nongkrong bareng nggak? Dulu kita pernah ngebatalin janji ke kafe baru di Kosambi. Dan, gue pengin mulai lagi, Lan—"
Alan bukan cowok yang nggak peka, dia langsung tahu Yulina berusaha mendekatinya lagi. Usai menghapus keringat di lehernya, Alan memerhatikan wajah Yulina lekat-lekat. Yulina cantik, tinggi, dan baik hati. Yulina juga masuk dalam daftar atlet voli cewek tercantik di Indonesia. Dan rasanya secara visual, mereka bersanding dengan sempurna. Anonim di ask.fm Alan pun sering menanyakan hubungan mereka di situs ask.fm dan mengamini mereka jalan bersama.
Masalahnya, Alan selalu ngerasa ada sesuatu yang kurang.
"Sorry. Gue harus nyusul ke Ranca Upas setiba gue di Bandung, kelas gue lagi ngadain liburan."
Ekspresi kecewa nampak jelas dari wajah Yulina. "Apa karena cewek itu, Lan?"
Cewek itu?
Ibunya? Teh Manis? Atau... Almira? Mengingat sesuatu, Alan seketika berjongkok sambil memberantakkan rambutnya. Merah merambat ke daun telinganya. Yulina ikut berjongkok, menanyakan apakah Alan baik-baik saja.
"Kagak. Gue kagak apa-apa. Gue hanya mengingat kalau baru saja... gue kalah taruhan."
***
Jumat pagi di bulan Februari, sehari setelah Alan mendarat di Bandung, merupakan salah satu hari terburuk Alandra Septian.Pertama, setelah balik ke Bandung, Alan ngeloyor masuk ke kamar kakaknya untuk mengembalikan bra hitam yang pernah dia culik. Alan yakin banget kakaknya tidak ada di kamar karena sepengetahuannya Anindita sedang membeli oleh-oleh keripik basreng dan brownies. Sialnya, Alan menemukan Anindita justru sedang berkemas di kamar. Menangkap basah dirinya sedang menenteng tali bra dengan ujung jari.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Way Out
Teen FictionMisi hidup Almira Putri Sartika adalah menghindari orang-orang. Dengan itu, Mira bisa melindungi orang lain dan dirinya sendiri. Mulanya Mira berhasil dengan berpura-pura menjadi cewek introvert, namun Rifan, ketua kelas XI MIA 1, malah mengacaukan...