Gue berjalan tanpa arah. Seharusnya gue langsung pulang ke rumah karena mama udah nyariin gue, tapi gue lagi gak mood pulang dan memilih untuk pergi ke taman deket rumah sebentar. Sekedar refreshing.
Gue duduk di salah satu ayunan di sana. Dari dulu gue suka banget ayunan. Setiap kali gue sedih atau bimbang, gue selalu naik ayunan. Sama halnya saat dulu gue pertama kali denger Kak Mira divonis kanker. Hanya sekedar main dan nenangin diri.
"Vira?" Panggil seseorang tiba-tiba.
Gue sontak menengok ke arah datangnya suara.
"Kak Reno? Kak Reno ngapain disini?" Tanya gue kaget. Gue langsung mengusap air mata gue yang gue sendiri gak sadar kalo gue abis nangis.
"Gapapa iseng-iseng jalan-jalan, eh ketemu lu disini," ujarnya sambil tersenyum. "Gue duduk disini ya?" Kak Reno menunjuk ayunan di sebelah gue. Gue mengangguk sebagai jawaban.Selama beberapa menit, gaada yang memulai pembicaraan. Kami sama-sama larut dalam pikira kami masing-masing.
Gue masih berfikir, kalo seharusnya Miko ga akan bertahan sejauh ini, apakah dia akan bertahan seterusnya? Apakah umurnya masih panjang? Apakah dia kuat?
Jujur gue sangat berharap. Entah kenapa rasanya sakit banget denger Miko menderita penyakit segitu parahnya dan bahkan, gue sebagai temennya gatau apa-apa. Miko selalu ngomong dia gak papa, tapi gue tau dia sakit. Dia gak bisa bohong.
Kenapa dia selalu nyemangatin gue dengan surat-suratnya, tapi bahkan dia sendiri sakit? Kenapa? Ini semua gak masuk akal aja...
"Vir lu gapapa kan?" Kak Reno mengguncang-guncangkan tubuh gue. Yaampun, gue ngelamun lagi.
"Gapapa Kak," ujar gue sambil tersenyum senetral mungkin.
"Jadi ngapain lu kesini sendirian?" Tanya Kak Reno dengan pandangan lurus ke depan.
"Cuman refreshing, kangen main ayunan," jawaban yang sedikit gak logis sih, tapi gue gak peduli. "Kak Reno sendiri ngapain?"
"Gue jalan-jalan doang, trus tiba-tiba gue liat lu disini, jadi ya gue samperin aja," ujar Kak Reno panjang lebar.
Gue menggangguk-angguk sebagai jawaban, walau gue gak yakin Kak Reno liat gue menggangguk-anggukan kepala.
***
Waktu berjalan cepet baget. Gak kerasa gue udah kelas dua belas sekarang dan berarti gue bakal un nanti. Gue bakal lebih fokuskan diri gue buat belajar un nanti.
Gue sekelas sama Laura dan gue seneng banget. Gue juga sekelas lagi sama Miko. Oh iya, Miko baik-baik aja. Ya penyakitnya emang gabisa dipindahin, tapi dia juga udah gak terlalu sering drop. Dia juga udah gak terlalu keras dalam berolahraga karena orangtua Miko udah kasih tau penyakit Miko ke pihak sekolah.
Hubungan gue sama Miko baik-baik aja. Kita masih deket walaupun gak sedeket dulu. Entah mengapa, walau gue sangat berharap kita tetep deket.
"Hai Vir!" Ujar Miko sambil berjalan ke arah gue. Entah kenapa jantung gue berdetak dua kali lebih cepat. Gue gak tau sejak kapan, tapi ini udah berlangsung cukup lama. Mungkin sebelum liburan.
"Hai Mik," jawab gue berusaha ceria. "Ada apa?"
"Gapapa, gue seneng aja kita sekelas lagi," ujarnya sambil tersenyum lebar. "Lu mau duduk bareng gak?"
"Hmm.... maaf ya gue duduk ama Laura. Lu duduk di depan gue aja," gue berusaha memberi alternatif laen.
"Oh yaudah, gue duduk di depan lu ya, lu dimana?" tanyanya.Gue menunjuk bangku yang berada di baris ke dua urutan ketiga dari depan. Miko mengangguk lalu berjalan ke arah bangku yang gue tunjuk.
"Laura belom dateng?" Tanya Miko?
"Gatau nih tuh anak, tumben-tumbenan dateng siang. Biarin aja kalo gak dateng gue satein dia," ujar gue berapi-api.
Miko hanya menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum melihat kelakuan gue.
***
Gue berjalan masuk ke rumah. Langkah gue terhenti karena sebuah benda yang tergeletak di depan pintu rumah gue. Sebuah kotak berwarna pink tergeletak di depan pintu rumah gue.
Gue mengambil kotak itu. Di atas kotak itu ada tulisan kecil bertuliskan "Untuk Vira".
Ini apaan? Dari siapa?
Gue memasukan kotak tersebut ke dalam tas gue dan gue masuk ke dalam.
"Kak Mira aku pulang!" Teriak gue memanggil Kak Mira.
"Ya Vir," Kak Mira berjalan ke arah gue sambil tersenyum. Oh iya, Kak Mira udah baikan. Ya gue seneng banget. Mungkin karena Kak Mira rajin ikut kemo jadi akhirnya Kak Mira mulai baikan. Penyakit Kak Mira juga udah jarang kambuh. Jujur, gue seneng banget.
"Kakak gimana?" Tanya gue.
"Yaapun Vira, kamu gak bosen-bosen nanyain keadaan kakak kali ya? Kakak gapapa kok. Kamu tenang aja," ujar Kak Mira mantap. "Nah sekarang kamu udah makan blom? Kalo blom makan yuk."
Gue mengangguk dan mengikuti Kak Mira berjalan ke meja makan.
***
"Kak, ada barang lagi Kak," ujar gue kepada Kak Mira. Sekarang gue lagi di kamar bareng Kak Mira. Ya emang ini kerjaan gue sehari-hari. Kak Mira sekarang selalu ada di kamar gue setiap gue pulang sekolah, berhubung Kak Mira gak punya kerjaan dan berhubung sekarang nyokap gue kerja.
"Cieeee, barang apa coba buka dong," ujar Kak Mira dengan penasaran tinggi.
"Iya-iya bentar aku ambil dulu," gue berjalan ke arah tas gue yang gue taruh di pojokan lalu mengambil kotak pink yang tadi gue taruh.
"Nih," ujar gue sambil memberikan kotak pink tersebut ke Kak Mira.
"Kok kasih ke kakak? Buka dong," Kak Mira tidak mengambil kotak tersebut
Gue membuka kotak tersebut dan menemukan liontin di dalamnya, dan sebuah surat. Gue mengeluarkan liontin tersebut.
"Bagus banget, coba liat dong," ujar Kak Mira. Gue memberikan liontin tersebut ke Kak Mira lalu gue mengambil surat di dalamya.
Dear Vira,
Haiiiiii....... Gimana kabar lu? Baik? Hehehe
Lu tau gak Vir, waktu tuh berjalan cepet banget ya... taunya lu udah kelas 12 sekarang, bentar lagi un, lulus dan kuliah. Gak kerasa juga, ini surat ke-200 yang gue kirim ke lu dan barang ke-50 yang gue kasih. Gue gatau lu nyadar apa gak, gue bahkan gatau lu baca surat gue apa gak tapi yang pasti gue selalu semangat banget dalam kasih lu surat. Entah sejak kapan gue suka sama lu, kayanya udah hampir tiga tahun, dan sampe akhirnya gue dapet ide buat kasih lu surat gini biar lu tau perasaan gue, walau lu gak pernah tau gue. Aduh gue jadi curcol gini sih -_-, maklumin ya hehehe...
Aduh kayanya nih surat kepanjangan ya? Gue takutnya lu ngantuk lagi baca nih surat, jadi kayanya segini dulu ya...
Love you forever,
Anon.Gue menutup surat tersebut sambil tersenyum. Entah gue seneng aja ada orang yang bener-bener peduli sama gue walaupun gue gatau siapa. Dan dia salah, anon salah, gue selalu baca setiap surat dia bahkan gue selalu dimpen barang-barang dia di tempat yang aman. Gue gak pernah sekalipun buang barang dia atau surat dia. Semuanya aman sama gue.
"Heh jangan senyum-senyum kaya orang gila gitu," Kak Mira mengibaskan tangannya di depan muka gue. "Tau deh lagi berbunga-bunga, tapi jangan senyum-senyum kaya gitu, nanti dikira orang gila."
Gue hanya memutar bola mata mendengar perkataan Kak Mira.
___________
AN
Don't forget to vomment guys! :D♥♥♥♥
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer
Teen FictionApa yang kamu lakukan jika ada seseorang yang menyukaimu diam-diam? Bagaimana jika dia memberimu puji-pujian setiap hari? Atau mengirimkan sms-sms manis yang bisa membuat siapa saja terharu. Bagaimana jika dia memberimu barang-barang lucu secara ter...