Author pov
Vira menatap langit malam yang begitu indah. Hari ini tepat lima belas tahun setelah kepergian Miko, namun Vira masih tak bisa melupakannya. Dia tahu, jauh di dalam hatinya, Miko masih ada di sana.
Vira menatap langit malam yang dipenuhi dengan bintang. Aneh memang. Tak biasanya langit malam di Jakarta terdapat bintang. Banyak bintang bahkan. Dalam hatinya, Vira yakin, Miko berada di salah satu bintang itu, menyaksikannya, dan tersenyum padanya.
Vira tak pernah menyangka, bahwa hidupnya akan seperti ini. Miko akan meninggalkannya di umur yang sangat muda, dan meninggalkan Vira dalam kesendirian. Namun Vira sadar, itulah yang seharusnya terjadi dalam hidupnya. Semuanya sudah seharusnya seperti ini, dan dia sadar akan hal itu.
"Ma," ujar seseorang dari belakang Vira. Vira sontak membalikan badanya. "Miko gak bisa tidul," ujar laki-laki berusia lima tahun itu.
Vira menghampiri Miko kecilnya dan tersenyum, " Kamu gak bisa tidur kenapa sayang?"
"Mimpi buluk. Miko mimpi selem banget. Miko takut," Miko merapatkan selimut yang dia lilitkan pada badannya.
"Ya udah, Miko tidur sama mama ya sayang, di kamar mama," ujar Vira sambil menggendong anak semata wayangnya tersebut.
Namun, di sisi lain, Miko malah meminta turun, "Jangan gendong Miko ma. Miko bisa jalan kok. Nanti kalo mama gendong Miko, dede kecil di pelut mama kesakitan. Kegencet Miko. Miko gak mau buat dede bayi sakit," ujar Miko dengan ketulusan yang mendalam.
Vira menatap Miko kecilnya. Dia terharu dengan sikap dewasa Miko. Vira memeluk Miko lalu mengecup keningnya. "Dede bayi gak papa kok. Dede bayi gak kesakitan. Ya udah kalo Miko gak mau mama gendong, Miko jalan aja. Ayuk sayang," Vira menggandeng tangan kecil Miko lalu menuntun Miko ke kamarnya.
"Ayo sekarang Miko tidur ya. Gak usah dipikirin tadi mimpinya, kan udah ada mama," Ujar Vira sambil tidur di sebelah Miko.
"Iya ma. Tapi mama gak akan pelgi kan. Jangan tinggalin Miko ma, nanti Miko takut," ujar Miko sambil menatap Vira dengan polos.
"Iya mama di sini kok sayang, gak kemana-mana," ujar Vira sambil mengecup puncak kepala Miko. "Sekarang tidur ya."
Miko mengangguk lalu memejamkan matanya. Vira mengambil majalah yang terletak di sebelah ranjang lalu membukanya.
"Ma," ujar Miko pelan.
"Ya sayang?" Vira menutup majalahnya lalu menatap Miko.
"Papa mana?" Tanya Miko lagi. Matanya sedikit terpejam.
"Papa masih ada urusan. Bentar lagi juga pulang kok," ujar Vira menenangkan. "Kamu tidur aja ya."
Miko menangguk lagi lalu kembali terpejam. Vira kembali membuka majalahnya. Waktu telah menunjukan jam sebelas malam, namun tak ada tanda-tanda suaminya akan pulang. Memang, ia telah mengabarkan Vira bahwa dia akan lembur hari ini, namun Vira tak menyangka akan semalam ini.
Vira menatap jam dinding.
22.53
Vira mendengus. Kemana suaminya itu? Padahal Vira sudah tak sabar ingin memberitakan kabar bahagia untuk suaminya tersebut.
Sesaat setelah itu, Vira mendengar suara mobil mendekat ke rumah. Vira menegakkan badannya. Dia tahu betul itu suara mobil suaminya. Dengan pelan namun pasti, ia berjalan menuju pintu depan. Tidak beberapa saat pintu terbuka, menampilkan seorang pria tampan berpakaian formal.
"Hai Kak," ujar Vira. Di saat tidak ada anaknya, Vira memang masih memanggil suaminya dengan sapaan "Kak".
Pria tersebut tersenyum, "Kamu belom tidur sayang?"
Vira menggeleng-geleng seperti anak kecil.
Kak Reno tertawa. Vira masih menggemaskan, sama seperti dulu.
"Kak Reno cape? Udah makan belom?" Ujar Vira sambil berjalan menuju ruang keluarga.
"Aku udah makan, tadi laper banget ga tahan, jadinya aku berenti sebentar di warung."
"Oh ya udah. Kalo gitu Kakak mandi ya," ujar Vira.
Kak Reno tersenyum lalu mengangguk. Mereka pun berjalan ke kamar mereka.
"Oh ya Kak," ujar Vira sambil berjalan ke meja sebelah ranjang mengambil amplop berwarna coklat.
Kak Reno menatap amplop itu dengan penuh tanda tanya. Tetapi tangannya tetap mengambil amplop besar tersebut.
"Ini apa Vir?" Kebingungan tercetak jelas di mukanya.
Vira tersenyum, "Buka aja. Nanti kakak juga tau."
Kak Reno tetap membuka amplop tersebut. Dia mengeluarkan isinya. Sebuah hasil ronsen menggambarkan seorang bayi dengan mata terpejam.
"Kata dokter," ujar Vira tiba-tiba. "Anak kita perempuan."
Kebahagian tercetak jelas di wajah Kak Reno. Dia menatap Vira dengan tak percaya.
"Beneran?" Ujar Kak Reno setelah dapat menguasai kekagetannya.
Vira mengangguk dengan semangat. "Iya!"
"Ya ampun! Akhirnya," Kak Reno berlari memeluk Vira. Dengan lembut dia mengecup puncak kepala Vira. Vira tersenyum. Dia telah membayangkan reaksi Kak Reno akan seperti ini. Dari dulu Kak Reno selalu ingin punya anak perempuan. Bukan berarti dia tidak ingin mempunyai anak laki-laki, hanya saja dia memang sangat menginginkan anak perempuan.
Kak Reno melepas pelukannya. Dia tersenyum lalu matanya sedikit menerawang, "Kira-kira, kita mau kasih dia nama apa ya? Hmm..."
Vira tersenyum, " Gimana kalo Mika? Anak pertama kita kan Miko."
"Mika boleh sih, tapi mirip kaya nama cowok gak sih?"
Vira mengangguk setuju.
"Gimana kalo," ujar Kak Reno tiba-tiba. "Mia?"
"Mia Renata," Vira tersenyum.
__________
AN:
HAI!!! Gimana kalian guys! Akhirnya bisa update extra partnya setelah lama banget! Maaf ya extra partnya dikit banget dan kalo ga sesuai yang kalian harapkan. Tapi moga-moga kalian suka ya....
Oh iya, gw berencana buat cerita tentang Mia. Yay or nay??? Kasih saran ya gw lebih mending buat cerita baru yang ga berhubungan atau buat cerita tentang Mia. Komen yaaaa.....
Lov uuuu!
Thanks!

KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer
Fiksi RemajaApa yang kamu lakukan jika ada seseorang yang menyukaimu diam-diam? Bagaimana jika dia memberimu puji-pujian setiap hari? Atau mengirimkan sms-sms manis yang bisa membuat siapa saja terharu. Bagaimana jika dia memberimu barang-barang lucu secara ter...