# Chapter 26

3.8K 284 8
                                    

AUTHOR POV

Selama satu minggu ini Vira disibukkan dengan ujian akhir. Bukan hal yang mudah memang mengingat keadaan Miko yang tidak mengalami perkembangan. Dan selama satu minggu ini, Vira tidak menjenguk Miko dikarenakan orang tua Vira memintanya agar lebih fokus ke pelajaran.

Hari ini adalah hari yang paling ditunggu-tunggu Vira, karena hari ini adalah hari terakhir ujian mereka, sehingga Vira dapat menjenguk Miko.

Vira berjalan ke arah kamar Miko dengan sebuket bunga mawar putih ditangannya. Sudah menjadi kebiasaan Vira untuk selalu mengganti bunga di kamar Miko.

"Hai," ujar Vira setelah meletakan bunga yang dibawanya di pot lalu duduk di bangku sebelah ranjang Miko.

"Gimana keadaan lu?" Tambahnya.

"Sorry ya, selama seminggu ini gue gak jengukin lu, soalnya ada ujian akhir kemaren. Tapi hari ini udah selesai kok. Oh iya, tadi tuh gue ulangan matematika sama penjas. Gila deh matematikanya susah banget! Padahal kemaren gue udah belajar sampe malem banget, tapi tetep aja masih gak bisa. Gak ngerti lagi gue. Coba aja ada lu, pasti lu bisa ngajarin gue. Ya lu kan tau gue paling gak bisa sama pelajaran matematika. Rumit banget! Lah kalo lu kan masternya. Makanya cepet sadar dong? Lu gak kangen sama gue? Gue kangen banget loh sama lu?" Vira menyeka air mata yang mulai keluar.

"Oh iya, nih gue bawain buku dongeng gue waktu kecil nih. Lu kan waktu itu pernah minta pinjem, tapi kan belom gue kasih-kasih, nah sekarang mendingan gue bacain aja ya," Vira pun mulai membacakan cerita dari buku dongengnya secara mendetail.

***

Sudah genap satu setengah bulan Miko koma. Ya, Vira menyatat harinya. Namun selama satu setengah bulan ini, belum ada perkembangan yang berarti. Bahkan bisa dibilang, Miko hanya bertahan hidup dari alat. Dokter sudah berulang kali menyarankan orang tua Miko untuk mencabut semua alat penunjang Miko, karena dokter mengerti akan biaya rumah sakit yang makin menumpuk. Namun orang tua Miko selalu menolak. Merela bilang selama mereka masih sehat dan masih hidup, mereka tidak akan mencegah kesempatan hidup anaknya.

Hari ini sudah memasuki liburan, dan Vira memutuskan, untuk liburan kali ini, dia akan lebih memfokuskan diri untuk menjenguk Miko. Dan seperti hari ini, pagi-pagi sekali Vira sudah datang untuk menjenguk Miko.

Vira berjalan memasuki kamar rawat Miko. Sudah ada Tante Nata di sana.

"Eh Vira, mau jenguk Miko ya? Yaudah deh, tante tunggu di luar ya," ujar Tante Nata kaget sambil menyeka air matanya. Vira tahu dan sadar kalau Tante Nata menangis, walaupun Tante Nata berusaha menutupinya. Tidak ada orang tua yang tidak sedih melihat anaknya terbaring lemas tanpa benar-benar menunjukan tanda-tanda kehidupan. Apalagi mengingat Miko yang merukapan anak tunggal. Hal ini pasti membuat orang tua Miko sangat terpukul.

Vira berjalan ke ranjang Miko lalu duduk di bangku.

"Hai sleepy-head," ujar Vira sambil tertawa parau.

"Gimana keadaan lu? Gue bingung deh, lu gak capek ya tidur trus? Gue sih capek. Sadar dong Mik, gue mohon. Kalo bukan buat gue, setidaknya buat orang tua lu," Vira menggenggam tangan Miko erat. Vira menutup matanya, berharap keajaiban terjadi. Namun selama beberapa menit Vira terdiam dalam posisi itu, keajaiban tidak berpihak padanya.

Vira membuka matanya dan menatap muka Miko dengan seksama. Tak ada suara, hanya suara mesin yang memenuhi ruangan. Vira menatap Miko selama beberapa menit lalu memutuskan untuk keluar sebentar, mencari udara.

Vira baru saja hendak berdiri saat melihat tangan Miko bergerak pelan. "Miko!" Teriak Vira sambil kembali duduk lalu menatap tangan Miko intens, takut kalau tadi dia salah lihat. Tangan itu, tangan Miko kembali bergerak.

"TANTE! OM! DOKTER!" Teriak Vira sambil memencet tombol di sebelah ranjang Miko untul memanggil dokter dan suster.

Orang tua Miko pun segera masuk dengan tergesa-gesa.

"Ada apa Vir?" Tanya Tante Nata khawatir.

"Itu Tan, tadi tangan Miko gerak," ujar Vira sambil menunjuk tangan Miko.

"Beneran kamu?"

"Bener Tan tadi aku liat sendiri tangan Miko gerak dua kali," ujar Vira setengah berteriak saking senangnya.

"Ma, pa," ujar Miko serak tiba-tiba.

"Miko ya ampun Nak, kamu udah sadar? Kamu mau apa? Mau minum Nak?" Tanya Tante Nata.

"Enggak ma," ujar Miko sambil tersenyum. "Waktu Miko di sini gak lama ma, Miko cuman dikasih waktu bentar doang."

"Kamu ngomong apa sih Miko? Kamu jangan ngomong aneh-aneh deh," ujar ayah Miko.

"Aku gak ngomong aneh-aneh. Aku cuman pengen kasih tau kalian sesuatu. Ma, pa, Miko cuman mau kasih tau kalian kalo sebenernya Miko sayang banget sama kalian lebih dari apapun. Makasih banget buat udah ngejagain Miko dari kecil, ngebesarin Miko sampe Miko udah gede, dan udah sabar ngerawat Miko yang sakit-sakitan ini," ujar Miko sambil menatap orang tuanya.

"Kamu gak boleh mgomong gitu! Itu udah kewajiban mama sama papa buat ngerawat kamu, ngebesarin kamu dan ngejagain kamu. Dan kami juga sayang banget sama kamu, makanya kamu cepet sembuh ya Nak," ujar Tante Nata setengah menangis.

"Enggak ma, waktu Miko udah gak lama, jadi Miko mohon, mama relain kepergian Miko ya ma, biar Miko bisa pergi dengan tenang," ujar Miko sambil tersenyum. Tak ada rasa takut sedikit pun terpancar dari muka Miko.

"Miko! Stop ngomomg aneh-aneh!" Ujar ayah Miko.

Miko hanya tersenyum lalu bering ke arah Vira. "Vir," Miko menggengam tangan Vira. "Gue cuman mau ngasih tau, kalo gue tuh sayang banget sama lu. Sayang banget! Tapi gue sadar, gue gak selalu bisa dampingin lu. Gue gak bisa selalu berada di samping lu, karena gue sadar waktu gue gak lama lagi. Jadi, gue mau lu nyari cowok laen, sebagai pengganti gue. Cowok yang baik, setia dan bener-bener sayang lu dan bisa ngejagain lu kapan pun. Cari pendamping hidup lu, jangan mikirin gue. Lanjutin hidup lu, okey?" Ujar Miko sambil menatap Vira lekat.

"Apasih Mik? Gak usah ngomong yang aneh-aneh deh!" Ujar Vira.

Miko tidak menjawab. Miko memalingkan mukanya menatap ke langit-langit kamar. "Sekarang waktu aku udah habis, tugas aku di sini udah selesai. Makasih semuanya," Miko tersenyum lalu menutup matanya. Seketika suara bip menggema di ruangan. Tertampang garis lurus di monitor menandakan jantung Miko sudah tidak berdetak lagi.

Dokter dan suster berlari memasuki ruangan. Mereka langsung mengambil alat pengejut jantung lalu mengarahkannya ke arah Miko berulang kali, namun Miko tidak bereaksi sama sekali.

Dokter berbalik dengan muka prihatin. Pada saat itulah semua orang menyadari bahwa Miko tidak dapat diselamatkan, bahwa Miko sudah pergi.

Tante Nata menangis kencang dipelukan ayah Miko. Vira sendiri hanya terdiam. Air mata bahkan tidak dapat keluar dari matanya. Dia masih tidak bisa menerima bahwa Miko sudah benar-benar pergi

Makasih Mik, makasih karena sudah menjadi orang yang sangat berarti di hidup gue. Gue juga cinta sama lu.

__________

AN:

Yey gue berhasil update malem-malem. Gue mau ngucapin selamat tahun baru dan semoga tahun ini menjadi tahun yang menakjubkan buat kalian.

Love you all♥♥♥

Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang