# Chapter 25

3.7K 248 2
                                    

AUTHOR POV

Vira membolak-balikan badannya. Entahlah, malam ini dirinya masih terjaga. Dirinya tidak bisa tidur. Kejadian tadi masih saja terekam di otaknya, membuatnya tidak bisa tidur.

Vira tersenyum sendiri mengingat kejadian tadi pagi. Bisa dibilang cara menembak Miko bukanlah cara menembak yang romantis, tapi entahlah baginya itu sudah lebih dari cukup. Dengan Miko menyatakan perasaanya itu sudah lebih dari cukup. Karena dia tahu, ke depannya, dia akan bersama Miko. Selalu.

Vira menutup matanya. Senyum bahagia masih terhias di wajahnya. Kebahagian memenuhi dirinya, namun satu hal mengusiknya, siapa kah Anon?

***

Langkah Vira terhenti saat handphone di sakunya bergetar. Vira mengambil hapenya. Nama Tante Nata terpampang di hape Vira.

"Halo Tan?"

"Vira, Nak kamu dimana Nak?"

"Aku lagi di jalan mau pulang, trus nanti aku mau ke rumah sakit. Napa Tan?"

"Kamu bisa ke rumah sakit langsung gak?"

"Hmm... bisa sih Tan. Tapi kenapa ya?"

"Nanti tante jelasin di rumah sakit. Kamu tolong cepet ke sini ya."

Tante Nata langsung mematikan telfonnya secara sepihak. Jujur Vira khawatir akan terjadi apa-apa dengan Miko. Karena dari suara Tante Nata tadi, Vira bisa mendengar nada khawatir dan nada sedih dari Tante Nata. Entah itu pertanda baik atau pertanda buruk. Namun apapun itu, Vira ingin mengetahuinya secepatnya.
Vira langsung bergegas menuju rumah sakit.

***

"Tante Miko gimana tante? Ada apa sama Miko Tan?" Ujar Vira histeris sesampainya di rumah sakit.

"Miko koma Vir," ujar Tante Nata pilu.

"Kok bisa Tan? Kenapa bisa?"

"Gak tau Vir. Tadi pagi Miko biasa aja, masih gak papa, bahkan tante masih bisa bercanda sama dia. Trus tadi siang, abis makan siang, tiba-tiba jantung dia melemah banget. Dokter sendiri gak tau kenapa bisa begitu," ujar Tante Nata di sela tangisnya.

Vira terdiam. Jujur dia masih bingung. Baru saja beberapa minggu yang lalu Miko sadar, lalu beberapa hari yang lalu mereka jadian, dan sekarang, Miko koma. Semuanya terasa terlau cepat.

"Sekarang Miko gimana Tan?" Ujar Vira khawatir.

"Gak ada perkembangan Vir, itu sekarang dia lagi dalem. Kamu tengokin ya, moga-moga Miko bisa sadar."

Vira mengangguk lalu berjalan memasuki kamar rawat Miko. Miko terbaring lemah di sana. Di sebelahnya terdapat monitor yang menggambarkan garis lurus dan turun-naik turun-naik tidak beraturan. Namun lebih banyak garis yang lurus menandakan keadaan jantung Miko yang sangat lemah.

Vira menatap nanar Miko. Entah berapa lama lagi Miko akan bertahan, namun jauh di lubuk hatinya Vira tau, umur Miko tidak akan lama lagi. Namun otaknya menolak hal tersebut. Otaknya tak menerimanya. Tak menerima kenyataan bahwa umur Miko gak akan lama lagi.

Vira duduk di bangku sebelah ranjang Miko dan menggenggam tangan Miko dengan erat, berharap bahwa Miko akan membalas genggaman tangannya. Namun sayangnya, hal itu tak lebih dari sebuah khayalan belaka. Nyatanya Miko masih terbaring di sana tanpa ada tanda-tanda kehidupan.

"Hai sleepy-head," ujar Vira parau. Cairan bening keluar dari matanya tanpa bisa terbendung. "Gimana keadaan lu? Tadi gue langsung ke sini loh dari sekolah. Bahkan gue masih pake baju sekolah."

"Lu tau gak, tadi di sekolah ada kejadian lucu banget," Vira mengusap air matanya yamg terus berjatuhan. "Si Udin tuh. Dia masa tadi tiba-tiba joget-joget sendiri pas pelajaran matematika, gara-gara gak ada guru. Lucu banget deh, coba ada lu di sana, pasti lu akan ketawa ngakak," Vira tersenyum dipaksakan.

Tak ada balasan. Seketika ruangan sepi. Hanya terdengar suara mesin-mesin yang memenuhi ruangan.

"Oh iya, tadi gue sempet beliin lu es cendol loh di sekolah. Gak pake es sama gula banyak-banyak, sesuai kesukaan lu, nih," Vira mengangkat kantong plastok yang berisi dua gelas es cendol.

Vira lalu mengambil satu gelas untuk diminumnya dan meletakan yang satu lagi di meja sebelah ranjang Miko, "Yang punya lu gue taruh sini ya."

Vira meminum es cendol tersebut lalu beralih ke Miko, "Enak banget loh! Seger! Inget gak dulu tuh gue gak suka es cendol. Tepatnya gak pernah nyobain karena takut gak enak. Trus waktu itu lu maksa gue buat beli es cendol, soalnya lu bilang es cendol itu enak banget. Trus akhirnya gue cobain deh, dan sekarang gue malah jadi ketagihan ama es cendol. Lucu ya kalo diinget-inget," Vira tertawa parau.
Vira terdiam. Entah dia sudah kehabisan topik atau masih terlarut dalam kesedihannya. Dia meminum es cendol dalam diam. Namun matanya sama sekali tidak beralih dari muka Miko.

Vira menghela nafas. Dia melirik jam-nya lalu beralih ke Miko.

"Udah sore nih Mik. Gue pulang dulu ya, nanti gue balik lagi kok besok, pulang sekolah. Jangan kangen-kangen gue ya," Vira tersenyum lalu berlalu meninggalkan Miko.

***

Vira menatap langit-langit kamarnya yang berwarna biru laut. Dirinya lagi-lagi terjaga. Apabila beberapa hari yang lalu dirinya terjaga karena hal yang membahagiakan dirinya, maka hari ini berbeda. Dirinya terjaga karena keadaan Miko yang memburuk.

Vira menutup matanya. Sakit menelusup hatinya. Kalau misalnya Vira meminta agar Miko bertahan, egoiskah dirinya? Apakah itu tidak berarti Vira mementingkan dirinya sendiri, sedangkan jika Miko bertahan, berarti Miko harus menahan segala kesakitan yang dimilikinya. Jujur, Vira tak menginginkan hal itu. Siapa sih yang menginginkan pacarnya menderita, sedangkan dia sendiri tidak bisa melakukan apa-apa? Sama halnya dengan Vira. Dia sangat-sangat tidak ingin hal itu terjadi. Jauh di lubuk hatinya dia dapat merasakan sakit yang dirasakan Miko. Ingin rasanya Vira memindahkan semua sakit yang diderita Miko ke dirinya. Andai saja semua lebih mudah. Andai saja Miko tidak menderita penyakit tersebut, apakah semuanya akan jauh lebih mudah?

Vira sadar, hidupnya bukan lah sebuah dongeng yang akan berakhir dengan bahagia. Bahkan dia tidak tahu apakah akhir yang bahagia itu nyata atau hanya ada di dongeng-dongeng atau novel-novel saja.

Vira menutup matanya, tapi lagi-lagi muka Miko terbesit di otaknya membuatnya tidak bisa tenang untuk tidur. Plis Mik, kembalilah, jangan tinggalin gue di sini sendirian. Plis Mik bertahan, plis buat gue, dan buat semua keluarga lu.

___________

Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang