# Chapter 14

4.1K 266 2
                                        

VIRA POV

Gue berlari memasuki kelas secepat mungkin dan menghempaskan badan gue di sebelah Miko. Tumben nih anak udah dateng jam segini, biasanya dia siang.

"Hai Miko," sapa gue riang.

Miko melirik gue sekilas, "Kenapa lu girang gitu?" Ujarnya nyolot.

"Idih suka-suka gue, gak seneng banget sih lu. Udah bagus gue nyapa lu," ujar gue gak kalah nyolotnya.

Miko mengedikan bahunya lalu kembali berkutat dengan buku di tangannya. Tunggu dulu. Jangan pikir Miko rajin, karna itu bukan buku pelajaran, tapi itu komik. Dan... itu komik doraemon! Dia memang masih sedikit childlish, hadi gue maklumin aja.

Gue meraba laci gue. Gue selalu melakukan hal ini setiap pagi karna biasanya anon selalu naro barang-barang yang dia mau kasih ke gue di laci. Bahkan kadang letaknya dalem biar gak keliatan orang lain.

Aha! Gotcha! Gue merasakan tangan gue menyentuh sebuah barang. Gue mengeluarkan barang tersebut. Sebuah benda berbentuk kotak yang dibungkus kertas kado berwarna merah.

"Apaan tuh," tanya Miko tiba-tiba.

Dasar kepo! "Apaan sih, kepo banget jadi orang," gue pun memasukan kotak tersebut ke dalam tas gue secepat kilat.

"Santai aja sih," ujar Miko tampa melirik ke gue sedikit pun. Tuh kan! Kenapa sih nih anak nyebelin banget? Baru aja gue nyapa dikit, dia nya malah nyolot. Nyesel gue karna kemaren senin gue sempet bingungin dia kenapa dia gak masuk!

"Maaf kali," ujar Miko tiba-tiba sambil menatap gue. "Gue bercanda," dia tersenyum.

Gue memutar bola mata gue. "Iya, iya," ujar gue nyolot. "Eh, kemaren kenapa lu gamasuk?"

Dia menatap gue kaget, "gapapa, gak enak badan doang," dia mengedikan bahunya.

Gue memasang muka bertanya-tanya, lalu mengangkat bahu gue. Gatau deh, biarin aja.

***

Gue langsung bergegas masuk ke kamar gue. Gue meletakan tas gue di pojok kamar gue, membukanya, lalu mengambil sebuah kotak yang gue dapet tadi pagi. Dengan cepat gue membuka bungkus kado yang menyelimuti kotak tersebut. Ada 1 buah kotak dengan surat di bagian depannya.

Untuk Vira, begitu tulisannya. Gue tersenyum kecil. Gue tau dengan pasti siapa pengirimnya. Entah kenapa dia selalu buat gue tersenyum.

"Vir, ngapain kamu senyum-senyum?" Tanya kakak gue tiba-tiba. Kepalanya menyembul di sela-sela pintu kamar gue.

"Gapapa Kak," jawab gue sambil tersenyum ke arahnya.

"Hmm... kakak tau, pasti dari anon lagi kan?" Kak Mira duduk di sebelah gue. Kak Mira udah gak pake kursi roda lagi sekarang. Gue gatau kenapa, tapi Kak Mira memaksa. Memang sebenernya srlama ini Kak Mora masih bisa jalan, namun kami, sebagai keluarganya sengaja meminta Kak Mira menggunakan kursi roda supaya Kak Mira gak capek.

Gue tersenyum singkat ke arahnya tanpa mengatakan apa-apa.

"Apa isinya? Buka dong?" Tambah Kak Mira.

Dengan brutal, gue langsung membuka isi kotak tersebut.

Sebuah liontin berbentuk hati tergeletak di sana bersama sebuah surat dengan amplop pink bertuliskan "Untuk Vira".

Gue langsung membuka amplop tersebut.

"Dear Vira,
Hai... Gimana kabar lu? You miss me? Haha gue udah lama gak ngirimin barang buat lu... ya karena berbagai macam alasan, jadi maklumin aja ya. Oya, gimana? Udah punya gambaran siapa gue? Surat ini gue buat khusus buat kasih lu tiga ciri-ciri tentang gue," gue mengangkat wajah gue. Bisa gue liat muka penasaran Kak Mira.

Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang