VIRA POV
"Sorry gue telat," ujar gue ke Marco. Gara-gara Kak Mira nih gue jadi telat gini!
"Ya gapapa, santai aja kali," Marco tertawa.
"Iya maaf ya?" Ujar gue sekali lagi.
"Gapapa, yaudah duduk disitu yuk," ujar Marco sambil menunjuk bangku taman yang letaknya deket dari tempat gue duduk.
"Okey," ujar gue sambil membuntuti Marco yang memang udah jalan duluan.
"Jadi lu mau ngomong apa?" Tanya gue pas udah duduk di bangku taman.
"Hmm... ini tentang Laura," ujar Marco ragu-ragu.
"Ehem, ehem," gue berdeham meledek.
"Apaan sih Vir," ujar Marco malu-malu. Mukanya memerah. Kayanya ada yang lagi jatuh cinta nih...
"Jadi kenapa sama Laura?" Gue tertawa melihat tingkah Marco.
"Hmm... jadi gini, gue tau dulu itu Laura kaya friendly dam ceria. Tapi sejak dia ada masalah sama mantannya, dia berubah. Nah gue pengen tau dia ada masalah apa. Gue tau, mungkin lu bertanya-tanya kenapa gue gak tanya Reno. Iya kan?" Gue mengangguk-anggukan kepala gue. "Karna Reno suka ledekin gue. Makanya gue gak mau tanya dia." Gue mengangguk-anggukan kepala gue mengerti.
Gue menghela nafas gue berat. Gue bingung mau kasih tau dia apa gak. Masalahnya, baik gue dan Laura, baru aja kenal dia. Gimana bisa gue kasih tau dia?
"Plis," ujar Marco dengan nada memelas. Gue menghela nafas berat. Kayanya dia bisa dipercaya. Keliatannya Marco udah kenal cukup baik sama Laura.
"Okey," ujar gue akhirnya. "Semua dimulai dari kelas 7. Laura didudukin sama cowok namanya Alex. Di sekolah itu, Alex gapunya temen, selain Laura karena memang mereka kenal karena duduk bareng. Setelah itu, Alex jadi sering ngikutin Laura kemana pun Laura pergi, dan akhirnya dia gabung sama gue dan Laura. Kita jadi deket, tapi gue gak deket-deket banget sama Alex, seperti Laura deket sama Alex. Mereka udah kaya pacaran, sampe-sampe banyak orang yang ngeledek mereka. Gue sih oke-oke aja, sampe akhirnya suatu hari, Laura curhat sama gue. Katanya dia udah suka dan jatuh cinta sama Alex. Entah sejak kapan. Dia sendiri gatau. Yang pasti, pas dia curhat, dia sadar kalo dia udah jatuh cinta sama Alex. Gue sih setuju-setuju aja, karna memang 'keliatannya' Alex baik. Suatu hari, Alex nembak Laura. Dan pastinya, Laura terima. Semuanya berjalan dengan baik-baik aja, sampe suatu hari, Laura ngajak gue jalan. Karna gue bosen gue ikut aja. Trus gue tanya dia kenapa gak ngajak Alex kan, dia jawabnya karna Alex nemenin mamanya kan. Nah yaudah gue jawab aja okey,trus kita jalan kan. Nah pas lagi di mall, kita ketemu Alex lagi jalan sama cewek berdua, pelukan mesra. Singkatnya, Laura mutusin Alex. Nah disaat itu semuanya terbongkar. Alex bilang kalo dia selama ini deketin Laura gak lebih karna kebencian. Untuk balas dendam. Katanya, walaupun Alex pernah cinta sama Laura, tapi rasa bencinya lebih besar dari rasa sayangnya. Sejak saat itu, Laura berubah seratus delapan puluh derajat," gue menyelesaikan perkataan gue.
Marco cuman menunduk tanpa ada satu kata pun yang keluar dari mulutnya. Gue gatau apa yang ada di dalam pikirannya. Tapi gue tau, dia merasakan kesedihan yang Laura rasakan.
Gue memutar kepala gue. Gue gamau jadi baper gara-gara nginget kejadian Laura-Alex. Eh tunggu! Itu kan... Sial!
"Marco ada Laura!" bisik gue histeris.
Marco membelakakan matanya. "What? Dimana?"
"Arah jam sembilan."
Marvo memutar kepalanya. "Ngapain dia disini?" Gumamnya.
"Okey gini," lanjutnya. "Lu bersikap sebiasa mungkin aja. Pura-pura lu gak liat dia. Dan mau lu buat dia cemburu, gue mau tau reaksinya," ujar Marco. What? Dia gila apa? Gue gak tega kali! Wait! Gue blg apa tadi? Gak tega? Kok kesannya kaya gue punya feeling kalo Laura suka Marco ya? Ah gatau ah!
Drrt....Drrt...
Gue langsung mengambil hp gue.
Laura: Vir lu dimana? Di rumah kan? Gue bosen nih. Gue ke rumah lu ya.
Crap! Kenapa dia malah LINE gue? Gue harus jawab apa? Gue langsung memutar kepala gue ke arah Marco.
"Marco Marco! Emergency gawat darurat!" Gue menarik-narik baju Marco.
"Ada apa Vir?" Tanya Marco setengah kaget.
"Laura LINE gue!" Gue setengah teriak dengan gaya berbisik.
"Hah LINE apaan?" Tanyanya langsung kaget. Iyalah kaget, kalo gak kaget malah gue yang bingung...
"Ini liat deh!" Gue menyodorkan hp gue ke depan Marco. Marco membaca LINE tersebut lalu seketika raut mukanya berubah.
"What?" Dia memasang raut muka super kaget, lalu dalam sekejap, dia mengganti raut mukanya. "Gue punya ide. Kita kan mau buat Laura cemburu, jadi mendingan kita bohongin dia. Toh dia tau kita lagi berduaan. Pasti nanti dia mikirnya kita ada apa-apa. Lu ngerti gak?" Tanya Marco mungkin bingung dengan rawut muka gue yang sedikit bingung.
"Gak kok, gue ngerti," gue mengangguk cepat lalu segera mengetikan balasannya.
Vira: aduh maaf Ra. Gue lagi gak di rumah. Gue lagi pergi nemenin mama gue belanja.
Gue langsung menutup hp gue dan memasukannya ke dalam tas gue tanpa menunggu balasan dari Laura. Maaf ya Ra, bukan maksud gue kaya gini...
"Vir, sekarang lu harus pura-pura ketawa sama apa yang gue ucapin," ujar Marco yakin.
Aduh! Kok gini sih jadinya? Tapi gue harus lakuin...
Gue mengangguk pelan. Gue lalu tertawa, lebih tepatnya pura-pura tertawa bahagia. Gue mana bisa bahagia di saat gue melakukan sesuatu yang jahat pada sahabat gue sendiri?
Marco lalu membungkukan badannya dan memetik setangkai bunga mawar putih. Jangan bilang....
"Pura-pura seneng," dia meletakan setangkai bunga mawar putih tersebut di sela-sela kuping gue.
"Lu ngapain," ujar gue kaget. Dia gila? Ini udah keterlaluan!
"Diem aja!" Ujarnya dengan nada memerintah. Gue mengangguk pelan lalu memasang muka bahagia sebisa gue. Yaampun, gue banyak banget nyakitin Laura hari ini.
Gue memutar kepala gue sedikit ke arah Laura. Laura lagi nelfon, entah sama siapa. Kayanya dia gak liat ke arah kita. "Marco, Marco ayok pergi, Laura lagi gak liat," gue menarik-narik tangan Marco sekuat mungkin.
"Apaan sih," dia memutar kepalanya ke arah Laura lalu tiba-tiba berlari kencang. Tuh kan! Gila nih anak. Anak basket sih anak basket, tapi lari ya jangan tiba-tiba juga kali! Gue cewek woy!
Mau tak mau gue tetep ngejer dia. Ya mau gimana lagi, dia nya lari sesuka hati dia. Gimana kalo Laura liat gue? Mendingan gue kabur.
Dalam waktu cepat, gue udah keluar dari taman tersebut. Dan seperti yang gue duga, Laura gak bisa ngejar gue. Fiuh. Gue bisa menghela nafas lega sekarang.
"Yaudah deh, Laura udah gak ngejar, gue pulang dulu ya," ujar gue sambil langsung meninggalkan Marco.
"Eh gue anterin ya, udah sore juga, gak enak cewe pulang sendiri," ujar Marco sambil menarik tangan gue.
Gue mengangguk pelan. Yaudahlah ya, gue males cari taksi lagi. Mumpung Marco mau nganterin. Gue pun membuntuti Marco.
___________
AN:
HAI GUE BALIK! Maaf gue udah lama gak update. Gara-gara mos kemaren, gue jadi gak mood buat lanjutin...
Maaf juga kalo part ini rada gaje dan ngebosenin, tapi gue akan berusaha buat part selanjutnya lebih seru. Makasih yang masih niat baca walaupun udah lama gue gak update... dan jangan lupa, Vote and commentnya guys!!! ♡♡♡PS: hati-hati, banyak typo!
![](https://img.wattpad.com/cover/44595564-288-k106885.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer
Teen FictionApa yang kamu lakukan jika ada seseorang yang menyukaimu diam-diam? Bagaimana jika dia memberimu puji-pujian setiap hari? Atau mengirimkan sms-sms manis yang bisa membuat siapa saja terharu. Bagaimana jika dia memberimu barang-barang lucu secara ter...