1.

378 7 0
                                    

Jangan lupa buat add to library, voting, and vomment. Happy reading!

----------------------------------------------------------

Aku membuka loker bertuliskan 'Yolanda Shakira'. Aku mengambil Jam tangan biru kesayanganku dan langsung memakainya di tangan. Jam sudah menunjukkan pukul 07.00 WIB. Hm, santai saja, masih ada waktu tiga puluh menit lagi untuk masuk kelas.

Aku meraih handphone-ku dari saku baju-ku karena handphone-ku bergetar tanda ada SMS masuk. Lalu membuka satu SMS yang masuk dari Petty, sahabatku.

From: Petty

"Gue di kantin, gc kesini! "

Aku menaruh kembali handphone-ku di saku, lalu segera menghampiri Petty di kantin.

Aku bersekolah di VANDERSCHOOL. Salah satu sekolah asrama ternama di Jakarta. Ya, disekolahku ada asrama, dan semua siswa tinggal disini. Dan, jika ingin pulang, harus izin, dan itupun kadang-kadang tidak diizinkan karena disiplin. Dan disini, aku baru bersekolah selama mmm sekitar empat bulan. Ya, aku baru kelas sepuluh. Dan beruntungnya, aku dapat teman sekamar sebaik secantik seasik segokil Petty, sahabatku. Untungnya bukan sekamar dengan Rossa Vander, anak pemilik yayasan. Kenapa aku nggak mau sekamar sama Rossa? Karena dia itu sok bossy banget, sumpah, ya, aku sih kasian aja sama dayang-dayang si Rossa, si Zeta dan Mona. Mereka tuh disini bukan kaya sekolah, tapi kaya kerja jadi asistennya si Rossa. Ew.

Ok, sekarang aku sudah duduk di kantin bersama Petty, dan dia sudah makan Burger duluan, hm, kebiasaan nggak nungguin.

"Mang Jaja, Olan pesen burger satu ya kayak biasa, jangan pakai mayones." teriakku dan mendapat sahutan dari Mang Jaja, penjual burger, "Siap neng!"

Aku menelan ludah melihat Petty makan, kayak orang belum makan selama satu tahun tau nggak, ck dasar Petty, makan banyak tapi nggak gemuk-gemuk.

"Uhuk, uhuk," Petty tersedak, aku langsung tertawa terbahak-bahak.

Ia mengibas-ibaskan tangannya, memberikan kode, tapi, aku nggak faham. Wkwk.

Dia terus mengibaskan tangannya, kali ini sambil menunjuk air botol miliknya.

"Minum?" aku baru peka

Ia mengangguk-angguk. Lalu aku memberikannya botol minum tersebut, ia meminumnya sampai terdengar bunyi minumnya, glekglekglek. Aku menyambung tawaku yang sempat terhenti tadi.

Petty menghela nafasnya sambil menutup botol minumnya, "Woy, berisik! Bukannya nolongin malah ketawa."

Aku membungkam mulutku sambil menahan tawa, "Makanya kalau makan nggak usah over-acting kaya ketemu Doni deh." Btw, Doni itu gebetan baru si Petty, baru aja empat bulan disini, mantannya udah empat bro. Aku aja belum satupun. Haha, gausah bully. Ya, aku emang jones. Anjir ngapa jadi buka aib sendiri yak.

Aku memalingkan pandanganku keseluruh sudut kantin, sampai akhirnya aku terpaku pada seseorang yang sedang makan bersama dengan seorang cewek diujung kanan kantin.

Aku menepuk-nepuk bahu Petty sambil tetap memfokuskan pandanganku pada dua orang yang sedang makan bersama itu.

"Apa sih?" sahut Petty

Aku menunjuk ke arah dua orang itu. "Itu orangnya,"

"Yang diujung sana, yang sama cewek?" tanya Petty

Aku mengangguk mantap.

"Itu yang lo suka?"

Aku membungkam mulut Petty, umm, benar-benar ember mulut anak ini. "Jangan berisik, stupid!"

-Flashback on-

Aku turun dari taksi yang mengantarku kesekolah baruku. Aku tersenyum melihat bangunan besar dihadapanku ini, sekolah impiankuuuu. Bahagianya, tiba-tiba,
Tiiiiin-tiiiiin!!!! Klakson motor mengejutkanku dan membuatku terjatuh. Motor itu berhenti dihadapanku dan sang pengendara membuka helmnya.

Deg!

Tampan.

Itulah satu-satunya kata yang terlintas dalam fikiranku. Ntah kenapa, jantungku berdegub kencang, sepertinya aku jatuh cinta pada pandangan pertama.

"Lo gapapa?" tanyanya.

Aku bangun dari jatuhku, lalu tersenyum.

"Maaf ya,"

Aku tersenyum, "No problem." aku langsung pergi meninggalkan dia yang belum ku ketahui namanya.

-Flashback off-

Ya, empat bulan yang lalu, aku menemukan pangeran bermotor ninja, weh gawl kan ya pangerannya. Tapi aku baru menceritakan pada Petty dua minggu yang lalu, ya karena aku baru merasa dekat dengan Petty.

"Itu sih gue kenal!"

Aku langsung terbelalak, "Lo kenal?"

"Ya, dia kakak kelas gue dulu di SMP. Namanya Kak Daniel."

"Daniel." ujarku sambil tersenyum. Tapi ekspresiku mendatar lagi, "Cewe itu siapa?"

"Itu Vania, ceweknya."

Aku terbelalak, lalu langsung memasang wajah manyun, "Udah punya pacar."

Petty tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi wajahku. "Muka lo lawak banget, anjir!"

Aku menghiraukannya, oh my god, ini pasti masalah baru banget, aku suka sama pacar orang, dan pasti kedepannya aku bakalan nyesek terus setiap ketemu mereka kalau lagi berdua, kacau.

"Terus nasib gue gimana?" kataku memelas

"Sabar ya nak!" Petty malah meledekku.

Aku mendoyor dahi Petty dengan sedotan, "Rese lo!"

"Kasih snicker dong biar nggak rese." Goda Petty,

Aku mendengus lalu melepas sepatuku dan menunjukkannya tepat ke depan wajah Petty, "Makan nih snicker!"

Petty melempar sepatuku ke bawah, aku mengambilnya dan memasangkannya lagi pada kakiku.

"Makanan stupid bukan sepatu!"

Aku tertawa kecil.

Kring-kring!
Yhasss, tiga puluh menit sangat sebentar, bell masuk telah berbunyi. Akupun mengajak Petty untuk masuk ke kelas. Begitupun dengan Daniel dan Vania. Eh, kenapa jadi ngurusin mereka? Ah tuhkan, otakku sudah mulai korslet. Suram nih ah surammmm. Ck.

SILENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang