15.

175 1 0
                                    

Daniel P.O.V

Gue saat ini sedang dilanda rasa gelisah, kenapa? Karena sedaritadi Vania nggak ada kabar. Gue nggak tahu dia kemana. Telepon gue nggak diangkat-angkat dari tadi.

Hm, yaudah deh, mungkin dia lagi sibuk. Mendingan gue jalan-jalan keluar aja cari udara segar.

Brug!

Tiba-tiba aja gue bertabrakan dengan seorang cewek, dia terjatuh kesakitan, dia melihat gue, tapi, kayak ngeliat setan. Kenapa ya. Dia hendak beranjak pergi, namun gue menahan lengannya.

"Sorry ya, gue nggak sengaja." ujar gue.

"Gapapa Kak." katanya lalu pergi gitu aja.

Gue mengerutkan dahi gue, kenapa sih tuh anak? Aneh banget.

Yaudah lah, dari pada gue bingung mikirin orang yang sama sekali nggak gue kenal, mendingan gue lanjutin tujuan utama gue, cari udara segar.

Gue berjalan menyusuri lingkungan sekolah, namun, langkah gue terhenti ketika gue melihat dua orang cowok dan cewek yang sedang berduaan di parkiran motor? Ngapain mereka berduaan di parkiran? Emangnya nggak ada tempat yang bagusan dikit gitu buat pacaran? Eh tapi, tunggu, kayaknya gue kenal, itu kan, Gito. Ya Gito, mantan selingkuhannya Vania, sama siapa ya dia? Gue lebih nyipitin mata gue, agar dapat melihat lebih jelas siapa cewek yang bersama Gito.

Jleb!

Itu...Vania?

Beneran itu Vania? Atau gue cuma salah liat aja? Tapi, gue yakin kok, itu emang Vania, ngapain dia sama Gito? Gue mulai memanas. Tanpa berfikir panjang, gue langsung menghampiri Vania dan Gito.

Tanpa basa-basi gue langsung menonjok wajah Gito dengan amarah yang sudah memuncak. Vania terlihat shock melihatnya, ya, gue emang nggak pernah bertindak kasar sama orang, tapi, gue udah capek diem, karena semakin gue diemin, dia malah semakin ngelunjak tau nggak.

Gito masih tergeletak kesakitan, sedangkan Vania, dia hanya terkejut sambil menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya.

"Yang, kamu kok posesif gitu sih?" kata Vania, selalu begitu, setiap dia ketauan lagi selingkuh, dia malah bilang gue posesif.

"Posesif lo bilang? Posesif dari mananya gue tanya, hah?"

Vania terlihat ketakutan, jujur ini kali pertamanya gue kasar sama dia, gue nggak tahu lagi harus gimana, gue emang sayang sama dia, tapi jangan karena gue sayang sama dia, dia bisa semena-mena sama gue, sorry, gue udah capek.

"Yang, kamu kok kasar gitu sih sama aku." kata Vania sambil memegangi tangan gue. Gue langsung menepisnya kasar. Vania terlihat terkejut dengan sikap gue.

"Lo bilang lo udah nggak ada hubungan apa-apa sama Gito, tapi ini apa hah?"

"Yang, aku tuh sama Gito, cuman..."

"Cuman apa? Mau alasan apa lagi? Cukup ya, cukup lo bego-begoin gue selama ini! Gue udah sadar sekarang, selama ini gue sayang sama orang yang salah."

"Yang, kamu kok ngomongnya gitu sih, kita kan udah pacaran tiga tahun lebih, yang."

"Ya, dan gue ngerasa bodoh banget, selama tiga tahun gue udah lo bodoh-bodohin. Dan sekarang gue sadar itu semua! Lo emang cantik, tapi sayang, lo murahan, tukang selingkuh, dan nggak pernah ngehargain perasaan orang lain."

Vania terlihat berkaca-kaca, "Kamu bilang aku murahan, yang?"

"Iya, kenapa? Lo mau apa? Nangis? Nggak mempan, tangisan lo itu tangisan buaya tau nggak. Gue itu ngomong fakta."

"Yang, kamu kok jahat banget sih sama aku."

"Jahat lo bilang? Yang mana yang lo bilang jahat? Kalau gue jahat, terus lo apa? Lo itu jauh lebih jahat tau nggak. Gue juga bingung gue kenapa mau ngemis-ngemis cinta orang kayak lo."

"Tapi, yang..."

"Alah, udah deh, gausah panggil gue yang-yang lagi, gue nggak sudi lah punya pacar tukang selingkuh kayak lo. Mulai sekarang kita putus!"

Gue hendak beranjak pergi, namun lengan gue ditahan oleh Vania, "Kamu yakin putusin aku yang?"

Aku menggeram, aku menepis kasar tangan Vania, "Yakin 100%. Udah mendingan urusin tuh doi lo yang udah kayak orang mati." kata gue lalu pergi.

°°°

Vania sialan!

Ternyata selama ini dia masih main dibelakang gue, bodoh, gue bodoh banget karena udah percaya sama semua perkataan busuknya si Vania.

Tapi, emang salah gue sih, selama ini gue selalu maafin dia kalah dia selingkuh, ya, gue oon banget ngemis-ngemis sama dia, padahal dia yang selingkuh, tapi selalu gue yang minta maaf dan ngajak balikan. Betapa bego nya gue dulu astaga.

Padahal cewek di dunia ini tuh masih bejibun, tapi, gue malah mempertahanin cewek tukang selingkuh kayak si Vania. Ya, cantik juga buat apa kalau nyakitin gue mulu, sumpah kali ini gue benci banget sama dia, gue tuh benci banget sama dia, dia udah bego-begoin gue selama ini. Dan bodohnya, gue mau aja di bego-begoin. Dia udah selingkuhin gue berkali-kali, tapi bodohnya gue dengan gampang maafin dia, malahan gue yang minta maaf, yang diliat orang, gue sama Vania emang pasangan yang romantis, tapi mereka nggak tahu sebenarnya Vania tukang selingkuh. Vania sosok perempuan yang sempurna dimata orang-orang, makanya gue pertahanin dia.

Tapi, kali ini gue sadar, gue mempertahanin orang yang salah, dia yang gue anggap wanita yang cantik, ternyata nggak lebih baik dari apapun, dia cuma wanita busuk. Gue benci lo Vania, jangan harap gue mau ngajak lo balikan lagi.

SILENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang