7.

45 1 0
                                    

Aku mengirim pesan singkat kepada Petty.

To: Petty

Petty, lo dimana?

Send! Hm, sekarang aku sudah berada dikamar. Umm, gila, hari ini awkward moments banget!

Dretttt, handphone-ku bergetar. Ternyata SMS masuk dari Petty.

From: Petty

Lagi otw kamar.

Aku menaruh handphone-ku di atas meja belajar. Aku berbaring diatas ranjangku dan memejamkan mataku. Sekedar me-relax-kan fikiranku yang kacau.

Clek! Suara knop pintu membuatku membuka mata, Petty datang.

"Kenapa lo nyariin gue?" tanya Petty.

Aku mengubah posisiku menjadi duduk. "I want to tell you something."

Petty duduk disampingku, "What?"

Aku menarik nafas panjang. "Tadi kan gue duduk di bangku yang ada di lapangan basket, eh nggak lama, Daniel main sama temen-temennya, eh tiba-tiba dia duduk disamping gue, mungkin dia kecapean kali ya, gue ngeliatin dia, eh pas gue lagi ngeliatin dia, dia ngeliat gue balik sambil senyum, gue langsung cabut dari situ, sumpah deh, Pett. Itu tuh awkward momments banget! Gue malu banget, pasti pas dia lagi liat gue muka gue lagi kayak badut." jelasku.

Petty berdecak, "Stupid! Lo ngapain lari?"

Aku berdehem, "Itu juga yang jadi pertanyaan gue."

"Seharusnya lo biasa aja, pasti nanti lo bisa kenalan sama dia."

"Siapa juga sih yang mau kenalan?"

"Munafik lo, udah nggak usah bohongin perasaan sendiri."

Iya sih, Petty benar, aku tuh ya kalau di fikir-fikir nyiksa diri sendiri tau nggak. Kalau boleh milih, aku nggak mau ada dikeadaan ini.

"Gue bingung, Petty, gue bingung harus apa."

Petty mengerutkan dahinya, "Apa yang bikin lo bingung?"

Aku menghela nafas, "Gue bingung, gue emang suka sama Daniel, tapi gue nggak mau ngerusak hubungannya sama Vania, gue nggak mau rusak kebahagiaannya Daniel. Gue juga bingung, gue mau move on dari Daniel tapi gue nggak tahu gimana caranya biar bisa lupain Daniel." kataku, "Gue bingung banget, Petty. Gue nggak mau tersiksa begini terus." lanjutku.

"Olan sayang..." sahut Petty, "Dengerin gue ya nih, lo itu nggak perlu susah payah buat ngelupain dia, karena setiap kali lo usaha buat lupain dia, lo malahan semakin kefikiran sama dia. Percuma, lo nggak akan bisa ngelupain dia kalau lo usaha, tapi coba lo bersikap biasa aja, mungkin, lama kelamaan lo hati lo juga bakalan biasa aja kayak sikap lo."

Aku mulai mencerna perkataan Petty, "Begitu ya, Pett?"

"Iyalah, lagian nih ya, jodoh itu kan Allah yang ngatur, bisa aja Daniel itu jodohnya sama lo bukan sama Vania." kata Petty

Aku berdecak, "Apaan sih, Pett, udah ah lo jangan bikin baper."

Petty cekikikan.

"By the way, thanks for suggestion babe." ujarku.

"No problem." jawabnya, "Olan, dahi lo kenapa? Kok memar gitu sih?"

Aku memegangi dahiku, oiya, aku baru ingat, dahiku memar gara-gara tadi bertabrakan dengan Zaki. Hm. Lumayan nyeri.

"Ini, gue tadi nabrak Zaki."

"Kok bisa?"

Aku mengangkat bahu, "Gara-garanya sih gue lari dari Daniel terus ngelamunin mikirin gimana kalau Daniel liat gue tadi, jadinya gue nggak focus dan nggak sadar kalau didepan gue itu ada Zaki. Tapi gue beruntung sih yang gue tabrak itu Zaki, bukan adiknya si nenek lampir itu."

Petty cekikikan, "Makanya minum aqua biar focus."

"Percuma, walaupun gue udah minum aqua, tapi kalau gue ketemu Daniel tuh ya, tetep aja salah focus. David Beckham aja gue kira Narji."

Petty tertawa terbahak-bahak, begitupun dengan aku.

°°°

Drettt, handphone-ku bergetar, aku meraihnya dari atas meja belajar. Ternyata SMS dari Zaki.

From: Zaki

Gimana dahi lo?

Akupun membalasnya.

To: Zaki

Membaik. Dahi lo gimana?

Send! Drett, tidak lama kemudian Zaki membalas lagi.

From: Zaki

Sama kok gue juga.

Aku membalas,

To: Zaki

Syukurlah.

Send.

"Lagi SMS-an sama siapa sih? Tumben." kata Petty, mengejutkanku.

"Zaki." jawabku secukupnya sambil terus membalas SMS dari Zaki.

"Ciyeee." ledek Petty

Aku mengerutkan dahi, "Kok ciyee?"

Petty cengengesan, aku hanya bergidik.

Drett, drett, lho, Zaki kok malah nelpon.

"Ciye, di telepon." ledek Petty

"Apaan sih lo Pett!" kataku sambil mengangkat telepon.

"Hallo."

"Iya, kenapa Ki?"

"Udah makan belum?"

"Mm, makan? Udah kok."

"Ciyee ditanyain makan." ledek Petty

Aku langsung mematikan telepon dari Zaki, Petty emang nyebelin banget, apa salahnya sih emang, orang temenan doang.

"Kok lo matiin?"

Aku mendengus, "Males ah, lo rewel."

Petty nyengir kuda, "Lan.."

Aku hanya berdehem.

"Kayaknya Zaki suka deh sama lo." Kata Petty asal, nih anak ngomong asal jeplak aja apa ya.

"Apaan sih lo, Petty!"

Petty menunjukkan wajahnya yang serius, "Serius, Olan!"

Aku hanya menaikan sebelah alisku. "Whatever, Petty!"

"Gue serius,"

"Gue duarius."

"Olan, gue serius, dia sering nelponin lo kan?" tanya Petty.

"Mm, belakangan ini sih iya."

"Nah!"

"Nah apa?"

"Ya itu tandanya dia suka sama lo, dia care sama lo."

"Apa sih Petty, orang dia nelpon biasa doang, baru tadi doang dia nanyain gue makan, kemarin-kemarin sih kita bahas pelajaran."

Petty mendengus, "Otak lo pake kartu apa sih? Loadingnya lama banget."

Aku mengerutkan dahi.

"Dia itu cuma cari-cari bahasan biar bisa ngobrol sama lo, makanya dia nanya-nanya pelajaran sama lo."

Aku mengerutkan dahi, aku nggak faham apa yang Petty bicarakan. "Tau ah, gue nggak ngerti, gue mau tidur aja, ngantuk."

Akupun berbaring diatas ranjangku dan menyelimuti seluruh tubuhku dengan selimut, agar Petty tidak menggangguku.

SILENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang