6.

47 0 0
                                    

Aku menyusuri koridor sekolah sambil membawa Capucchino Ice. Tentu saja bersama dengan Petty. Namun karena aku terlalu asik mengobrol bersama Petty, aku menjadi menabrak seseorang dan menumpahkan es ku pada seseorang yang ku tabrak secara tidak sengaja.

Dan ternyata orang itu adalah Rossa Vander. Ini tanda bahaya!

"Rossa, gue minta maaf ya, gue nggak sengaja." kataku dengan merasa bersalah.

Rossa menggeram, "Maaf lo bilang? Rok gue basah begini lo cuma bilang maaf?"

"Ya terus gue harus bilang apa? Wow?"

Rossa menyinis, apa aku salah ngomong? Haha mungkin sih, habisnya aku sangat kesal.

"Nyebelin lo, dari awal gue emang udah benci sama lo, dan nih temen lo si Petty. Kalian berdua itu cups tau nggak!"

"Eh kurang ajar lo, lo tuh yang cups."

"Ayo guys, kita pergi aja," Rossa mengajak dayang-dayangnya pergi.

Aku dan Petty hanya bergidik geli.

°°°

Aku duduk di depan lapangan basket, kebetulan disana ada bangku berukuran panjang, dan ada pemandangan yang enak dilihat, ada Daniel yang sedang bermain basket bersama teman-temannya, hehe, tapi aku nggak ada niat buat ngeliat dia lho disini. Kebetulan aja pas aku duduk disini, satu menit kemudian club Daniel datang untuk bermain bola. Mungkin jodoh, hehe, eh ya ampun, maafkan Olin, Olin khilaf.

Oiya, Petty. Dia lagi sama si doi barunya lah, kemana lagi, palingan di taman tuh manja-manjaan sama si Doni, ew.

Tunggu-tunggu, sepertinya aku rasa Daniel mendekat kearahku, hm, apa iya? Atau perasaanku saja? Benar! Dia kearahku, oh my god, aku enggak tahu wajahku seperti apa sekarang, mungkin sudah seperti tomat busuk.

Dia duduk disebelahku, astaga, gue mimpi atau gimana, i need oxygen now please, help me! Aku sesak nafas nih ah, tiba-tiba haus lagi, yaampun. Aku nggak berani buat ngeliat wajah Daniel. Tapi aku penasaran juga.

Akhirnya aku dengan pelan-pelan menoleh ke arah Daniel, aku memperhatikan setiap lekukan wajahnya, tampan! Sangat tampan. Butiran-butiran keringat membasahi dahinya, rasanya aku ingin membantunya mengelap keringatnya, uh kasian, andai aja bisa, aku akan memberinya sapu tangan dan air minum, tapi sayang, aku bukan siapa-siapa disini.

Daniel menoleh kearahku, ia tersenyum, aku langsung membuang muka padanya, mampus, apa dia sadar daritadi aku memperhatikannya? Bencana lagi. Aku langsung bangun dari dudukku kemudian lari.

Ya Allah, gimana nih? Duh, tadi Daniel tau nggak ya gue liatin dia? Hm, mati aja gue kalau dia sampai tahu gue suka sama dia, sungguh, tadi itu memalukan, tadi Daniel liat gue? Dan gue nggak tahu gimana ekspresi gue? Yang ada Daniel kira gue badut! Pasti tadi dia bingung banget kenapa gue lari, harusnya gue biasa aja, ah stupid! Awkward. Batinku.

BRUG!
Aku terjatuh, dahiku terasa memar, sepertinya aku baru saja menabrak seseorang. Aku memegangi dahiku sambil melihat orang yang sama-sama jatuh sepertiku karena aku tabrak. Zaki. Ternyata itu Zaki. Ia memegangi dahinya juga.

"Zaki, lo nggak apa-apa?" tanyaku khawatir.

Zaki menoleh ke arahku, "Oh, Olin, nggak kok nggak apa-apa."

"Yakin?"

Zaki mengangguk, "Iya, palingan cuma memar dikit, lo juga sama tuh memar." Kata Zaki sambil menunjuk dahiku.

Aku memegangi dahiku, "Iyasih kayaknya, nggak apa-apa lah, udah biasa begini doang mah."

"Gue juga sama."

Aku meraih tangan kanan Zaki dan menggenggamnya, "Sorry ya, Ki. Gue nggak sengaja nabrak lo."

Zaki malah terdiam sambil memandangiku. Aku mengerutkan dahiku.

"Ki.." panggilku.

"Eh, iya, nggak apa-apa kok Olin." sahut Zaki akhirnya, hm untunglah yang aku tabrak ini Zaki, bukan adiknya, nggak tahu lagi deh kalau Rossa yang aku tabrak, bisa-bisa dia ngamuk.

Aku tersenyum lalu melepas genggamanku. Aku dan Daniel pun berdiri bersamaan.

"Lagian, lo kenapa sih lari-lari sampai nggak lihat ada orang didepan lo, untung gue yang lo tabrak, kalau orang lain yang nggak pemaaf gimana? Atau gimana kalau yang lo tabrak itu guru? Wih, lo bisa kena scors sebulan tuh." kata Zaki.

Aku hanya tertawa saja, malu.

"Lo ngelamun ya tadi pas lari?"

Hm, iya, aku melamun, gara-gara kejadian tadi, duh bodoh, ngapain juga ya aku lari sambil melamun, stupid stupid stupid! Padahal aku tidak perlu berlari, Daniel pun tidak akan mengejarku kan? Haha, Olin stupid!

"Olin..." panggil Zaki

Aku pun tersadar, "Eh iya, kenapa Ki?"

"Lo ngelamun?" tanyanya

Aku berdehem, "Nggak kok, gue cuma lagi haus banget."

"Haus?" Zaki mengerutkan dahinya.

Aku mengangguk.

"Yaudah, ayo ke kantin, gue antar."

Aku tersenyum, lalu pergi ke kantin bersama Zaki.

°°°

Aku menghabiskan milkshake-ku dengan waktu kurang dari lima menit, haus, rasanya aku ingin mati saat berhadapan dengan Daniel.

"Segitu hausnya ya?" tanya Zaki melihat aku minum seperti orang belum minum satu abad.

Aku menyeringai, "Maaf, gue haus banget soalnya."

"Emangnya lo lagi ngapain?" tanya Zaki

"Itu loh, gue haus gara-gara tadi gue berhadapan sama..." Eh, hampir saja aku keceplosan.

"Sama siapa?" tanya Zaki penasaran.

"Sama..umm, sama Pak Jordan." kataku sambil nyengir kuda.

Zaki mengerutkan dahinya, "Serius lo? Ngapain lo ke Pak Jordan?"

"Umm, nanya tugas."

"Emangnya ada tugas ya?" tanya Zaki bingung, jelas saja, kan tidak ada tugas fisika hari ini! Stupid, Olin.

"Maksud gue.." aku berfikir "Maksud gue, gue habis nanya bahan pelajaran yang belum gue ngerti."

Zaki mengangguk mengerti, hm, syukurlah dia percaya.

SILENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang