14.

31 1 0
                                    

Aku dan Petty sedang berjalan menuju kantin.

Namun, saat aku dan Petty berjalan, rasanya ada yang aneh, sepertinya aku dan Petty sedang menjadi bahan pembicaraan, atau aku saja? Entahlah aku tidak tahu, tapi, apa yang mereka bicarakan.

"Olan, ada apa sih? Kok pada ngeliatin kita begitu?" bisik Petty

"Gue juga nggak tahu," bisikku.

Aku dan Petty mencoba biasa saja. Mungkin ini hanya perasaanku dan Petty saja. Atau hari ini aku sudah jadi artis? Mana mungkin tenar sehari.

"Eh, itu kan ya yang namanya Olan." kata seseorang, aku memang langsung peka jika ada yang membawa-bawa namaku.

"Oh, itu, dia yang suka sama Kak Daniel? Masih cantikan Kak Vania ya." kata seorang gadis yang sebaya denganku.

"Nggak cocok, masa Vania mau digantiin adik kelas kayak dia." kata seorang kakak kelas perempuan.

Aku menarik Petty agar berjalan lebih cepat, sungguh, telingaku sudah memanas. Ya, aku tahu, aku tidak cocok dengan Daniel, dan aku juga tidak lebih cantik dari Vania, aku sadar itu.

Aku dan Petty duduk di salah satu meja kantin, ya, tidak ada bedanya, disini semua menatapku juga.

"Benar, kan, ini hal buruk yang gue omongin sama lo!" kataku pada Petty.

"Kenapa semua jadi tahu kalau lo suka sama Daniel?"

Aku mengangkat bahu.

"Ini pasti gara-gara Rossa!" kata Petty.

Hm, ya, ini gara-gara Rossa, Rossa pasti dalang dari semua ini.

"Lo dalam bahaya, Olan."

Aku mengerutkan dahiku, "Bahaya?"

Petty mengangguk, "Lo belum tahu kan. Daniel sama Vania itu pasangan yang paling tenar disekolah ini, dan lo harus tau, shipper mereka banyak disini!"

"Shipper? Kok mereka udah kayak artis aja sih?" heranku

"Gue kan udah bilang, mereka itu seleb sekolah."

Aku hanya menopang dagu, "Kenapa lo nggak kasih tahu gue dari dulu kalau Daniel sama Vania punya banyak shipper?"

Aku menatap sekelilingku, tatapan-tatapan tajam terarah padaku. Mimpi buruk!

"Gue kira itu nggak penting." kata Petty. "Kalau sampai Vania denger berita orang yang suka sama pacarnya, dia nggak akan tinggal diam."

"True." kata seseorang yang tiba-tiba datang, ini dia dalangnya, Rossa. "Dan gue bakalan wujudin omongan Petty." sambungnya.

"Rossa, pasti lo kan yang udah bikin semua orang tahu?" tanyaku sinis.

"Kalau iya kenapa?" tanya Rossa dengan menantang.

Aku menggeram. "Kenapa lo lakuin ini sama gue?"

"Lo mau tahu kenapa?"

Aku menatapnya sinis.

"Ok, pertama, gue benci sama lo, kedua, lo nolak kakak gue, itu artinya lo nginjek-nginjek harga diri keluarga gue, dan itu bikin gue tambah benci sama lo."

Aku hanya bergidik, orang ini memang benar-benar sayko.

"Dan lo harus inget, ini belum seberapa, gue bakal bikin hidup lo lebih indah dari ini." katanya sambil menatapku sinis, lalu ia pergi sambil tertawa jahat, she is crazy?

"Lo tenang aja, Lan. Ada gue." kata Petty menenangkanku. Aku mengangguk.

Tiba-tiba sepasang kekasih memasuki kantin, siapa lagi kalau bukan Daniel dan Vania, duh, kiamat sugra nih.

Para shippers mereka menghampiri sang idola, untuk apa lagi, pasti mereka mengadukanku.

"Kak, masa ada anak kelas satu yang suka sama Kak Daniel." ujar salah seorang

"Iya Kak, tapi orangnya nggak lebih cantik dari Kak Vania." kata yang lainnya.

"Iya, Kak, namanya Olan, dia pasti bakalan jadi PHO deh di hubungan kalian."

Wait, whaaaat? Apa maksudnya? Hei, aku nggak pernah ngerusak hubungan siapapun, kalian yang membesar-besarkan hal ini.

"Yang mana sih orangnya?" tanya Vania.

Celaka, bahaya nih!

"Olan, kita harus cepet-cepet pergi dari sini." kata Petty.

Aku mengangguk setuju, kami berdua pun mengambil langkah seribu.

"Itu Kak!" kata salah seorang shipper menunjuk ke bangku kosong yang tadi aku duduki.

"Lho? Kok nggak ada?"

"Tadi disitu"

"Kok ilang ya?"

"Pasti dia kabur."

°°°

Hosssh hosssh!

Kami berhenti di kelas, hm, lelah sekali, duh, kenapa aku seperti seorang buronan sekarang? Damn!

"Pett, kenapa semuanya bisa begini sih?" tanyaku dengan agak berkaca-kaca, ya, nggak nyangka aja bakalan begini jadinya, padahal kan, aku nggak pernah ganggu hubungan mereka sama sekali.

"Udah, lo tenang dong, jangan begini," kata Petty

"Gimana gue bisa tenang, Petty.."

Petty memeluk aku untuk memberikanku ketenangan.

°°°

Hari ini adalah hari paling-paling-paling membuatku gilaaa, sungguh, aku benar-benar gila sekarang.

Belum selesai masalah ku dengan Zaki, sekarang, harus ada masalah baru?

Daniel.

Iya, benar, dia pria yang aku suka, dia pria yang membuatku terkagum-kagum saat melihatnya, dia orang yang membuatku tersenyum walau hanya memandanginya dari jauh, tapi, tidak ada sedikitpun niatan aku untuk merebutnya dari Vania, lagian it's impossible. Mana mungkin Daniel lebih memilih aku dari pada Vania. Tapi, kenapa semua salah paham dengan perasaanku, apa kalau aku menyukai seseorang, maka aku harus berusaha memilikinya? No, tidak dalam kamusku, apalagi jika aku menyukai yang sudah milik orang lain.

Arght, bagaimana caranya agar semua orang tahu yang sebenarnya, bagaimana cara aku menjelaskan kepada semuanya bahwa aku bukan perusak hubungan orang? Bahwa aku bukan tukang tikung seperti yang Rossa katakan. Aku hanya sekedar mengagumi Daniel, aku juga tidak tahu kenapa aku harus menyukai Daniel. Kenapa bukan Zaki, atau yang lain. Itu diluar kuasaku. Tolong, don't judge me.

SILENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang