Aku dan Petty sudah berada dikelas. Untung saja, guru killer belum masuk kelas, biasanya giat banget.
"Eh, misi! Gue mau duduk disini!" ujar orang yang baru datang, siapa lagi yang nge-bossy begitu selain Rossa. Ck.
"Apaan sih lo dateng-dateng main ngusir aja!" ujar Petty menyolot.
"Lo berani ngelawan gue? Mau lo di depak dari sekolah ini?"
Aku memutar bola mataku malas, "Rossa, lo itu kan biasanya nggak duduk disini, kenapa sekarang tiba-tiba lo mau duduk disini? Caper banget sumpah."
Rossa menyiniskan alisnya, "Apa? Lo bilang apa?"
"Ca.per!" ujarku sambil menekan setiap suku kata. "Cari perhatian!" lanjutku.
Rossa sudah bersiap menamparku, aku langsung menutup wajahku.
Satu detik...
Dua detik...
Tiga detik...
Empat detik...
Lima detik...
Kok lama banget ya mendaratnya tamparan si Rossa? Apa dia pake slow motion? Ck. Aku mengintip dari lubang jari-jariku. Ternyata ada Zaki. Aku membuka kedua tanganku dari wajah.
"Lo tuh kenapa sih, alay!" kata Zaki, oh iya, Zaki itu nama lengkapnya Zaki Vander. Kembarannya si Rossa, tapi nggak identik, sifatnya aja beda banget, kalau Zaki baik pake banget, nggak kayak si Rossa, yang...gitu deh.
"Tuh, mereka nggak mau kasih tempat duduknya buat gue." kata Rossa, sambil di kipasi oleh kedua dayang-dayangnya yang setia dibelakangnya sedaritadi.
"Bangku kosong masih banyak, lo itu jangan alay deh."
Rossa membesarkan matanya, "Kok lo belain mereka sih? Gue kan kembaran lo!"
"Gue bela yang bener!"
Rossa mendengus sebal. Lalu pergi ke kursi lain diikuti dayang-dayangnya.
Tidak lama, sang guru killer pun datang.
°°°
Jam istirahat telah berbunyi, aku dan Petty bergegas ke kantin, namun saat dalam perjalanan, Doni menghampiri kami, atau lebih tepatnya menghampiri Petty.
"Petty, ikut gue yuk?"
Petty mengerutkan dahinya, "Kemana?"
"Taman. Jalan-jalan aja, mau nggak?"
Petty berdehem lalu menoleh ke arahku, aku memberikan kode agar Petty menerima ajakan Doni.
"Ok." ujar Petty akhirnya.
"Yaudah yuk!" Doni menggandeng tangan Petty.
"Lo gapapa sendirian, Lan?"
Aku tersenyum, "Selaw!"
Petty tersenyum lalu pergi bersama Doni. Dan akupun melanjutkan jalanku untuk ke kantin.
Aku membawa satu cup ice capucchino dan satu porsi Bakso. Hm, aku memalingkan pandanganku untuk mencari bangku yang kosong tetapi aku malah menemukan sepasang kekasih yang sedang makan bersama sambil tertawa-tawa sok sweet bukan so sweet. Siapa lagi kalau bukan Daniel dan Vania. Eh kenapa aku malah nyolot ya? Hm, relax Olan!
"Olan!" panggil seseorang.
Aku menoleh ke sumber suara, dan ternyata itu Zaki, dia menyuruhku menghampirinya, akupun menghampirinya.
"Duduk sini aja" kata Zaki
"Gapapa nih?"
"Gapapa lah, lagian lo mau duduk dimana? Udah penuh semua!"
Aku berdehem, "Bener juga sih,"
"Yaudah duduk! Ngapain berdiri aja?" perintah Zaki.
Akupun menyeringai lalu duduk dan menaruh makanan dan minuman ku diatas meja.
Aku melahap satu buah bakso yang berukuran kecil. Dan mengunyahnya.
"Tumben sendirian, Petty kemana?" tanya Zaki.
Aku mengunyah makananku dulu sebelum menjawab, setelah aku menelannya baru aku menjawab. "Biasa, lagi PDKT." Kataku lalu melahap satu bakso kecil lagi.
Zaki menyeruput Softdrinknya sambil mengangguk-angguk. "Lo nggak PDKT juga?" ledeknya.
Yaelah, boro-boro PDKT, orang hati gue lagi ancur banget gara-gara tahu Daniel punya pacar, mana gue udah terlanjur suka beneran lagi. Udah empat bulan gue suka, dan pas gue tau namanya, ternyata dia punya pacar, pupus sudah harapan gue. Mana mungkin gue ngerebut pacar orang! ,Batinku.
"Lan..." panggil Zaki
"I-iya?" Aku berdehem, "Yaelah, Ki. Gue kagak ada PDKT-an."
Zaki tertawa kecil, "Gue juga sama."
"Gue nggak nanya." aku meledeknya.
"Ih, sialan!"
Aku tertawa lumayan terbahak-bahak, tapi nggak banget sih, yang ada nanti aku malah tersedak. "Tapi seriusan lo nggak ada PDKT-an?"
Zaki mengangguk mantap.
"Kasian, cakep-cakep jones!" kataku tertawa lagi.
"Sial, mm, tapi berarti gue cakep ya?" godanya.
Aku berdehem sambil memutar bola mataku. "Not bad lah!"
"Udah jujur aja, gue ngaku kok kalau gue ganteng." ucapnya dengan percaya diri.
Aku memukul lengannya pelan dengan sendok. "Gausah kepedean lo."
"Fakta, Lan."
"Iya aja deh biar lo seneng."
"Lo juga cantik," ujarnya membuatku terpaku sejenak, sampai akhirnya aku sadar ini hanya candaan.
"Dari lahir!"
"Najis!"
Aku tertawa, namun terhenti ketika melihat Daniel membenahi rambut indah Vania. Entah, hati ini terasa sangat sakit, nyesekkkk! Aku butuh oksigen please. Aku menelan ludahku untuk membasahi kerongkonganku yang tiba-tiba kekeringan. Bibirku bergetar, mataku mulai berkaca-kaca.
"Olan..." panggil Zaki dengan lembut.
Aku tersadar, aku dengan cepat menepis air mataku yang hampir jatuh. Dan langsung menghela nafas.
"Lo baik-baik aja kan?" tanya Zaki
"Sure" kataku
Zaki menatapku, "Tapi kok lo kayak nangis?"
Yah, ketahuan.
"Nangis? Nggak. Ini gue keluar airmata karena ketawa." kataku beralibi
"Yakin?" tanya Zaki seperti tak percaya dengan apa yang aku ucapkan.
"Yeah, i'm seriously!" tegasku.
"Ok"
"Gue mau ke kelas, lo mau ikut nggak?" tanyaku
"Tapi, bakso lo belum habis?"
"Gapapa, gue udah kenyang."
Zaki mengangguk, "Yaudah, yuk kekelas."
Aku mengiyakan dan berjalan didepan Zaki.
KAMU SEDANG MEMBACA
SILENT
RandomLangsung baca aja biar penasaran;) dont forget to add to your library, and leave me vote and vomment!