12.

40 0 0
                                    

Keesokan harinya,
Aku dan Petty berjalan menyusuri koridor sekolah, tentu saja untuk masuk ke kelas, tapi aku bingung kenapa banyak bunga mawar berserakan ya di lantai.

"Petty, kok banyak bunga ya?"

Petty mengangkat bahunya, "Gatau gue."

Aku memasang wajah bingung, aku dan Petty memutuskan untuk melanjutkan perjalanan.

Pintu kelas ketutup? Kok tumben? Biasanya kan dibuka aja.

Aku dan Petty saling bertatapan bingung.

Aku membuka pintu kelas, dan langsung.

"Good morning, Olan." sapa semua siswa kelasku memenuhi depan pintu.

Aku bingung, aku menatap Petty dengan tatapan what-happened-?

Para siswa-siswi kelasku mulai merenggang-renggang sampai akhirnya aku melihat Zaki disana. Teman-temanku menggandengku sampai aku berhadapan dengan Zaki.

Aku tersenyum bingung pada Zaki.

"Apa lo kaget, Lan?"

"Yeah, sure. What happened?"

Zaki meraih kedua tanganku. Oh my God. Damn! Its awkward moments. Semua mata tertuju padaku sekarang.
"Olan..." panggil Zaki

Aku menjawab dengan sedikit gugup, jelas saja, siapa yang tidak gugup disaksikan satu kelas seperti ini. "Y-ya."

"Gue tau lo pasti kaget banget, tapi, gue nggak bisa mendem ini terlalu lama."

What do you say, Zaki. Are you kidding me? Jangan membuatku gugup seperti ini tolonglah. Aku menatap Petty dengan tatapan what-would-I-do-? Namun Petty hanya mengangkat bahunya, damn, aku tidak bisa berbuat apa-apa sekarang. Aku merasakan dingin dari tangan Zaki yang menggenggam tanganku.

"What do you mean?" tanyaku.

"I just wanna say something to you." jawabnya.

"What?"

Zaki menelan ludahnya, "I just wanna say..." Zaki menghentikan ucapannya.

"Say what?"

"I just wanna say...I love you, Olan!"

Deg! Aku langsung terpaku, apa dia bilang tadi? I love you? Dia mencintaiku? Oh my God, i can't say anything. I am shock! Semoga ini hanya mimpi, please, bangunkan aku dari mimpi ini.

"Olan, apa lo denger apa yang gue bilang?" tanya Zaki

Aku berdehem, "Apa gue nggak salah denger? Tadi lo ngomong apa?"

"I love you, gue cinta sama lo Olan." ujar Zaki lebih mantap dari yang pertama.

"Oh my God, are you kidding me?"

Zaki menggeleng, "No, i am seriously."

Aku menatap mata Zaki, penuh harap, tapi apa yang harus aku katakan pada Zaki. Aku hanya menganggapnya seorang sahabat, nggak lebih dari itu, aku sayang sama dia, tapi sebatas sayang sahabat, aku juga perduli sama dia, tapi sebatas peduli seorang sahabat kepada sahabatnya. Tolong, jangan salah paham sama sikapku.

"Would you be my girl?"

Damn! Pertanyaan itu akhirnya keluar juga, pertanyaan mematikan, apa jadinya kalau aku nerima Zaki? Aku nggak bisa bohongi perasaan aku sendiri. Tapi, kalau aku tolak Zaki..dia bakal marah atau nggak ya. Duh, ya, inilah posisi yang aku takutkan, posisi serba salah.

"Olan.."

"Mm, i-iya?"

"Gimana? Apa jawaban lo?"

Aku menelan ludah. Ya Allah, aku harus jawab apaaaa?

"Gue terima kok semua jawaban lo, yang menyakitkan sekali pun." kata Zaki

"Zaki..." panggilku, "Gue minta maaf, gue, mm, gue nggak bisa nerima lo."

Terlihat ekspresi kecewa di wajah Zaki, bukan hanya Zaki, seluruh teman-temanku juga.

Zaki mengangguk pasrah, "Tapi, apa gue boleh tau alasannya?"

"Karena gue udah nganggap lo sahabat baik gue, dan gue nggak mau ngerubah itu, dan gue harap lo juga sama kaya gue. Maafin gue ya, Ki?"

Zaki mengangguk. "Gue kira, lo perduli sama gue karena lo suka sama gue."

"Gue perduli sama lo, gue sayang sama lo, tapi sebatas sahabat, gue harap lo nggak salah paham." jelasku.

Zaki tersenyum, tapi matanya terlihat rasa sedih dan kecewa. Aku tau ini menyakitkan, but i am sorry Zaki, i can't.

"Lo nggak marah kan sama gue?" tanyaku

Zaki menatapku sambil tersenyum, "Mana mungkin gue bisa marah sama orang yang gue sayang."

Aku sangat merasa bersalah pada Zaki, aku sudah menyakiti orang sebaik dia, "I'm sorry"

"Bohong! Gue tau alasan sebenarnya lo nolak kakak gue." kata Rossa tiba-tiba

Sekarang semua mata tertuju pada Rossa, Ya Allah, apa lagi ini?

"Karena dia si tukang tikung suka sama Daniel, ya, Daniel kakak kelas, Daniel pacarnya Vania. Haha, cups!" kata Rossa dengan senyuman jahatnya.

Aku menelan ludahku sendiri, "Rossa, lo ngomong apa sih!"

"Alah, udah deh lo nggak usah berlaga, lo itu cuma tukang tikung, lo suka kan sama Daniel?"

Tiba-tiba Petty menjambak rambut Rossa, "Lo jangan asal ngomong!"

Rossa kesakitan, dia pun membalas menjambak rambut Petty, "Kurang ajar lo!"

Dan disinilah terjadi aksi jambak-jambakan, ok, its not dope yo!

Aku menarik Petty dari belakang, "Pett, udah, Pett, lepas Pett."

"Biarin, Lan. Orang kayak gini emang harus dikasih pelajaran." katanya sambil tetap menjambak rambut Rossa.

"Eh, lo fikir gue takut sama lo, hah?" kata Rossa membalas jambakan Petty.
Aku frustasi, kenapa semuanya malah kayak begini? Ok, gue nggak tau lagi apa yang akan terjadi habis ini, sekarang semua udah tahu kalau gue suka Daniel.

Aku menarik Petty, "Pett, udah!" akhirnya Petty mau juga menurutiku. Aku menarik Petty untuk mengikutiku keluar dari kelas, namun Rossa menahan tanganku, "Lo udah nolak kakak gue, gue nggak suka itu, dan liat, hidup lo nggak akan tenang disini. Inget itu!" bisiknya tepat ditelingaku. Aku menghiraukannya, aku tetap menarik Petty keluar kelas.

SILENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang