27.

55 0 0
                                    

Olan P.O.V

Aku memasuki kamar dengan Petty, sumpah, aku masih sangat shock saat ini. Aku nggak nyangka banget, Vania berani ngelakuin ini sama aku, ini kan perbuatan yang udah nggak bisa di tolerir lagi.

Aku duduk di pinggiran kasur bersama Petty. Ya, aku sudah siap dibanjiri pertanyaan olehnya.

"Olan, lo kenapa bisa kayak gini? Kucel banget, itu pipi lo kenapa merah memar? Lo jatuh? Atau gimana? Terus lo kenapa bisa sama Kak Daniel? Kok bisa? Olan, cepetan ceritain sama gue!!!" kata Petty dengan tanpa jeda.

Aku menatap Petty malas. "Gimana gue mau cerita kalau lo nyerocos mulu!"

Petty nyengir kuda. Aku hanya menatap Petty dengan manyun.

"Jadi?" ujar Petty.

Aku mengerutkan dahi, "Kemana?" tanyaku

Petty menjitak kepalaku. Huh, nggak tahu apa orang lagi pusing. "Ih, Petty, gue lagi begini masih aja di jitak!" aku ngambek.

"Abisan lo sih lemot banget bikin gue kesel!" kata Petty.

"Emang gue salah apasih?" tanyaku sambil garuk-garuk kepala.

Petty menggeram, "Nggak Olan, lo nggak salah dan nggak akan pernah salah. Puassss?!"

Aku mengangguk.

"Jadiiiiiiiii lo kenapa bisa begini? Cepet ceritain!" perintah Petty.

"Jadi, pas pulang sekolah, gue kan lagi jalan, terus tiba-tiba ada yang nyekep gue dari belakang terus gue ditarik sampai ke gudang." jelasku.

Petty terbelalak. "Siapa yang ngelakuin itu sama lo?"

Aku berdehem, "Kasih tahu nggak ya..." aku meledek Petty.

"Siapa, Olan?!" Petty membentakku, terlihat sekali wajah khawatir diwajah Petty. Uh, so sweet nih sahabatku yang satu ini.

"Itu, Vania, sama empat orang pengikutnya." kataku.

"WHATS?!!!"

"Duh, Petty, biasa aja kali."

"Gimana gue mau biasa, liat tuh lo sampai kayak orang abis diapain aja. Kurang ajar banget. Lo diapain aja?" Petty mengeluarkan suara tingginya.

"Kalau lo marah-marah terus gue nggak mau cerita!" kataku

"Ceritain sama gue sekarang!" Petty menggoyah-goyahkan tubuhku.

"Dia ngejambak rambut gue, terus gue ditampar sampai gue kejedut tembuk dan akhirnya gue pinsan." jelas gue, ya Petty maksa banget minta diceritainnya.

"Damn! Sayko tuh orang. Nggak bisa dibiarin nih, Lan." kata Petty.

Aku menarik Petty untuk duduk disampingku, habisnya aku pusing ngelihat dia dari tadi berdiri marah-marah.

"Udah lah, Petty, nggak usah diperpanjang, kita nggak usah cari masalah sama dia, gue nggak ngapa-ngapain aja udah diginiin, gimana kalau kita cari masalah? Lo mau dibunuh sama dia?" tanya gue.

Petty memutar bola matanya, "Nggak sih."

"Nah, yaudah."

"Tapi, Olan, ini udah keterlaluan banget."

"Udah, lah, Pett!"

"Yaudah deh." ujar Petty, "Terus lo kenapa bisa sama Kak Daniel?" Petty lanjut bertanya.

Aku mengangkat bahuku, "Gue juga nggak tahu, pas gue bangun dari pinsan, gue udah ada di UKS dan disitu ada Kak Daniel."

"Ciye, berarti lo di bopong Kak Daniel sampe UKS? So sweet..." ledek Petty

"Biasa aja kali."

°°°

Daniel P.O.V

Gue baru aja keluar dari ruang BK. Udah tahu kan ngapain gue ke ruang BK? Jelas ngelaporin si Vania sayko lah ngapain lagi?
Pak Yusuf--Guru BK gue--bilang sih kasus ini bakalan di tindak lanjuti. Bagus deh, biar dia tahu rasa.

Tiba-tiba seseorang menggenggam pergelangan tangan gue, refleks gue noleh dan ternyata itu Vania. Astaga nih orang mau ngapain lagi sih.

Gue menepis kasar tangan orang itu.

"Daniel...maafin aku, Daniel." ujar Vania dengan melas. Gue cuma diam aja. Nih orang labil banget sih, nanti aku-kamu, nanti gue-elo, males gue ngeladeninnya. Geli sendiri. "Kamu tuh harus percaya sama aku, Olan itu cewek yang nggak baik buat kamu. Kamu lebih pantas sama aku."

Gue langsung terbelalak ketika mendengar Vania berbicara bahwa dia lebih baik dari Olan, ini orang emang beneran sayko, harus gue bawa ke RSJ.

"Lo lebih baik dari Olan? Setelah apa yang lo lakuin sama dia, lo masih bisa bilang lo itu baik? Sayko lo!" gentak gue.

"Tapi kan Daniel..."

"Tapi apa? HAH?"

"Tapi kan aku begini karena aku nggak mau kehilangan kamu." ujar Vania, sungguh ini membuatku ingin muntah di wajahnya.

"Lo tuh harusnya mikir! Udah gede kan? Kalau lo nggak mau kehilangan gue ya lo setia, lah ini? Nyelingkuhin gue mulu."

Vania memanyunkan bibirnya, "Maaf, aku khilaf."

Gue tertawa jijik, "Khilaf kok berkali-kali."

"Beneran yang, aku..."

"Gausah panggil gue yang lagi! Gue nggak sudi. Gue ingetin ya sama lo, jangan pernah lo gangguin orang yang gue sayang lagi!"

Vania terbelalak, "K-kamu sayang sama Olan?"

"Iya! Kenapa?"

"Aku?"

"Lo sama sekali nggak ada dihati gue." gue berjalan pergi, namun berhenti lagi dan menoleh ke arah Vania, Vania muka ngarep gitu, mungkin dia kira gue mau bilang sayang kali sama dia, ew ogah banget. "Gue cuma mau bilang, gue tadi udah lapor ke guru BK. Dan siap-siap aja lo pasti dipanggil."

Benar saja, Pak Yusuf keluar dari ruangannya dan melihat Vania. "Vania, kebetulan kamu ada disini, mari ikut saya ke ruangan." ajak Pak Yusuf.

Vania berjalan masuk ke ruang BK dengan wajah takutnya sambil memandangi gue, gue tatap dia balik, tapi kalau gue beda, gue pake senyum jahat. Rasain lo Vania!

SILENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang