17.

64 0 0
                                    

Aku duduk di bangku panjang taman sekolah sambil memainkan handphone.

Aku mencoba menelpon Zaki untuk menanyai kabarnya namun Zaki tak mengangkat teleponku. Atau Zaki marah ya denganku?

"Hei." sapa seseorang yang tiba-tiba datang, aku mengadahkan wajahku, ternyata itu Daniel.

Jantungku berdebar tanpa terkendali, duh, nggak normal nih ah.

"Gue boleh duduk disini?" tanya Daniel

Aku mengerutkan dahi, namun akhirnya aku mengangguk. Aku memainkan handphone untuk mengurangi kegugupanku.

"Lo ngapain disini malam-malam? Sendirian lagi.." tanya Daniel

Aku berdehem, "Lagi bosen aja dikamar."

"Lo Yolanda Shakira kan?"

Aku mengangguk. "Panggil aja Olan."

"Olan?"

Aku mengangguk.

"Lo Olan yang lagi di omongin anak-anak ya?"

Aku mengerutkan dahi, "Maksudnya, Kak?"

"Bukannya gue kepedean, tapi katanya lo suka sama gue yak?"

Damn!

Daniel udah tahu kalau aku suka sama dia? Parah, aku bisa mati berdiri disini.

"Mm," aku hanya berdehem.

"Nggak apa-apa gue nggak marah kok, malah gue mau minta maaf sama lo, pasti anak-anak banyak yang bilang lo PHO kan? Padahal lo nggak pernah deketin gue sama sekali." kata Daniel.

Aku hanya tersenyum tipis.

"Tapi gue mau nanya deh sama lo." kata Daniel

"Nanya apa Kak?" tanyaku gugup.

"Lo kan suka sama gue, tapi kok lo nggak pernah deketin gue?" tanya Daniel

Aku berdehem, "Harus banget gue jawab ya, Kak?"

"Harus."

"Ya, gue nggak mau ngerusak hubungan lo sama Vania lah Kak."

"Gitu ya?"

Aku mengangguk, "Lo kok nggak sama Kak Vania?"

Daniel menggeleng, "Gue udah putus sama dia."

Aku terbelalak. "Putus kenapa?" tanya aku, "Eh, maaf gue kepo Kak."

"Iya, nggak apa-apa. Gue putus sama dia karena dia selingkuh." kata Daniel

"Dia selingkuhin lo lagi?"

"Lo tahu?"

Mati! Stupid, asal bicara aja sih, aku kan jadi ketahuan.

"Sorry Kak, gue nggak sengaja denger pembicaraan lo waktu itu."

Daniel membulatkan mulutnya lalu mengangguk.

"Yaudah, Kak, gue balik ke asrama duluan yak." pamitku.

"Kok buru-buru sih?"

"Iya, Kak, udah malam, sampai ketemu lagi." kataku lalu pergi.

°°°

Aku masuk ke dalam kamar sambil membuang nafas.

"Akhirnya gue bisa nafas juga."

Petty yang sedang dengerin lagu langsung mematikan lagunya.

"Kenapa lo?" tanya Petty.

"Gue habis kehabisan oksigen!"

Petty mengerutkan dahi, "Maksud lo?"

Aku duduk disamping Petty, "Lo tau nggak, kan tadi gue duduk ditaman sendirian, eh, tiba-tiba Daniel datang terus dia duduk disamping gue, terus kita ngobrol deh, rasanya tuh seneng banget, tapi risih juga."

"Ciye...risih kenapa?"

"Gue takut aja kalau Kak Vania and her followers marah sama gue," kata gue.

Petty tertawa kecil, "Lo sekarang kayak punya hatters gitu yaaa, hahaha."

Aku manyun, "Iya, gue juga bingung, padahal, gue tuh nggak tahu salah gue apa, padahal, mereka tuh cuma salah faham aja sama gue." curhatku, "Apa salah dan dosa hambamu ini Ya Allah, tolong baim.." aku mulai dramatis.

"Mulai..." kata Petty dengan malas.

Aku tertawa ngakak, ya, beberapa detik, lalu diam.

"Eh, eh, Pett, lo tau nggak?"

"Ya nggak tahu lah, orang lo belum ngasih tahu gue."

Benar juga ya Petty, xixi.

Petty gemas lalu ia menjitak kepalaku. Dimana-mana ya kalau gemas itu cubit pipi kek, ini malah jitak kepala, di fikir nggak sakit apa ya? Kalau setiap Petty jitak aku dapat seribu aja, pasti aku bakalan kaya. Habisnya, sudah sering banget Petty jitak kepalaku. Demen banget kayaknya, iya sih, aku emang imut gimana gitu, jadi ya, maklum deh kalau orang gemas, untungnya aku bukan artis, kalau artis pasti aku banyak fans. Hehe kepedean dikit nggak apa ya, eh, itu kepedeannya dikit atau kebanyakan ya? Ah sudahlah.

"Hehe, gue lupa."

"Dodol!" kata Petty, lagi-lagi sambil menjitak kepalaku, tentu saja aku mengaduh kesakitan sambil manyun, selow aja, walaupun aku manyun aku tetap cantik kok, aku cuma ngerasa jelek kalau dibandingin sama Vania dan ketemu sama Daniel, disitu kadang saya merasa jelek. Wkwk.

"Lo nggak tahu kan?" tanyaku

"Kan gue udah bilang! Gue nggak tahu, budeg."

Aku mengangguk-angguk polos, "Oh, yaudah deh kalau lo nggak tahu."

Petty berdecak sebal, "Olaaaaaaaaan!"

Aku langsung menutup kedua telingaku karena Petty berteriak sangat keras, mungkin empat oktaf, "Duh, apa sih, Petty? Gue ini kan lagi disamping lo, bukan diujung monas, lo nggak usah teriak gitu dong, kalau gue budeg lo mau tukeran kuping sama gue?"

"Ya emang lo udah budeg! Lagian, lo tuh oon banget sih, capek gue ngomong sama lo."

"Emang salah gue apa sih?"

"Ya, kan lo tanya gue tahu apa nggak, ya gue jawab nggak, harusnya lo ceritain dong, kok malah jawab oh."

"Oh, jadi lo kepo?"

Petty memasang wajah kesalnya, sepertinya dia sudah siap menyantapku mentah-mentah.

"Yaudah ceritain aja sih, lama banget!"

Aku berdehem, lalu memutar bola mataku, sok mikir.

"Ih, lo mikirin apaan sih, cepet ceritain!"

"Hm, nanti aja deh gue ceritainnya besok pagi, sekarang gue udah ngantuk berat, night Petty, my darling." kataku lalu tidur di ranjangku dan menutupi seluruh tubuhku dengan selimut.

"Olaaaaan! Ih ngeselin bangetttt!"

Petty terus menarik-narik selimutku, namun aku mengabaikannya, hm, aku sudah terlelap dalam mimpi indahku.

SILENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang