Daniel P.O.V
Duh, kok gue jadi kefikiran sama adik kelas itu ya? Masa gue suka sih sama dia? Kan gue baru aja putus sama si brengsek Vania. Iya sih, gue emang udah ilang feeling sama si Vania, tapi masa gue bisa suka sama orang secepet ini. Abisnya tuh cewek beda sih, biasanya kan setiap cewek yang suka sama gue dan iseng-iseng gue bercandain langsung tingkahnya sok imut sok cantik gitu, tapi kalau si Olan beda banget, dia malah cuek dan nggak pernah cari-cari perhatian sama gue. Bahkan, Vania aja dulu cari perhatian sama gue. Olan emang beda.
"Halo, yang." sapa seseorang, dari suaranya sih gue kenal, wah si cewek menjijikan nih.
Gue noleh kearah dia, benar aja itu dia, "Ngapain sih lo disini?"
"Kok kamu gitu sih sama aku, aku kan pacar kamu, kamu udah nggak ada kabar, terus malah ngusir-ngusir aku." katanya sok sedih, jir air mata buaya betina.
Gue memutar bola mata malas, "Vania, lo sama gue itu udah putus!"
"Oh soal putus yang waktu itu, waktu itu kamu pasti cuma lagi emosi aja kan, kali ini, aku deh yang ngajak balik, kita balikan ya sayang?"
Ew! Ini cewek nggak tahu malu sama sekali sumpah, ish, bikin gue jijik. "Gue nggak mau."
Vania terbelalak, ya wajar, ini kali pertamanya dia mohon balikan, dan ini kali pertamanya dia gue tolak.
"Kamu nolak aku?" dia memasang puppy face-nya, ah, malah lebih mirip poop tahu nggak.
"Iya gue nolak lo, kenapa emang?"
"Kok kamu jadi kasar sih sama aku?"
Gue berdecak malas, "Apaan sih, udah deh mending lo pergi aja, gue malas ngurusin lo, mendingan lo urusin pacar lo aja noh si Gito."
"Nggak, pacar aku kamu."
"Udah bukan, Vania! Yaudah kalau lo nggak mau pergi, gue yang pergi."
Gue langsung ninggalin Vania gitu aja, yash, dari pada gue muntah di depan muka dia.
Nggak tahu kenapa gue lagi kefikiran sama Olan. Lho? Kok Olan sih.
Gue akhirnya berjalan menuju lobby sekolah, dan gue ngeliat orang yang lagi gue fikirin, sama temannya, tapi gue kenal sama temannya, adik kelas gue waktu SMP, si Petty. Gue pun menghampiri Olan dan Petty.
"Morning, baru pada datang ya?"
Olan dan Petty sama-sama natap gue aneh gitu. Garing ya sapaan gue?
"Hai, Petty!" sapa gue
"Hai, Kak." balas Petty.
"Hai, Olan!" sapa gue sambil ngeluarin senyuman andalan gue.
"Hai, Kak." balas Olan.
"Udah pada sarapan belum?" tanya gue
"Gue sih udah, tapi, si Olan belum Kak. Tadi dia minta anterin gue buat nemenin dia sarapan tapi gue belum ngerjain PR, gimana kalau lo aja yang nemenin, Kak?"
Si Olan langsung natap Petty dengan sinis, gue tahu banget nih pasti modus si Petty biar bikin gue berdua sama si Olan.
"Boleh." jawab gue
"Yaudah gue duluan ya, bye!" Petty meninggalkan gue sama Olan, Olan sepertinya nggak rela ditinggal berdua sama gue.
"Yuk?" ajak gue "Gue traktir nih,"
Olan cuma diam aja sambil mainin tasnya. Gue pun langsung narik tangannya, abisan lama, kebanyakan mikir.
Setelah sampai kantin, gue narikin satu kursi buat duduk si Olan, Olan pun duduk dengan ragu-ragu. Mukanya semacam harap-harap cemas gitu.
"Mau makan apa?" tanya gue
Olan berdehem, "Terserah lo aja lah."
Ck, terserah, kan gue nggak tahu kalau lo suka apa, ya, tapi karena semalam gue liat dia makan burger sama milkshake coklat jadi gue beliin itu deh.
"Kenapa sih tegang amat?" tanya gue
"Takut ada Kak Vania."
"Dih, ngapain takut sama dia, emangnya dia siapa?"
Olan hanya diam, orang ini benar-benar nggak ngarepin gue apa yak? Katanya dia suka sama gue, tapi kok gue deketin nggak ada respon seneng sama sekali sih. Lah, kok gue kesel ya dia nggak seneng? Nggak masalah juga harusnya.
Olan P.O.V
SMS masuk dari Petty.
From: Petty
Ciye yang sarapan bareng doi, have fun ya.
Ck, Petty ngapain sih pakai biarin aku sarapan bareng Daniel. Ah, masalah.
"Oh, jadi bener kan, cewek ini alasannya!" ujar seseorang yang datang. Aku menoleh, dan itu Vania. Benar kan bahaya.
Vania mendorongku agak pelan, sampai kursi yang kududuki terdorong sedikit kebelakang, "Lo tuh emang PHO ya!"
Daniel menarik Vania kasar, menjauhkannya dariku. "Lo apaan sih, dia bukan PHO. Asal lo tahu ya, gue kenal sama Olan itu sehabis putus dari lo."
"Ya, tetep aja, gara-gara lo kenal dia, lo jadi nggak mau balik sama gue!"
Daniel mengerutkan dahinya, "Eh, gue tuh nggak mau balik sama lo bukan karena gue kenal Olan, tapi karena gue sadar, gue bukan cowok bego lagi, udah cukup selama ini lo bodoh-bodohin gue, tapi sekarang, sorry, gue udah nggak ada lagi perasaan apa-apa sama lo."
Vania menahan tangisnya, aku hanya bisa menyaksikan kejadian ini, aku nggak mau kasih komen apapun.
Daniel berpindah posisi menjadi disampingku, ia menggenggam lengan kananku, "Vania, inget satu lagi, jangan pernah ganggu Olan, kalau lo berani macem-macem, lo bakalan berhadapan sama gue, intinya sekarang kita masing-masing aja, lo nggak usah lagi urus urusan gue!"
Daniel menarikku pergi dari kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
SILENT
RandomLangsung baca aja biar penasaran;) dont forget to add to your library, and leave me vote and vomment!