28.

48 0 0
                                    

Olan P.O.V

Malam harinya.

"Lan, lo baik-baik aja kan?" tanya Petty.

Aku mengangguk mantap, "Iya nggak apa-apa kok, cuma pusing dikit aja."

"Lo bisa nggak kalau temenin gue ke kantin?" tanya Petty

"Emang si Doni kemana?"

"Doni? Gue udah putus sama dia."

Aku mengerutkan dahi, Petty putus sama Doni? Sejak kapan? Kenapa aku nggak tahu, pantas aja dari tadi dia nggak kemana-mana, biasanya kan udah keluyuran aja tuh sama Doni.

"Kapan? Kok gue nggak tahu?"

Petty berdehem, "Tadi pagi."

"Kenapa?"

"Ya lo tau lah alasan gue, gue bosen aja sama dia, jadi gue putusin." Katanya dengan santai.

Ya ampun, ternyata penyakitnya si Petty belum sembuh, masih aja mainin cowok. Gue kira dia udah sembuh, karena sama Doni lumayan lama dia, biasanya nggak sampai seminggu dia udah bosen.

"Parah lo, Pett, masih aja kayak gitu."

"Ya gimana dong, emang gue bosen."

Aku menarik nafas dan menghembuskannya malas.

"Tapi biasanya kalau lo bosen itu pasti ada yang baru. Ya kan?" tanyaku seperti mengintimidasi Petty.

Petty nyengir kuda, "Lo tahu aja."

"Hm dasar, siapa nih yang baru?"

"Nanti deh gue ceritain di kantin, ayo ke kantin dulu, lapar nih."

"Ayo deh, gue juga lapar."

°°°

At canteen.

Aku dan Petty duduk disalah satu meja kantin, di kursinya ya bukan di mejanya. Ya, di meja sudah ada makanan dan minuman pesanan kami.

"Jadi, siapa gebetan baru lo?" tanya aku sambil memakan makananku.

"Itu loh, anak kelas bawah, mantannya si Vera."

"Si Gilang?"

Petty mengangguk. "Gimana menurut lo?"

"Gimana apanya?"

"Cakep nggak?"

"Hm,manis sih."

"Gantengan mana sama Doni?"

"Gilang dikit."

"Yes! Bagus deh jadi gue nggak nyesel mutusin Doni demi Gilang."

Aku berdehem malas.

"Tapi, kapan ya Gilang nembak gue?" tanya Petty

"Yeee, mana gue tahu."

Tiba-tiba seseorang bergabung dengan kami.

"Hai" sapanya, kami berdua otomatis menoleh, ternyata itu Kak Daniel. "Boleh gabung?" tanyanya.

"Boleh atuh sama Olan mah..." ledek Petty.

Aku mengerutkan dahi, "Apa sih lo, Pett."

Kak Daniel duduk di hadapanku, ia telah membawa satu cup coffee. Ia sesekali menyeruputnya.

"Lo udah nggak apa-apa Olan?" tanya Kak Daniel.

"Nggak apa-apa kok, Kak."

"Tadi katanya Olan pusing..." ledek Petty.

Aku menginjak kakinya, ia mengaduh.

"Kenapa?"

"Nggak Kak, si Petty kadang emang suka nggak jelas. Biarin aja."

Petty manyun. Aku melanjutkan makanku.

"Lan, gue boleh minta nomor lo nggak?" tanya Daniel.

Aih, Daniel minta nomor aku? Dududuh, kenapa jadi deg-degan gini. Hm, kayak mimpi nih lama-lama kehidupan aku. Aku nggak pernah ngehayal deket sama Daniel, orang yang selama ini aku suka.

Si Petty berdehem nakal, rese nih anak.

"Boleh nggak?" tanya Daniel. Lagi.

"I-iya boleh Kak."

Daniel menyerahkan handphonenya kepadaku.

"Buat gue nih?" kataku sambil mengambil handphone-nya.

"Bukan, ketik nomor lo disitu."

Si Petty tertawa terbahak-bahak.

Aku menyumpel mulutnya menggunakan kerupuk, "Berisik ege."

Kak Daniel hanya terheran-heran memperhatikan tingkahku dengan Petty.

Aku mulai mengetikkan nomorku, baru dua digit yang aku ketik, 0 dan 8. Duh, lanjutannya apa ya? Kok tiba-tiba lupa. Wah, blank nih gara-gara nervous.

Aku mengembalikan handphone Daniel.

"Kok nomor lo cuma dua angka? 08?" heran Daniel setelah melihat layar handphone-nya.

Aku nyengir kuda, "Gue lupa lanjutannya."

Petty tertawa lagi, "Gara-gara gemeteran tuh pasti, jadi nge blank hahahaha"

Aku manyun, Petty rese, udah tahu emang begitu, pakai di bilangin lagi.

"Lo check atuh di handphone lo."

Oiyaya, kenapa aku nggak kefikiran.

Aku menepuk jidatku, "Oiyaya." aku meraih handphone-ku, mulai mencari nomorku di kontak.

"Nih, gue sebutin ya?" tawarku setelah berhasil menemukan nomorku.

Daniel mengangguk dan siap mengetikan nomor di handphone-nya.

"08566664444" ujarku.

"Etdah, nomor segitu gampangnya aja lupa." ujar Daniel, "Emang segitu nervous nya ya kalau ketemu gue?" goda Daniel.

Aku manyun, aku sadar pipiku memerah sekarang.

"Ih, pipinya merah, lucu deh pengen gue cubit."

Anjir, kakak kelas yang satu ini bikin aku baper mulu. Aku kan jadi malu. Ah, mau pura-pura nggak suka dia udah tahu kalau aku suka, serba salah. lama-lama duet juga nih sama Raisa.

"Mau dinamain apa?" tanya Daniel.

"Olan lah, nama gue Olan."

"Ok." Daniel mengetikkan namaku dihandphone-nya. "Ah pake emot love ah..." katanya menggodaku.

Daniel stupid! Malu-maluin aja ih. Bener nggak ya namaku ada love nya di handphond dia? Kalau bener sih aku seneng banget.

Aku menyeruput minumanku, haus sekali ditambah tegang.

"Nggak usah tegang gitu kali, sampai haus banget kayaknya." ledek Daniel.

Aku berdecak, "Etdah gue ngapain aja salah, orang gue haus. Kepedean lo ah."

"Nggak apa-apa lah, jadi orang mah harus pede."

Aku manyun.

"Ini, nanti gue boleh telpon atau SMS lo kan?" tanya Daniel.

"Nggak!" kataku

"Yakin nggak mau ditelpon orang yang lo suka?" ledek Daniel lagi.

"Ih, BT ah." aku bangun dari duduk.

Daniel menggenggam pergelangan tanganku, sumpah disini awkward moment banget.

"Ih, apa sih, Kak." aku menepis tangannya pelan setelah sadar beberapa detik bertatapan dengannya.

"Ayo Pett, balik."

Aku berjalan meninggalkan kantin, tau deh Petty ngikutin atau nggak di belakang, aku malu kalau harus menoleh ke belakang, soalnya muka aku pasti merah banget sekarang. Aaaa maluuuu.

SILENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang