8.

43 0 0
                                    

Hm, untunglah hari ini libur, aku sungguh lelah, apalagi otakku, kasihan harus di paksa berfikir setiap hari, untunglah ini hari sabtu, waktunya libur untuk yang tidak ada kegiatan ekskul seperti aku, ya bisa dibilang aku tidak aktif disekolah. Habis gimana, aku takut kelelahan jika harus ikut ekskul juga, dan besok minggu, libur lagi, yash. Jadi aku punya dua hari libur dalam satu minggu.

Sejak aku bangun tidur tadi, aku sudah tidak melihat Petty, kemana ya dia, hm. Aku segera mengecek handphone-ku, Petty pasti mengirim pesan padaku.

Benar saja ada dua SMS masuk. Yang pertama ku buka adalah SMS dari Petty.

From: Petty

Morning darling, gue lagi keluar jalan sama Doni, lo jangan ngebo terus.

Ck, sudah ku tebak. Pasti dia pergi bersam Doni. Susah ya emang jika remaja sedang di mabuk asrama, eh asmara maksudku, padahal ini baru jam tujuh pagi, tapi sudah ngacir aja, dasar.

Aku pun mengirim balasan kepada Petty,

To: Petty

Ok, have fun.

Send.

Aku beralih ke pesan selanjutnya, dari Zaki ternyata, tumben SMS pagi-pagi begini.

From: Zaki

Good morning, Olan:)

Ucapan selamat pagi? Nggak seperti biasanya, Zaki nggak pernah ngucapin-ngucapin begitu, kok aneh ya, kemarin dia nanyain aku makan, sekarang dia ngucapin selamat pagi.

"Itu berarti dia care sama lo."

Tiba-tiba saja suara Petty semalam terngiang-ngiang dalam benakku, care? Zaki care sama aku? Tapi, apa iya, tapi nggak salah juga sih kalau dia care sama aku, dia kan sahabat aku, wajar aja dong. Aku menganggap Zaki sama seperti Petty, sahabatku.

Ah, nanti saja deh aku balas pesan dari Zaki, sekarang aku putuskan untuk mandi, karena lebih baik aku jalan-jalan keluar kamar, bosan juga kalau liburan hanya di kamar saja.

°°°

Aku berjalan menyusuri taman sekolah, sesekali aku menghirup udara segar dan menghembuskannya lagi, segar rasanya. Aku suka pagi, udara pagi sangat membuat badan terasa fresh.

Setelah aku berjalan beberapa lama, aku terhenti, aku melihat seorang pria memberikan setangkai bunga mawar merah kepada gadisnya, ternyata itu adalah Daniel yang memberikan bunga kepada Vania, hm, mereka memang pasangan yang cocok, so sweet. Daniel tampan, Vania cantik, sudah cocok banget deh, bagaimana jadinya jika Daniel di dampingkan dengan aku yang tidak apa-apanya ini dibandingkan dengan Vania. Bisa-bisa aku di judge orang-orang, wkwk. Ah,lagian aku ngapain ngebayang begitu, itu nggak akan mungkin, mana mungkin aku jadi pendampingnya Daniel, aku kenal sama Daniel aja nggak, aku kan hanya mengagumi Daniel dari jauh, haha.

Hm, dari pada aku melihat pemandangan yang membuatku sesak nafas, lebih baik aku pergi saja.

Aku mulai melangkah lagi, memandangi pohon-pohon yang masih segar dibasahi embun pagi, burung-burung mungil yang bertebrangan yang aku pun tak tahu dari mana asalnya, setahu ku di sekolahku tidak ada sarang burungnya haha.

Langkahku terhenti ketika melihat seseorang yang sedang tergeletak kurang lebih satu meter didepanku, sepertinya dia sedang kesakitan, aku menyipitkan mataku untuk melihat siapa dia. Zaki. Ya, itu Zaki. Aku langsung menghampiri Zaki, terlihat dia sedang kesakitan, ia memegangi kakinya yang berdarah, oh my god, apa yang terjadi pada Zaki?

"Zaki.." panggilku dengan pelan, ya ikut miris melihat Zaki.

Zaki menoleh kearahku, "Olan, hei, a-aw." dia meringis kesakitan.

Aku membungkukan tubuhku agar menyamakan posisiku dengan Zaki, "Lo kenapa, Ki?"

"Ini tadi gue kesandung, terus kena batu, jadi lutut gue berdarah."

Aku meringis, "Duh, yaampun, yaudah yuk gue obatin ke UKS. Lo bisa jalan nggak?"

"Bisa-bisa." Zaki berdiri dan mulai berjalan, namun ia sedikit pincang, mungkin sakit.

Akhirnya aku menggandeng Zaki, aku menaruh tangan kanannya di bahu kananku, aku merangkul pinggangnya, ia menatapku, tatapannya beda, aku mencoba biasa saja. Aku dan Zaki pun berjalan menuju UKS.

°°°

Aku menyuruh Zaki untuk duduk diatas ranjang putih, biasa ranjang UKS. Aku membuka laci UKS untuk mencari obat.

Aku mengambil kapas dan menuangkan alkohol beberapa titik pada kapas, "Tahan ya, Ki." aku membersihkan luka Zaki dengan kapas tadi.

"Aw." Zaki meringis

"Duh, maaf ya, sakit ya Ki? Yaudah gue pelanin deh."

Setelah selesai membersihkan lukanya, aku menuangkan obat merah pada kapas yang baru, dan melakukan hal yang sama pada luka Zaki. Aku melirik Zaki sebentar, dia sedang memperhatikanku, ck, itu membuatku risih, aku tidak suka ditatap seperti itu.

Aku memasangkan kassa dan aku rekatkan dengan plaster. "Udah selesai." kataku.

Tapi tidak ada jawaban dari Zaki, ia tetap menatapiku sambil senyum-senyum, aku mengerutkan dahiku, "Zaki.." aku melambai-lambaikan tanganku diwajah Zaki.

"I-iya" sahut Zaki akhirnya dia sadar juga.

"Udah selesai." kataku sambil tersenyum

"Oh," Zaki mengangguk "Makasih ya, Olan." dia tersenyum, akupun membalas senyumannya.

"Lan, semalam kenapa telepon gue dimatiin?"

Oiya, aku lupa, semalam aku matiin telepon gitu aja tanpa bilang apa-apa sama dia, "Sorry, Ki. Semalam Petty ngeledekin terus."

Zaki mengangguk mengerti, "Kenapa dia ngeledekin?"

Aku mengangkat bahu, "Dia emang nggak jelas."

Zaki tertawa kecil, aku hanya tersenyum saja. Yash! Lagi-lagi Zaki menatapku dengan tatapan anehnya, please Zaki jangan natap gue begitu, batinku.

SILENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang