11.

35 0 0
                                    

Senin pagi.
Aku baru saja memasuki gedung sekolah, Petty sudah berangkat duluan karena dia harus piket. Saat aku masuk ke dalam gedung sekolah, aku berpapasan dengan Zaki.

"Pagi, Olan." sapa Zaki duluan

Aku tersenyum, "Pagi, Ki." balasku, "Oiya, gimana kaki lo udah sembuh?" tanyaku

"Udah kok, waktu gue jalan sama lo udah nggak apa-apa kan." kata Zaki

"Oiya, gue lupa." kataku sambil nyengir kuda.

"Dasar!" kata Zaki sambil cekikikan, "Lo mau ke kelas kan?"

Aku mengangguk.

"Yaudah, bareng yuk?"

"Iya." kataku, akupun jalan mengikuti Zaki.

Aku dan Zaki memasuki kelas bersama, terlihat Petty yang sedang duduk di kursinya.

"Cailah, berangkatnya bareng nih.." ledek Petty.

Akupun duduk di kursi yang berada disampin Petty, "Apaan sih lo, gue sama Zaki nggak sengaja ketemu di depan tadi. Ya kan, Ki?" kataku sambil meminta dukungan Zaki.

Zaki mengangguk, "Iya, tadi nggak sengaja ketemu didepan."

Petty berdehem sambil tersenyum jahil. "Jangan-jangan..."

"Jangan-jangan apa?" tanya Zaki

"Jangan-jangan jodoh!" kata Petty sambil tertawa terbahak-bahak.

Zaki tersenyum malu-malu, sedangkan aku menatap Petty sinis. Lalu, aku menginjak kaki Petty.

"Aw." ringis Petty sambil memegangi kakinya

"Kenapa lo, Pett?" tanya Zaki

"Nih, Olan.."

"Biasa, Ki. Dia kadang-kadang suka gangguan jiwa, udah lo duduk aja, anak ini mah nggak usah diurusin!" kataku memotong ucapan Petty, Petty hanya manyun saja mendengarnya, dan Zaki beranjak duduk di kursinya yang terletak di belakangku.

°°°

Bell istirahat berbunyi. Aku dan Petty memutuskan untuk tidak ke kantin, ya setelah mendapatkan info dari teman satu kelas kami bahwa kantin sedang sangat ramai, jadi kami berdua malas untuk ke kantin, Petty pun menolak tadi diajak Doni makan, ia lebih memilih menemaniku, uuu tayang.

Akhirnya kami berdua memutuskan untuk duduk bersama di kursi yang berada di samping lapangan basket. Ya, kebetulan ada Daniel team sedang main basket. Tanpa makan pun, aku sudah kenyang disini. Wkwk. Aku hanya bercanda saja.

"Keren ya Daniel mainnya." kata Petty

Aku mengangguk setuju.

"Pantesan aja lo suka." ujar Petty

"Mm, tapi kan, gue suka dia bukan karena dia pinter main basket, malah awalnya gue nggak tahu kalau dia anak basket, tapi pas gue tau dia anak basket, gue jadi makin kagum sama dia." kataku

"Gue dukung deh kalau lo sama dia." ujar Petty penuh semangat.

"Apaan sih, Pett. Dia itu udah milik Kak Vania, gue nggak mau ah ngarep-ngarep."

Prok-prok-prok! Tiba-tiba ada seseorang yang tepuk tangan dibelakang kami, aku dan Petty menoleh ke asal suara, ternyata itu adalah Rossa. Dia tersenyum licik. Oh my God, jangan-jangan dia denger pembicaraan aku dan Petty. Gawat!

Aku dan Petty berdiri menghadap dia.

"Good." kata dia sambil terus bertepuk tangan.

Aku dan Petty hanya bertatapan tak mengerti.

"Seorang Yolanda Shakira naksir sama Daniel yang statusnya adalah pacar Vania." katanya sambil tersenyum licik.

Aku hanya menelan ludah saja, begitupun dengan Petty.

"Suka sama pacar orang? Oh my God, jangan-jangan habis ini lo beralih profesi dari cups jadi tukang tikung?" ujar Rossa sambil tertawa puas.

Aku menyiniskan mataku, "Lo jangan asal ngomong ya Rossa."

"Ups, salah ngomong? Gue rasa itu fakta!"

"Rossa, lo tuh kenapa sih, cari masalah terus sama kita?" tanya Petty, dia juga pasti kesal.

"Lo mau tau kenapa?"

Aku dan Petty hanya diam menunggu jawaban Rossa selanjutnya.

"Karena lo berdua itu cups, dan gue benci cups, kalian itu sok cantik, padahal masih cantikan gue, kalian itu sok pinter padahal masih pinteran gue, kalian itu selalu bikin gue kesel, sok paling hebat. You know that?" jelasnya, tidak masuk akal, yang dia omongkan tidak ada yang masuk akal, aku dan Petty tidak pernah mengganggunya.

"What the hell!" Petty bergidik

"Lo tuh sayko ya, Rossa?" kataku menatap Rossa prihatin.

Rossa memutar bola matanya, "Whatever, terserah kalian mau ngira gue sayko atau apa, yang pasti, gue benci sama kalian, dan lo berdua bakal tahu gimana gue kalau benci sama orang!"

Wait what? Apa yang bakal dia lakuin abis ini? Aku tahu Rossa bukanlah orang yang diam, dia pasti akan melakukan tindakan jika dia tidak suka dengan orang. Dan, tadi dia mendengar pembicaraanku dengan Petty. Apakah dia akan membongkarnya? Wait, whaaaaaat! No, ini bencana bagiku.

"Apa yang bakal lo lakuin?" tanyaku

Rossa menatapku licik, "Lo liat aja nanti, gue bakal kasih lo surprise nyonya tukang tikung."

"Rossa, gue nggak pernah nikung siapapun ya, lo jangan asal ngomong."

"Iya, Rossa, lo jangan asal ngomong, Olan emang suka sama pacar orang, tapi dia nggak ada niatan sedikitpun untuk ngerusak hubungan Daniel dan Vania. Inget itu!" bela Petty

Rossa tersenyum licik, "Whatever, okay? I don't care your reason. Bye!" katanya lalu pergi meninggalkan aku dan Petty.

"Duh, Pett, gimana ya, bencana banget!"

Petty merangkulku, menenangkanku, "Udah, lo tenang aja, ada gue kalau dia ngapa-ngapain lo."

Aku tersenyum dan memeluk Petty, "Thanks, babe."

"You're welcome, darling. You're my best friend, i'll be there for you, okay?" kata Petty, dia memang sahabat terbaikku.

Aku mengangguk sambil tetap memeluknya.

SILENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang