16.

124 0 0
                                    

Olan P.O.V

Aku baru saja keluar dari toilet sekolah, tiba-tiba saja dihadapanku telah ada segerombolan orang-orang yang menatapku dengan tatapan mematikan.

"Elo yang namanya Olan?" kata seseorang diantara kumpulan orang tersebut.

Aku mengangguk ragu.

"Jadi elo yang suka sama Daniel?"

"Ternyata cuma cups, guys."

Mereka tertawa puas, ternyata mereka shippers Daniel dan Vania. Oh God, help me.

"Eh gue bilangin ya sama lo, jangan ganggu hubungan Daniel sama Vania."

"Iya, lo tuh nggak jauh lebih baik dibanding Vania."

"Iya, lo ngaca dong makanya."

"Tau, lo nggak punya kaca ya?"

"Dasar cups!"

"Tukang tikung!"

"Pengganggu!"

Telingaku memanas mendengar perkataan-perkataan yang benar-benar menyakitkan. "STOP!!!" Teriakku.

Mereka semua diam.

"Kalian itu nggak tahu apa-apa! Ya, gue akuin, gue emang suka sama Daniel, tapi, asal kalian tahu, nggak ada niatan sedikitpun buat gue ngerebut Daniel dari Vania." kata gue.

"Bohong, hu, tukang tipu!" teriak mereka.

"Terserah! Terserah kalian mau bilang gue tukang tipu kek, apa kek, yang pasti gue nggak seperti apa yang kalian kira, emangnya kalian nggak pernah suka sama orang hah? Gue tuh suka sama Daniel bukan atas dasar kemauan gue, perasaan ini datang sendiri, dan gue nggak bisa nolak ini. Tapi, gue nggak pernah ada niatan buat ngerusak hubungan Daniel dan Vania. Gue juga sadar diri, gue nggak lebih baik dari Vania. Kalaupun gue mau rusak hubungan mereka, gue mungkin sekarang udah ngedeketin Daniel, tapi apa sekarang? Daniel sama sekali nggak kenal sama gue." ujarku meluapkan semua perasaanku.

Mereka semua diam, meresapi kata-kataku, mungkin mereka mengerti apa yang aku maksud.

"Dan kalian bilang apa? Kalian bilang, gue pengganggu? Yang ada kalian yang pengganggu, gue nggak pernah bikin masalah sama kalian, tapi tiba-tiba aja kalian nyerang gue, kalian ganggu kehidupan gue."

Mereka masih saja tetap diam.

"Yang perlu kalian tahu, gue selama ini nggak pernah kenalin diri gue sama Daniel, dan Daniel juga nggak kenal gue. Tapi, kalau nanti Daniel kenal sama gue, kalian nggak bisa salahin gue, karena kalian yang udah nyebut-nyebut nama gue didepan Daniel dan Vania." kata gue, lalu pergi.

°°°

Gue masuk kelas lalu duduk disamping Petty,

"Lo habis dari mana aja sih, Lan? Ke toilet aja lama banget." kata Petty

"Sorry, tadi ada masalah dikit."

"Masalah apa?"

Aku berdehem, "Ituloh, gue diserang shippers Daniel dan Vania."

"Hah? Serius lo?" Petty terbelalak. "Yaah, nyesel deh gue nggak nganter lo tadi."

"Tenang aja, Pett. Gue nggak apa-apa kok, semua aman terkendali." kataku sambil nyengir kuda.

"Bener lo nggak di apa-apain sama mereka?"

Aku mengangguk, "Lo liat kan gue baik-baik aja?"

"Iyasih,"

Aku menoleh ke belakang, kursi Zaki kosong, Zaki belum datang? Tumben, biasanya dia datang pagi.

"Zaki belum datang, Pett?"

Petty menaikkan alisnya, "Gue sih belum liat dia dari tadi."

"Apa dia nggak masuk ya?"

Petty mengangkat bahu, "Emangnya lo nggak kontekan sama dia?"

"Biasanya sih dia hubungin gue, tapi kemarin, nggak." kataku, "Apa karena kejadian gue tolak dia ya? Dia marah,terus nggak mau kontekan sama gue lagi?"

"Maybe." jawab Petty.

°°°

Hm, seperti biasa, jam istirahat, aku sendiri lagi, ya, Petty sama Doni lagi, sebenarnya aku lapar, tapi, masa aku ke kantin sendirian? Mana Zaki nggak masuk lagi, lagian kalau Zaki masuk juga belum tentu dia mau nemenin aku. Hm, tapi yaudah lah, nggak apa-apa aku ke kantin sendiri saja.

Ketika aku sedang berjalan melewati lapangan basket, tiba-tiba saja.

DUG! Bola basket berhasil mendarat dikepalaku. Kepalaku langsung terasa pusing, pusing, pusing, dan akhirnya aku terjatuh tidak sadarkan diri.

°°°

Aku membuka mataku perlahan, aku merasakan sakit pada kepalaku, aku memegangi kepalaku, aw, sakit. Hm, iya aku baru ingat, tadi kepalaku kan habis terkena bola basket, pantas saja sangat sakit.

"Lo udah sadar?" kata seseorang.

Aku menoleh kesamping kiriku, Daniel? Ini beneran Daniel? Bagaimana bisa? Ah sepertinya tidak mungkin. Mungkin karena kepalaku sedang sakit aku menjadi berhalusinasi. Aku mengedipkan mataku berkali-kali untuk memastikan itu Daniel atau bukan. Damn! Ini benar-benar Daniel, bukan halusinasi.

"Lo nggak apa-apa dek?" tanya Daniel

Aku hanya menggeleng.

"Tunggu, kayaknya gue pernah liat lo." kata Daniel sambil berfikir.

Damn! Jangan-jangan, dia ingat waktu aku memandanginya dan aku lari begitu saja saat tertangkap basah memandanginya.

"Oiya, lo yang semalam gue tabrak ya?"

Ha?

Oiya, aku sampai lupa.

Semalam kan, aku dengan dia bertabrakan. Hm, syukurlah dia tidak ingat saat aku memandanginya.

"Iya Kak," kataku sambil tertawa kecil

"Duh, sorry ya, gue jadi bikin dua kali kesalahan deh sama lo." kata Daniel.

"Nggak apa-apa kok Kak." kataku sambil tersenyum tipis.

"Nama lo Yolanda Shakira?" tanya Daniel

"Tahu dari mana?" tanyaku

"Name-tag lo."

Bodoh, gimana aku bisa lupa kalau aku pake name-tag? Jelas lah dia tahu nama aku, duh, jangan terlalu senang gitu deh, hm.

"Nama gue Daniel." kata Kak Daniel

"Gue tau kok, Kak."

"Kok bisa tahu? Gue kan lagi pakai baju basket, nggak pake name-tag. Ada juga nama di belakang, emang lo bisa lihat tembus pandang?"

Aku berdecak, "Lo kan terkenal Kak."

"Masa sih? Ah jadi malu." katanya sok imut

Aku memandangnya aneh lalu tertawa.

SILENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang