24.

50 0 0
                                    

Gue lagi main basket dilapangan, sendirian, ya ini jam istirahat, tapi nggak tahu deh team gue pada kemana, biasanya udah kumpul sendiri, mungkin pada sibuk kali ya.

Gue mendribble bola beberapa kali, lalu gue shoot ke ring. Begitu aja diulang-ulang.

"Kak!" panggil seseorang, gue menghentikan permainan gue lalu ngeliat siapa yang manggil, ternyata Zaki. Salah satu anak basket juga. Gue langsung nyamperin dia. Akhirnya gue sama dia duduk di bangku panjang yang ada disamping lapangan basket.

"Udah sembuh lo Ki?" tanya gue

"Udah Kak."

"Emangnya lo sakit apa sih?" tanya gue kepo, ya gue kepo dengan alasan ya, abis gue penasaran banget, Zaki sering banget izin ga latihan gara-gara sakit. Makanya gue kepo.

"Biasa lah Kak." jawabnya.

Gue hanya mengerutkan dahi, tapi karena gue nggak kepo-kepo amat jadi sebodo deh, gue terima aja jawaban si Zaki. "By the way, ada apa? Lo mau main?" tanya gue sambil memberi basket.

Zaki menolak. "Kaga Kak. Gue mau ngomong sama lo."

"Wih, ngomong apa nih, kayaknya serius banget?" tanya gue

Zaki berdehem, "Lo kenal nggak sama temen gue yang namanya...Olan?" tanya Zaki.

Olan? Jelas lah gue kenal, dari tadi dia muter-muter di otak gue mulu.

Gue ngangguk. "Kenapa? Lo suka ya sama dia?" ledek gue.

"Iya." jawab Zaki

Jir, si Zaki suka juga sama si Olan? Terus nasib gue gimana? Pasti Zaki bentar lagi jadian kali ya sama si Olan, kan Olan pasti ngiranya gue nggak suka sama dia, terus dia nyerah jadi dia pacaran sama si Zaki. Jangan-jangan si Zaki mau minta bantuin dia buat nembak si Olan lagi? Anjir horor banget. Eh, emang beneran apa gue suka sama si Olan? Kok bisa? Aelah.

"Tapi dia sukanya sama lo." lanjut Zaki.

Weit, kenapa gue langsung deg-degan gini ya, biasanya kan yang suka begini mah cewek. Tapi lagian ngapain gue deg-degan? Kan emang gue tahu kalau Olan suka sama gue.

"Hah?" gue sok kaget aja.

"Iya, gue kan nembak dia, eh dia nolak gue. Berarti dia nggak suka sama gue. Dan ternyata dia sukanya sama lo." jelas Zaki.

Jir, cowok sekeren Zaki ditolak sama si Olan. Gue yakin sih kalau Zaki nembak cewek lain pasti diterima, Olan mah beda emang, makin cinta gue, eh.

"Terus maksud lo apa?" tanya gue yang belum paham kenapa Zaki ngasih tahu ini semua sama gue.

"Nggak. Eh, denger-denger lo putus ya Kak sama Vania?" tanya Zaki.

"Iya."

"Kenapa?"

"Dia selingkuh."

"Selingkuh? Gila tuh cewek. Gue benci banget sama orang yang suka selingkuh."

Gue ngangkat bahu, "Dan itu yang kesekian kalinya."

"Maksud lo, lo sering diselingkuhin sama dia?"

Gue ngangguk, "Bodohnya gue selalu maafin dia dan ngemis-ngemis cintanya, tapi kali ini gue udah benci banget sama dia. Nggak akan gue minta balikan sama dia."

"Kalau dia yang minta balikan?"

Gue menggeleng, "Gue nggak mau berhubungan sama dia lagi."

"Apa karena ada cewek yang gantiin dia di hati lo?"

Gue berdehem, "Mungkin."

"Siapa?" Zaki mulai kepo.

"Kalau gue jawab Olan, lo marah nggak?"

"Nggak lah, jadi, lo suka juga sama Olan?" tanya Zaki.

Gue berdehem, "Sepertinya sih begitu. Tapi gue belum yakin sih kalau gue suka sama dia, soalnya gue belum kenal lama sama dia, tapi gue udah mikirin dia mulu akhir-akhir ini. Perasaan ya. Di otak gue itu ada si Olannnn mulu! Malah tadi gue halusinasi ada si Olan lagi dadah-dadah ke gue di papan tulis, kan gila." kata gue malah curhat.

Zaki yang mendengar curhatan gue ketawa ngakak, ya wajar lah dia ngakak, gue aja ngerasa gila.

"Gue nggak nyangka lo sesuka itu sama Olan, Olan aja belum tentu mikirin lo mulu walaupun dia suka sama lo. Dia tuh nggak pernah kelihatan mikirin lo gitu, ngomongin lo aja kalau ditanya doang." kata Zaki

Anjir, jadi sekarang gue sukanya lebih gila nih ke si Olan dibanding gilanya Olan suka sama gue? Emang sih, Olan kalau ketemu gue biasa aja nggak ada seneng-senengnya. Miris amat hidup gue.

"Jadi gue suka beneran nih sama si Olan?" tanya gue

Zaki ngangguk mantap. "Lo kayak baru pertama kali suka sama cewek aja deh."

"Tapi gue baru sekali gila kayak gini gara-gara cewek."

"Wih, Olan emang perfect girl ya!" puji Zaki.

"Tapi, lo nggak apa-apa nih?"

"Maksud lo?"

"Takutnya lo marah gara-gara gue suka sama Olan?"

Zaki tertawa, "Ngapain gue harus marah? Justru gue mau nyatuin kalian berdua."

"Kenapa lo ngelakuin itu?"

"Gue cuman pengen liat cewek yang gue suka bahagia. Walaupun nggak sama gue. Seenggaknya gue pernah terlibat di kebahagiaan dia kalau gue bantuin lo deket sama dia."

Gue tersenyum, gue bangga sama Zaki.

"Jadi, kapan lo mau nembak Olan?"

"Belum dulu lah Ki, terlalu cepat. By the way, lo jangan kasih tau siapa-siapa ya kalau gue suka sama si Olan, apalagi ke si Olannya. Cukup gue sama lo aja yang tahu, okay?"

"Sip deh.."

*

SILENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang