10.

45 0 0
                                    

Aku dan Zaki baru saja sampai di depan asrama putri. Aku turun dari motor Zaki.

"Thanks for tonight, Olan!" ujar Zaki.

Aku tersenyum, "Makasih juga traktirannya."

Zaki tertawa, "Santai aja."

Aku melirik jam tanganku, sudah jam sembilan malam. "Yaudah, lo ga balik?"

"Nunggu lo masuk asrama dulu."

Aku mengerutkan dahi, "Nggak apa-apa kali, lo balik aja."

"Kalau gue nggak mau gimana?"

Aku berdehem lalu menghela nafas malas, "Ok fine, gue masuk."

"Ok, good night."

"Night too, Zaki."

Aku masuk ke asrama.

Aku membatalkan tujuanku untuk naik ke kamar karena aku melihat Petty sedang duduk di ruang santai asrama. Aku menghampiri Petty dan duduk disampingnya.

"Ngapain lo disini?" tanyaku.

Petty menaruh handphone yang sedaritadi ia mainkan, "Males naik aja gue."

Aku membulatkan mulutku dan mengangguk-angguk mengerti.

"Lo habis darimana?" tanya Petty

"Makan."

"Makan di kantin? Tumben rapih banget?"

Aku memutar bola mataku, "Diluar lah"

"Serius lo makan diluar?" ujarnya sok terkejut.

Aku mengangguk, "Emang kenapa? Ada yang salah?"

"Jones banget sih lo." katanya sambil tertawa-tawa.

Aku mengerutkan dahiku, "Emang kalau jomblo makan diluar itu ngenes ya?"

Petty berdehem, "Ya, kasian aja, makan diluar sendirian."

"Sotoy lo."

Petty mengerutkan dahi, "Kok sotoy?"

"Orang gue nggak pergi sendirian." kataku santai

Petty terbelalak, "Terus?"

"Terus apa?"

Petty berdecak, "Ya terus lo pergi sama siapa?"

Aku tersenyum jahil, "Kepo nih ye."

Petty mendengus, "Gue kan sahabat lo, wajar lah kalau kepo."

Aku menatap jahil Petty, "Mmm, masa sih?"

Petty menatapku sebal, lalu ia mengelitiku, sampai aku tertawa geli.

"Petty, hahaha, Pett, ampun." kataku sambil tertawa geli

"Kasih tau nggak.." ancam Petty

Aku tertawa geli, aku tidak tahan lagi, "Ok, Pett, stop dulu Pett, hahaha."

Petty akhirnya menghentikan tindakan bodohnya, "Jadi?"

Aku mengerutkan dahi, "Jadi apa?"

Petty berdecak, "Jadi, lo pergi sama siapa tadi? Lemot!"

Aku berdehem sambil memutar bola mataku keatas, "Sama orang."

"Olan, gue serius, lo mah bercanda mulu. Pantesan jomblo."

Aku menyiniskan alisku, "Apa hubungannya serius sama jomblo?"

"Ya jelas ada hubungannya, kalau lo nggak serius ya susah buat berkomitmen." kata Petty sok bener.

Aku menatap geli Petty, "Lo aja nggak pernah serius pacarannya."

Petty nyengir kuda. Dasar stupid!

"Ok, back to the point, lo pergi sama siapa Olan? Tinggal jawab aja lama banget sih."

"Emang lo mau tau banget ya?" ledekku, entah, aku senang saja menjahilinya, wkwk.

"Sama Daniel?"

Aku menatap Petty datar, lalu tertawa terbahak-bahak.

"Gila lo, mana mungkin gue pergi sama Daniel."

Petty berdehem, "Iya sih emang nggak mungkin."

Aku memanyunkan bibirku "Damn!"

Petty tertawa, "Jadi lo pergi sama siapa? Lama banget aelah."

"Sama Zaki, Pett!"

"Zaki?" katanya menggelegar, dasar rewel, "Ciye.." ledeknya.

"Apa sih, Pett, gue itu cuma lagi bosen aja, makanya gue pergi, abisnya lo ninggalin gue mulu sih, jalan sama doi mulu, sahabatmu kau terlantarkan!" kataku dengan dramatis.

Petty menjitak kepalaku. Aku mengaduh, "Aw, sakit tau, kepala gue udah di fitrahin nih." kataku

"Abisan lo lebay." katanya

"Lagian elo juga lebay, ngeledekin gue sama Zaki mulu, jelas-jelas gue cuma nganggep Zaki sahabat, sama kayak gue nganggep lo."

Petty tersenyum jahil "Iyadeh, nggak gue ledekin lagi."

"Nah gitu dong."

Petty mendekat padaku, "Tapi, Lan.."

Aku mengerutkan dahi, "Apa?"

"Zaki lumayan cakep tau, cakep banget malah." katanya

Aku mengerutkan dahi, "Terus maksud lo?"

Petty menatapku jahil, "Lo beneran nggak suka sama dia?"

Aku mendengus sebal, "Harus berapa kali gue bilang sama lo Petty bawel, gue nggak suka sama Zaki. I swear! Dan lo tau kan gue sukanya sama siapa!"

Petty berdehem, wajahnya seperti sok berfikir. "Tapi nih ya, Lan.."

"Tapi apa lagi?" tanyaku malas.

"Tapi kan nggak ada salahnya lo coba buka hati buat Zaki." katanya, "Daripada jomblo mulu," lanjutnya

Aku menyinis, "Apaan sih, nggak, gue sama Zaki cuma sahabatan, nggak lebih, lagian apa salahnya sih Jomblo?"

"Nggak salah sih, cuman gue kasian aja sama lo."

"Kasian kenapa? Gue bukan jomblo nggak laku kok, jadi nggak perlu di kasihanin, dan gue happy-happy aja sih."

Petty berdehem, "Tapi kalau Zaki naro hati sama lo gimana?"

Aku berdecak, "Apa sih, Pett? Lo kalau ngomong suka ngelantur ya!"

Petty memutar bola matanya, "Gue bukan ngelantur, gue cuma ngira-ngira aja, kalau dia suka sama lo gimana?"

"Pett..." aku menatap malas Petty, sungguh aku sudah malas dengan topik pembicaraan ini, kenapa sih harus selalu membicarakan tentang status aku yang jomblo, lagian aku lebih pantas disebut single daripada jomblo.

"Mendingan lo coba aja buka hati buat Zaki." kata Petty

"Kenapa sih lo ribet banget Pett, hati-hati gue, kenapa lo yang ribet? Lagian nih ya, Petty sayang, perasaan itu nggak bisa dipaksain, ngerti?"

Petty berdehem, "I..ya, gue ngerti, tapi kan, di coba nggak ada salahnya."

"Harus banget apa gue coba?"

"Ya..." Petty mulai menyebalkan "Daripada lo ngarepin Daniel yang nggak pasti?"

Aku mengerutkan dahi, "Petty, gue nganggep Zaki sahabat gue, udah, nggak lebih, dan Daniel? Ya, gue suka sama dia, tapi gue nggak ngarep, okay? Udah ah gue ngantuk, mau bobo. Bye!"

Aku meninggalkan Petty sendirian di ruang santai asrama, ya lebih baik aku ke kamar, kalau harus melanjutkan debat dengan Petty, sampai besok pun tidak akan selesai.

SILENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang