"ASTAGA!"
Aku masih menatapnya dengan tidak percaya. Orang itu tersenyum girang sama sepertiku. Tampangnya yang terlihat layaknya seorang gadis idiot menempel khas pada dirinya. Sudah beberapa hari aku amat merindukan cerocosan gadis itu. Perlahan kedua sudut bibirku tertarik membuat lengkungan ke bawah membentuk sebuah senyuman bahagia. Dapat kulihat gadis itu juga tengah menatapku dengan berseri-seri.
"ROSEEEE!" Pekikku girang lalu menghambur memeluk sahabat sehidup semati sejiwa seragaku itu. Bukannya berlebihan, namun jujur aku sudah berhari-hari merasa kesepian dan tiba-tiba Rose datang dengan sendirinya bagai ksatria penyelamat putri di menara-Okey kau benar, ini berlebihan.
"Claaaayyy! Duh udah berapa tahun ya nggak liat tampang bego lo? Njir kangen banget gue astaga!" Cerocos Rose girang. "Ini kamar lo? Lah anjir gede banget buset, lo mah mana pantes di kasih kamar kayak gini. Lo kan norak, lebih cocok nyempil di pojokan."
Aku menghentikan ucapan beruntun dari Rose dengan cara menjitak kepalanya. Ia mengaduh kesakitan lalu menoyor kepalaku jengkel.
"Woy, gue nggak diajakin masuk nih?" Aku terlonjak kaget begitu melihat ada Rasqal berdiri di dekat pintu, menunggu kami lewat karena menghalangi jalan untuk masuk ke dalam. Astaga sulit kuakui, aku juga merindukan spesies itu. Sungguh. Aku langsung memeluk Rasqal erat saking senangnya.
"Buset Clay, plis gue kecekek."
Aku buru-buru melepas pelukanku lalu tertawa sumringah. "Ayo masuk!" Ucapku ramah lalu mempersilahkan Rose dan Rasqal memasuki ruang tamu. Mereka duduk di sofa sambil mengamati sekitar kamarku.
"Ini kamar bersih banget, beda ama kamar rumah lo." Cibir Rasqal. Aku mendengus.
"Lah bodo amat, disini gue bahagia."
"Dylan sama Aunty Alice kangen banget sama lo tau, Clay." Mendadak mataku membesar begitu mendengar perkataan Rose. Astaga aku sangat merindukan Mom dan Dylan. Mengapa aku baru ingat sekarang? Entah mengapa aku merasa seperti anak durhaka.
"Dylan sama Mom mana? Kok nggak ikut?" Tanyaku sambil mengerucutkan bibir.
"Aunty Alice lagi selesain kerjaannya yang numpuk, kalo Dylan tadi sih dia bilang mau pergi ke rumah temennya." Jelas Rose.
Aku menaikkan sebelas alis. "Dylan malah ke rumah temennya? Ih anjir adek songong macem apaan itu?" Cibirku kesal.
"Eh kayaknya gue daritadi nyium bau mirip kaos kaki Mr.Smith deh, tapi agak gosong gitu."
"ASTAGA ITU WANGI OMELETTE ROSE!" Sahutku jengkel karena sejak tadi omelette buatanku terus-terusan dihina. Aku tak terima, sungguh.
"Anjir omelette baunya sangit gini HAHAHAHA-"
"SHUT UP RASQAL!" Omelku sebal.
"Tapi ini seriusan baunya tuh kayak- LAH ANJIR ITU SIAPA?! CLAIRYNE BUSET ITU KENAPA TIBA-TIBA NONGOL COGAN DARI DAPUR LO?!" Pekik Rose kalap yang jelas-jelas membuat seisi kamar hampir terjungkal. Lantas aku menoleh dan menemukan Brian berjalan ke arah kami dengan wajah annoying.
"Berisik banget disini." Ucapnya dingin, dihadiahi tatapan seperti 'siapa lo? Gimana bisa nongol disini?' dari Rasqal. Sontak Brian membalas tatapan itu juga dengan tatapan 'apa lo liat-liat? Gak suka gue nongol disini hah?' Entah aku tak pandai mengartikan tatapan orang lain. Mereka berperang tatapan dingin dan itu cukup mengganggu reuni kami.
"Bri, kenalin ini Rose, dan yang itu Rasqal. Dan lo berdua, kenalin ini partner gue, Brian." Aku menunjuk kedua adik kakak berisik itu dengan daguku bergantian. Brian memandang mereka sebentar, raut wajahnya datar tak berekspresi. Sial, dimana sopan santun pria itu sih?
ŞİMDİ OKUDUĞUN
UNLESS (hiatus)
RandomClairyne atau sering dipanggil 'Claire', gadis dengan kepintaran di bawah rata-rata, makan rakus, otak lemot, jomblo merana, ekonomi keluarga kurang memadai, namun ia selalu ceria dan enggak pernah jaim sama siapapun. Beruntung, Claire jago akting...