9. Brian? Shit!

258 91 21
                                    


***

Eh? Pulang?

Setelah berkata seperti itu, Brian kini melangkah berjalan menuju pintu keluar. Astaga ia benar-benar akan pulang. Lalu, lantas bagaimana dengan nasibku? Menunggu 20 menit disini, mengetahui bahwa ternyata Brian adalah cowok yang waktu itu bertemu denganku, dan sekarang setelah itu ia akan pergi begitu saja meninggalkanku di ruangan ini? Shit. Tentu tidak akan semudah itu!

Aku sontak berjalan menghampiri Brian lalu menarik lengannya. Kali ini aku berusaha bersikap lembut padanya. Ew.

"Eh jangan pergi! Please jangan pergi dong! Gue nanti sama siapa?" Tanyaku memanyunkan bibirku, memohon atas belas kasihan darinya.

"Bukan urusan gue"

Sialan.

"Eh, bangke! Gue itu dateng kesini mau latihan acting, gue nunggu 20 menit terus muncul makhluk setengah jin macem lo. Tadinya gue mau injek lo, tapi berhubung gue cewek baik jadi gue bersikap sopan. Dan apa balesannya? sekarang lo mau pulang gitu aja" Kataku menyerocos panjang lebar. Brian menatapku datar.

"Lah siapa suruh nungguin gue?"

"Fuck you Brian!"

"Berani-beraninya lo nyebut nama gue kayak gitu, bocah!"

"Emangnya kenapa? Nama lo terlalu agung buat disebut manusia macem gue gitu?" Tanyaku sedikit greget. Mungkin wajah memang boleh dibilang tampan, tapi ucapannya itu membuatku ingin menendang kemaluannya lagi. Sungguh.

"Nah tuh tau"

ASDFGHJKL pengen gue telen idup-idup. Fuck fuck fuck!

"YAUDAH KALO MAU PULANG PERGI AJA SONO!" Omelku garang.

"Oh yaudah" Sahut Brian santai lalu hendak melanjutkan langkahnya. Shit aku benci makhluk ajaib berupa jin ini!

"Eh jangaaaannn!"

"Lah tadi disuruh pergi?"

"Gak jadi. Maaf. Please elah gue mohon" Kataku lalu mengeluarkan wajah baby face. Seumur hidup baru pernah aku memohon pada siapapun, dan kali ini kulakukan pada makhluk terlaknat bernama Brian ini. Dasar setan penjaga pintu neraka, terkutuklah engkau.

"Okey" Brian menatapku sebentar, lalu berjalan ke arah sofa lalu mendaratkan bokongnya. Entah mengapa aku malah mengekori makhluk itu lalu ikut duduk di sebelahnya. Apa aku terkena santet? Idih amit-amit, jangan.

"Umm, btw tolong lepasin tangan gue"

Eh? Tangan?

Astaga aku masih memegang lengannya sejak tadi. Aku buru-buru melepas peganganku lalu menunduk dalam-dalam. Shit.

"Sorry"

Aku melihat sekilas senyuman miring makhluk terlaknat itu. Sial, dia menyeringai seperti psikopat. Aku langsung sedikit bergeser beberapa inci.

"Jadi siapa tadi nama lo, umm Clauren- eh Claura -eh Charlie-" Ucapnya sontak membuatku melotot kesal.

"Clairyn!" Ucapku tegas.

"Eh iya Clairyn-"

"Panggil Claire aja!"

"Clairyn"

"C.L.A.I.R.E." Ucapku menekankan tiap hurufnya. Aku curiga ia tidak lulus ujian pada masa taman kanak-kanak.

"Tapi tadi lo bilang nama lo Clairyn" Protesnya menyolot.

"Itu kan tadi, sekarang panggilnya Claire aja!" Balasku lebih nyolot.

"Masa nama berubah-ubah gitu. Emak lo gak niat ngasih nama?"

UNLESS (hiatus)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin