16. Whoa!

182 44 41
                                    


Clairyne's POV

Sudah 5 jam aku dan Rasqal terus menerus movie marathon sambil memakan semua cemilan yang sengaja kami beli tadi sore untuk menemani kami menonton film. Merentangkan kedua tangan, kaki serta mengubah posisi duduk kami untuk mengurangi rasa pegal yang kami tahan sejak tadi akibat terlalu asyik terbawa cerita film tersebut. Kulirik jam dinding, sudah pukul 21:13pm. Astaga, betapa kuatnya mata kami menghadapi layar laptop sejak sore. Aku pun memutuskan pergi ke kamar mandi sebentar untuk mencuci wajahku yang sudah kusut. Kulirik Rasqal, betapa mengerikannya mata spesies itu dan bodohnya ia masih saja menonton film.

Melangkah menuju kamar mandi dan mendapati tampangku melalui cermin. Kantung mata membesar, wajah berminyak, hidung berkomedo, kening terlalu lebar, rambut seperti benang layangan, dan mulut belepotan sisa snack. Sial, tampangku seperti nenek gayung. Dengan segera aku membasuh wajahku dengan air, memakai sabun pencuci muka dan membilasnya sebersih mungkin. Dan akhirnya wajahku sudah terlihat lebih baik daripada sebelumnya.

Masih menatapi wajahku sendiri di cermin. Aku memasang tampang jelek, sok cantik, dan jenis wajah lainnya untuk menentukan satu hal. Yeah apalagi kalau bukan memastikan bahwa apakah aku ini cantik atau buruk rupa. Ini memang kebiasaanku. Aku mulai memikirkan bagaimana nantinya jika aku tetap jomblo hingga tua- astaga amit-amit. Padahal rupaku tidak terlalu jelek, tapi mengapa aku masih saja belum pernah pacaran hingga sekarang? Apa ini efek aku terlalu banyak makan? Sungguh, ini membuatku risau. Lagipula, bagaimana kesan Brian terhadap diriku ya?

Lah? Kenapa jadi Brian?

Aku buru-buru meludah akibat geli dengan pikiranku barusan. Brian? Peduli apa aku dengan tanggapan dia tentang diriku? Toh dia bukan siapa-siapa untukku, jadi- ARGH SHIT! Aku baru ingat bahwa sekarang aku sedang dalam masa pacaran dengannya. Sialan, mengapa perutku terasa seperti sedikit geli dengan kenyataan tersebut? Aku sekarang tidak lagi jomblo karena aku sedang pacaran dengan Brian, dan bodohnya, ini hanya pura-pura. Hei, bukan maksudku ingin pacaran betulan. Big no!

Aku segera keluar dari kamar mandi dan menemukan Rasqal sedang memakai jaketnya.

"Mau kemana?" Tanyaku refleks. Yang ditanya langsung menoleh ke arahku sambil tersenyum kecil.

"Pulang lah, beb. Udah malem." Jawabnya santai. Sontak aku kecewa karena sekarang Rasqal akan pulang dan aku akan sendirian disini. Rose sudah pulang duluan sejak tadi sore karena ada les private. Berjalan mendekatiku, lalu Rasqal mengacak rambutku pelan sambil memasang wajah sok manis. "Sedih ya kalo gue pulang? Aduh pasti kangen."

Sial, ingin kugigit kaki spesies itu jika berkata seperti barusan lagi. Kutoyor kepalanya sambil cemberut. "Najis amat. Udah pulang sono!"

"Tega lo ngusir gue, Clay."

"Bodo."

Rasqal memutar bola matanya lalu meraih kunci mobilnya di atas meja. Ia berjalan ke arah pintu, memutar kenopnya lalu ketika ia baru saja hendak berjalan keluar, aku langsung memeluknya dari belakang sambil tertawa.

"Gaya lo pake sok ngambek. Gue mau bilang makasiiiiiiiih banyak udah mau nemenin gue daritadi."

Rasqal hanya diam.

"Ras, lo marah beneran ya?" Tanyaku khawatir.

Seketika Rasqal berbalik lalu mencapit kedua pipiku sambil terkekeh. "Eh kampret, lo melukin gue mulu udah bikin gue pengen terbang tau."

Najong.

"Udah ah, gue pulang dulu ya. Awas jangan ajak cowok kesini lagi selain gue! Bye, Clay. Love ya." Lagi-lagi Rasqal mengacak rambutku sebelum akhirnya berjalan pergi keluar.

UNLESS (hiatus)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin