20. The Feeling

76 12 43
                                    


"Jawab, Claire. Jelasin ke mereka."

"Clay mukanya merah! Waduh jadi salting begitu," Ucap Aldy sambil terkekeh.

"Jadi beneran pacaran nih? Tadi katanya Clay kalian nggak ada hubungan apa-apa," Tambah Emily dengan senyum mengintimidasi. Ia sengaja membuat Claire bertambah salah tingkah, dan berhasil. Claire yang memang tengah gugup berat lantas berdiri. Ia tersenyum memaksa.

"Maap, Clay ke toilet dulu ya? Kebelet pipis! Permisi," Claire langsung ngibrit pergi meninggalkan Emily, Aldy, dan Brian. Sedangkan yang sedang berada di sofa tersebut saling memandang lalu terkekeh.

"Bri, Clay sampe gugup begitu tuh." Goda Emily, dibalas tatapan datar Brian.

"Kalian pacaran beneran gak sih? Susah banget jawab iya atau enggak doang," Aldy mulai geram.

"Emang penting bahas ginian ke kalian?" Tanya Brian, menaikkan satu alisnya namun wajahnya tetap datar. Jangan dibayangkan, tetep ganteng kok.

"Soalnya banyak fans lo yang tanya, manalagi Daniella juga nyuruh-" Seketika mulut Aldy ditutup oleh Emily sebelum ia dapat menyelesaikan ucapannya.

"Dimohon untuk para peserta pemilihan pemeran untuk berkumpul di aula satu, diulangi..." Terdengar arahan dari panitia disusul sahutan para peserta yang sibuk berlalu lalang mencari tempat di aula satu. Rupanya Mr.Hendrix sudah tiba disana jadi para peserta diminta segera berkumpul.

"Gue duluan ya, mau beli minum di luar." Brian segera bangkit dari sofa lalu berjalan meninggalkan Emily dan Aldy.

Jadi disuruh Daniella ya, batin Brian.

Dengan tergesa-gesa Claire melangkah lalu dengan cepat membuka pintu kamar mandi. Jantungnya masih berdetak tak keruan, begitupun tangannya juga masih dingin. Claire seperti baru saja dikejar-kejar oleh valak -beberapa dari kalian mungkin tahu siapa itu-. Ia tak benar-benar ingin buang air kecil, tadi itu hanya sepik agar bisa menghindari percakapan yang membuatnya sengsara. Ia pun berdiri menghadap cermin lalu mengamati wajahnya. Benar, wajahnya merah seperti kepiting rebus.

"Anjrit emang si Brian ngapain dia tau-tau nongol disitu. Cari perhatian aja, bikin orang susah." Gumam Claire jengkel, sambil mencubit pipinya sendiri dengan geram. "Lagian juga kalo enggak terpaksa juga gue gak bakal mau jadi pacar pura-pura dia. Buktinya sekarang dia malah deket sama Giselle."

Claire menghembuskan napas. "Tapi Giselle kan sodaranya sendiri. Emang gila tuh orang, kawinin aja semuanya."

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar toilet. Aneh, jika memang mau masuk kenapa harus ketuk pintu? Claire pura-pura tidak tahu dan nyatanya ketukan itu justru tambah menggila. Claire mengamati sekitar toilet, sepi. Kebetulan hanya dirinya yang berada disini. Pikirannya mulai menjelajah membayangkan dirinya terjebak dalam toilet, dan disekelilingnya terdapat setan tengah mengancam keselamatannya. Claire ketakutan.

"Valak jangan bunuh gue dulu, plis, gue masih banyak dosa sama Mom," Claire mundur selangkah demi selangkah menjauhi pintu. "Gue juga masih jomblo dari lahir, plis, tunggu gue nemu jodoh dulu."

Sayangnya ketukan pintu tetap tak berhenti. Tiba-tiba kenop pintu diputar dan pintu mulai didorong dari depan. Claire menggigil. Ia langsung jongkok dan memejamkan mata.

"Mom, Dylan, Rose..." Claire gemetar. "Siapapun... Brian,"

"Heh bego, cepetan keluar. Woy!" Omel seseorang. Claire membuka matanya, ia mendapati kepala pria nongol dari sela-sela pintu yang dibuka. Ternyata dia lagi, Brian.

UNLESS (hiatus)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin