Dia itu kebohongan.
Dia mungkin berada di sekitarku, hampir setiap waktu. Ada saatnya pula dia dekat denganku. Namun pada akhirnya aku sadar akan satu hal. Dia itu jauh. Dia yang kukenal itu hanyalah angan. Kami berbeda. Dia bahkan nyaris mustahil untuk diraih. Monoton.Aku seharusnya tahu itu.
.
Sudah sekitar dua jam taxi melaju. Waktu yang cukup lama. Awalnya mobil membelah jalan yang dipenuhi gedung-gedung tinggi, hingga semakin lama bangunan tinggi mulai digantikan dengan pemukiman biasa. Pinggir jalan raya kini dipenuhi toko-toko kecil dan pepohonan rindang. Banyak orang berlalu lalang di sana.
Sementara itu mobil senyap. Brian hanya diam sejak tadi, sementara Claire mengamati pemandangan melalui kaca mobil. Mereka hanya sesekali berbicara. Claire bosan. Beberapa kali dirinya menguap namun tidak bisa tidur.
Baru saja bersandar pada kursi mobil, gadis itu membelalak. Ia mengenali arah jalan yang sedang mereka lalui. Ini daerah rumahnya, tepi kota California. Sayangnya taxi tetap lurus, melewati jalan yang dihapalnya itu. Claire menghela napas.
"Ini sebenernya mau kemana sih, kaga nyampe-nyampe." Gumamnya bete. Ia menoleh, menepuk lengan Brian. "Heh, masih jauh ya?"
Namun, Brian hanya diam. Claire mencoba melongok. Mata cowok itu terpejam.
Lah dia tidur, gumam Claire. Ia mengerucutkan bibir, kecewa. Namun selang dua detik, ia langsung nyengir. Niat usilnya seketika muncul. Gadis itu lantas mencoel-coel hidung cowok itu, menariknya ke atas hingga terlihat seperti hidung babi. Claire tertawa girang.
Brian berdecak, risih. Claire tersenyum, belum puas mengganggu cowok itu. Tapi kok tetep ganteng ya, Claire memonyongkan bibir. Heran.
"Ck, Diem, Daniella!" Tanpa diduga, Brian tiba-tiba membentak. Matanya masih terpejam, namun wajahnya terlihat jelas ia sedang kesal. Cowok itu lantas berbalik, bergeser menjauhi Claire. Sopir taxi sempat menoleh sekilas, lalu kembali fokus ke jalan raya. Bukan urusannya, tugasnya hanya menyetir.
Sementara itu Claire masih melongo. Daniella? Gadis itu mendengus, segera memalingkan wajah. Ia menggigit bibir. Sudah seenaknya membentak, salah sebut nama orang pula. Ngigo kali ni orang, desisnya.
Claire perlahan ikut bersandar di kursi, condong ke kaca mobil. Kepalanya mulai terasa pening, akibat menahan kantuk sejak tadi ditambah kekesalannya oleh Brian barusan, belum lagi permasalahannya dengan Daniella, insiden kemarin, pertengkaran dengan Dylan, masalah Jack, tawaran Mr.Hendrix, dan lainnya.
Claire memijit pelipis sementara matanya terus memandangi luar kaca. Ia sepertinya harus berhenti memikirkan banyak hal. Claire terlalu overthinking, membuatnya terkadang lelah sendiri. Ia perlahan memejamkan mata. Dirinya terasa berputar-putar, gelap.
Perjalanan seluruhnya memakan waktu nyaris dua jam. Taxi kini sudah merapat, terparkir di tepi jalan kecil yang dikelilingi pepohonan tinggi dan besar. Claire menguap, lantas melirik ponsel. Pukul 4 p.m. Ia segera membayar taxi, lalu ikut turun menyusul Brian. Taxi pun melaju pergi.
Mereka berdua kini berada di tempat asing. Claire mengamati sekitar dan nyaris hanya mendapati pohon dimana-mana, semak belukar yang tingginya sampai dada, ilalang dan rerumputan liar. Permukaan tanah yang mereka injak naik turun, seperti bukit. Ada jalan setapak yang dihiasi pagar kecil. Gadis itu melangkah, mencoba mencari pemukiman. Nihil. Ia menelan ludah.
ŞİMDİ OKUDUĞUN
UNLESS (hiatus)
RandomClairyne atau sering dipanggil 'Claire', gadis dengan kepintaran di bawah rata-rata, makan rakus, otak lemot, jomblo merana, ekonomi keluarga kurang memadai, namun ia selalu ceria dan enggak pernah jaim sama siapapun. Beruntung, Claire jago akting...