"Dia ngacangin lo?"Aku mengangguk jengkel dengan bibir masih mengerucut hampir tujuh sentimeter disertai dahi yang berlipat. Jangan dibayangkan, kau akan menyesal.
"Kok bisa?"
"Kalo gue tau juga gak bakal nanya lo tolol." Tukasku dengan geram.
"Yaudah sih biasa aja, kok nyolot?" Rose menatapku kesal. "Masalahnya dia kemarenan ngirim pesan sweet gitu, tapi kenapa hari ini ketemu lo malah cuek."
"Dia tadi kayak gak kenal gue, Rose." Aku menatap kosong ke arah tumpukan kamus di rak buku besar.
"Dia kesel kali sama lo, kali aja lo ada dosa sama dia tapi lo enggak nyadar." Dengan santai Rose meletakkan bokongnya di kursi kayu. Yeah, kami berdua kabur dari pelajaran Mr.Smith si sumber aroma kaos kaki terbakar, dan bersembunyi di perpustakaan tepatnya paling pojok belakang. Aman.
"Lah harusnya kan gue yang kesel sama dia! Gue kan-"
"Sssttt!" Penjaga perpustakaan dengan tampang menyeramkan kini melotot pada kami. Great, orang-orang menoleh ke arah kami sekarang.
Aku tersenyum canggung pada penjaga perpustakaan itu dan dibalas dengan tatapan intimidasi, awkward. akhirnya suasana kembali normal. Kulanjutkan ucapanku, kali ini dengan volume lebih kecil tentunya.
"Dia aja gak dateng pas perpisahan pelatihan waktu itu, sialan."
"Hmm.." Rose mengetuk-ngetuk kepalanya sambil bergaya seolah sedang pusing.
Sok mikir, otak kosong gitu juga.
"Berarti dia labil ya?"
"Siapa?"
"Brian lo lah,"
"Idih!"
Rose menoyor kepalaku. "Ngapa malah idih goblok, jawab pertanyaan gue."
Aku diam sebentar. Kepalaku mencoba memutar rekaman momen ketika berada di Dream Day. Jika kupikir matang-matang, kepribadian pria itu memang tidak jelas. Ia seakan memiliki mood aneh yang cepat sekali berubah-ubah. Ia bisa saja memarah-marahiku karena salah dialog saat berlatih drama, namun tiba-tiba meletakkan air mineral di mejaku, lalu kemudian ia malah mendiamkanku seharian. Astaga kenangan yang buruk. Jelas sekali ia labil.
"Iya dia labil, tipikal cowok gak jelas, Rose." Aku melirik jam tangan. Pukul sebelas siang, tenang. EH ASTAGA JAM SEBELAS?!
"SIALAN KITA TELAT SATU JAM PELAJARAN MATEMATIKA-"
"Ssst! Bisakah kalian keluar dari sini? Mengganggu!" Mengejutkan, tiba-tiba penjaga perpustakaan itu sudah berdiri di dekat kami dengan tampang seperti Medusa sang wanita berkepala ular, membuat kami bergidik ngeri namun menampakkan cengiran lebar. Lantas kami segera berlari keluar dari perpustakaan. Aku heran kenapa emak-emak galak dengan tampang mengerikan itu harus diberi tugas menjadi penjaga perpustakaan, hih. Pantas saja perpustakaan sepi.
Aku maupun Rose buru-buru menuju kelas, Kami memang menghindari pelajaran sejarah, tapi tidak dengan matematika. Bukan karena kami suka pelajaran itu, astaga amit-amit aku suka menghitung. Yang menyeramkan adalah gurunya, Ny.Miranda, yang dimana setiap siswa melakukan kesalahan apalagi kabur saat jam pelajaran maka aka diberi hukuman cukup mematikan, seperti menyuruh untuk mendapatkan tanda tangan semua guru matematika di kota ini, belum lagi kami akan dijejali dua ratus soal matematika selama seminggu berturut-turut. Kejam.
Dengan gesit kami berlari hingga tiba-tiba mataku membelalak ketika melewati koridor di dekat tangga menuju lantai dua. Otomatis kutarik kerah bagian belakang seragam Rose, membuatnya yang tengah berlari ngebut lantas jomplang ke belakang. Kasihan.
ŞİMDİ OKUDUĞUN
UNLESS (hiatus)
RandomClairyne atau sering dipanggil 'Claire', gadis dengan kepintaran di bawah rata-rata, makan rakus, otak lemot, jomblo merana, ekonomi keluarga kurang memadai, namun ia selalu ceria dan enggak pernah jaim sama siapapun. Beruntung, Claire jago akting...